Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Jumat, 22 Juni 2012

Seleksi Direct Assessment Indonesia Mengajar: Menyenangkan

Mungkin seleksi kerja paling menyenangkan adalah hanya seleksi tahap 2 Indonesia Mengajar. Mengapa demikian?jawabannya adalah karena proses seleksinya tidak menegangkan sama sekali, yang ada justru keceriaan penuh canda tawa. Semua itu bisa dilihat baik dari panitia rekruitmen maupun para peserta seleksi. Semuanya menyenangkan. Tidak ada wajah tegang yang aku lihat saat proses seleksi. Wisma MM UGM di Yogyakarta adalah saksinya. 

Peserta Seleksi 2 Indonesia Mengajar regional Yogya Senin 18 Juni 2012 @ Wisma MM UGM
Sesaat setelah aku turun dari motor yang mengantarkanku sampai didepan pintu gerbang Wisma MM UGM, seorang satpam tiba-tiba menyapaku "Indonesia Mengajar ya Mas?" tanyanya kepadaku. "Iya pak, dimana ya pak?" balasku. "Dilantai dua mas". "Oke pak, matur nuwun pak", jawabku singkat dan segera bergegas menuju pintu masuk gedung bertingkat didepanku. Setelah registrasi, aku masuk kedalam ruangan, dan nampaklah didepanku para peserta lainnya yang sudah duduk rapi dikursi mereka masing-masing. Wajah-wajah yang aku lihat adalah wajah penuh antusiasme, bersemangat, dan keceriaan. Aku menebar senyum kepada mereka semua, dan duduk dideratan peserta laki-laki. Aku berkenalan dengan peserta pria satu demi satu sembari menyalami mereka. Mereka sangat ramah dan friendly. Wah, ini adalah orang hebat-hebat pasti, gumamku dalam hati. 

Sabtu, 09 Juni 2012

Buka Mata: Ini Realita di Negara Kita


Saya masih ingat betul kata-kata seseorang yang mengatakan "Jangan pernah mengaku orang Indonesia jika hanya pernah melihat isi Pulau Jawa saja". Saya sebelumnya tidak pernah membayangkan bakalan dikasih kesempatan untuk melihat daerah-daerah terdepan di gugusan kepulauan negara Indonesia. Saya dapat melihat realita kehidupan sosial masyarakatnya dan berinteraksi dengan mereka. Ternyata memang benar, ketimpangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa terjadi. Ketimpangan itu hampir terjadi disetiap sisi kehidupan: pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan lain sebagainya. Sangat miris. Ironis. Menyesakkan. Negara yang begitu luas dengan taburan pulau-pulau nan cantik didalamnya ini ternyata jika boleh diibaratkan seperti manusia yang (maaf) cacat fisiknya. Kepalanya besar seperti terkena tumor, sedangkan badan, kaki, dan tangannya kecil sehingga manusia ini kesulitan berjalan apalagi berlari. Terlalu berat beban kepalanya. Kepala itu ibarat Jawa, sedangkan bagian tubuh yang lain adalah luar Jawa. 

Bagi Anda yang sejak kecil dilahirkan dan dibesarkan di Pulau Jawa, pastinya Anda hidup dalam lingkungan yang mempunyai segalanya. Artinya akses menuju ke sumber-sumber kesejahteraan, teknologi, pendidikan, dan sisi kehidupan lain adalah mudah. Hidup di Pulau Jawa, pasti Anda sudah terbiasa dengan listrik dan teknologi. Saat gelap, nyalakan lampu listrik. Saat ingin mandi, nyalakan pompa air. Saat haus, tinggal ambil air dari kulkas. Saat ingin menelfon, Anda tinggal pencet nomor dan menelfon. Saat ingin belanja di pasar, Anda tinggal menaiki sepeda motor Anda atau naik angkot, 10 menit sampai. Warung juga sangat dekat, tinggal jalan kaki. Akses kesemua kebutuhan hidup sebagian besar daerah di Pulau Jawa sangatlah mudah. Semuanya serba mudah, serba ada, serba tersedia. Beruntung sekali Anda dan saya dilahirkan di Pulau Jawa. 

Tapi, apakah Anda atau kawan-kawan pernah membayangkan, bahwa ternyata masih ada di era modern seperti sekarang, masyarakat yang belum tersentuh atau sedikit tersentuh teknologi dan modernitas?.  Pernahkah Anda tahu?. Anda ingin menyalakan lampu, belum tentu ada listrik. Tidak ada listrik atau ketersediaan listrik sangat minim. Listrik saja susah, apalagi sinyal HP, televisi, dan internet?yaa jelas makin susah. Bayangkan jika Anda harus mencari sinyal profider keatas bukit hanya untuk menelfon. Hampir semuanya serba terbatas. Pendidikan, layanan masyarakat, perbankan, semuanya juga sangat minim. 

Jumat, 01 Juni 2012

4,9 Tahun Bukanlah Waktu Yang Sebentar

Setelah namaku dipanggil, aku masuk kedalam ruangan. Dinginnya udara ber-AC semakin terasa menusuk kulit, keringatkupun semakin mengering. Aku duduk dan mendengarkan dosen pembimbingku sekaligus panitia sidang menyampaikan kalimat penutupannya. Aku menunduk dan cuma bisa memegang tanganku sembari terus berdoa dalam hati agar semuanya seperti yang diharapkan. Ruangan terasa hening sesaat. Suara dosenku mulai terdengar "Ya, setelah tim penguji bermusyawarah, kemudian sepakat bahwa selamat kepada saudara Panca, Anda sudah dinyatakan lulus". Alhamdulilah, aku bersyukur sekali dalam hati, tak henti-hentinya aku mengucap syukur. Akhirnya, aku sarjana juga, sarjana pertama yang dihasilkan dari hasil jerih payah orangtuaku sendiri. Aku naikan kepalaku dan memandang wajah dosen pembimbingku dengan senyuman teramah dan penuh kebahagiaan. Beliaupun melanjutkan "Anda baru lulus 51%, yang sisanya 49% adalah ketika Anda sudah melengkapi refisi dari para penguji. Setelah semuanya lengkap, baru Anda lulus 100%". Gelar sarjana sudah ada digenggaman tangan, refisi dari dosen penguji cuma masalah kecil saja. Tinggal tunggu waktu sampai semua tanda tangan dosen penguji aku dapatkan. InsyaALLAH.

"Silakan, kepada Professor Budi untuk memberikan wejangan kepada saudara Panca", demikian kata dosen pembimbing sekaligus panitia sidang sembari membersilakan Prof. Budi berbicara. Prof. Slamet Budi Prayitno adalah dosen pembimbing keduaku, dosen senior di fakultasku dengan pengalaman dan kapasitas keilmuaan yang tidak diragukan lagi. Beliau pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor III, Pembantu Dekan III, dan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Dengan tata bahasa yang sangat halus dan baik, beliau memberikan wejangan atau pesan kepadaku. Kalimat pastinya aku tidak terlalu hafal, yang pasti aku masih ingat sekali intinya. Ini akan selalu aku ingat selamanya karena kalimat ini telah berhasil membuatku merinding dan berkaca-kaca. "Selamat kepada Panca, prestasi akademik Anda sangat memuaskan, dan hasil sidang ini juga sangat memuaskan. Anda telah berjuang dengan keras untuk meraih gelar sarjana dan sidang ini adalah tahapan paling akhir Anda selama berkuliah di kampus ini. Tentunya, orang pertama yang Anda hubungi setelah keluar dari ruangan ini adalah Ibu Anda. Karena beliaulah yang selalu mendoakan Anda setiap waktu demi kesuksesan Anda. Orangtua Anda bekerja keras agar Anda lulus menjadi sarjana. Kami, para dosen, juga berdoa agar Anda menemukan kesuksesan Anda setelah keluar dari kampus ini. Kami juga selalu siap membantu Anda setelah ini. Selama kuliah pasti Anda telah bertemu dengan banyak dosen dan pengalaman. Ada dosen yang baik dan ada mungkin yang kurang baik. Ada pengalaman yang baik dan ada juga yang kurang baik. Tapi, apapun itu, anggaplah semuanya baik dan jangan pernah lupakan almamater Anda. Selamat". 

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu