Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 21 Oktober 2012

“Andira Ingin Kuliah”


“Anak-anak, jika kalian dewasa nanti, kalian ingin menjadi seperti apa?” tanyaku. Tangan-tangan mungil itu teracung diudara. Semua, tak terkecuali, ingin sekali bersuara. Seorang anak yang duduk didepanku persis berkali-kali melonjak-lonjak sambil tiada henti berucap “Pak, Pak, Pak, saya Pak, saya, saya”. Dia berhasil membuatku menjatuhkan pilihan. “Iya, silakan”. Bibirnya tersungging malu-malu.  “Saya ingin kuliah Pak!”. Entah bagaimana, sejuk suasana hati ini seketika mendengar jawabannya. Itulah ketika awal perkenalanku dengannya. 

Andira, bocah lelaki cilik ketiga dari kanan, tersenyum saat sesi foto perpisahan.

Minggu, 14 Oktober 2012

Obat Awet MUDA (3)


Aku menyudahi permainan dan bertanya kepada mereka “Kalian mau bermain apa?”. Salah seorang siswa perempuan mengacungkan jari dan mengatakan “Ayam dan musang Pak”. Aku bertanya kembali seluruh anak-anak. “Kalian mau?”. “Iyaaaaaa”, jawab mereka semakin ramai. Lapangan semakin padat oleh anak-anak yang ingin bermain bersama. Kami membuat lingkaran yang lebih besar dari sebelumnya. Aku menunjuk seorang menjadi ayam dan seorang lagi menjadi musang. Inti permainan ini adalah ayam dikejar musang sampai tertangkap, sedangkan yang lain menjadi kandang dengan jalan bergandeng tangan dalam satu lingkaran. Permainan ini juga cukup menguras energi. Anak juga cepat bosan. Tak berapa lama lingkaran pun rusak tak terkendali. Hingga akhirnya beberapa siswa mengatakan bosan dan capek.

Aku sudahi permainan.

Aku putar otak lagi, kira-kira apa ya permainan yang bisa aku berikan. Aku teringat permainan yang diajarkan saat materi Pramuka waktu training. Tapi aku lupa lirik dan nada lagunya. Aku pun menghampiri Andi dan Kuat, bertanya bagaimana lirik dan nada lagunya. Setelah diingat-ingat akhirnya ketemu juga. Aku pun mengajak anak-anak membuat lingkaran lagi ditengah lapangan. Andi mengomandoi mereka bagaimana menyanyi dan melakukan gerakannya. Kami menghadap ke kanan semua lalu bernanyi sambil berjalan melingkar bersama-sama. Lagunya seperti ini:

Obat Awet MUDA (2)


Aku berdiri memulainya, kemudian disusul Kuat, Andi, Nina, dan Fara. Obrolan kami mengalir begitu saja. Beliau sangat senang berbincang banyak hal, diantaranya adalah tentang sekolah, dana BOS, fasilitas sekolah, kinerja UPTD gugus Cikao, dan pengalaman beliau menjadi guru. Beliau tak lupa memberi banyak sekali wejangan dan semangat kepada kami, “Mumpung masih muda, mencari pengalaman itu perlu karena pengalaman itu guru yang paling berharga”  terang kepala sekolah.

Beliau sangat terbuka dan senang menerima kami serta memberikan kami kebebasan untuk menentukan bagaimana kami membagi kelas dan mata pelajaran untuk tugas praktek mengajar ini. Asalkan dikoordinasikan terlebih dulu dengan guru kelas yang bersangkutan. “Anggap saja ini dirumah sendiri ya ak, neng. Jangan sungkan. Kalau butuh apa-apa, bisa langsung ketemu ibu-ibu guru atau saya” lanjut kepala sekolah menutup perbincangan kami.
Kebetulan seminggu kedepan adalah masa selesai ujian tengah semester, jadi sebenarnya tidak ada kegiatan belajar mengajar. Namun karena hadirnya kami disekolah, kami tetap diberi kesempatan untuk mengajar sesuai kebutuhan kami. Beliau menyerahkan sepenuhnya kepada kami. Alhamdullillah, aku sangat gembira dengan penerimaan yang sangat baik ini. Karena hari ini sampai Senin depan masih ada ujian tengah semester, kami pun belum bisa mengajar sehingga kami diperkenankan untuk berkenalan dan mengenal anak-anak terlebih dulu. Setelah selesai berbincang-bincang, kepala sekolah mempersilakan kami untuk berkenalan dengan anak-anak dan melihat-lihat sekolah.

Obat Awet MUDA (1)


Seperti biasa, aku terbangun pukul 04.45. Langsung mengambil air wudhu, kemudian sholat subuh berjamaah dengan beberapa teman. Selesai sholat dan berdoa, masih pukul 05.10, ah masih banyak waktu sampai pukul 06.00 pagi pikirku. Aku pun tidur lagi. Hiruk pikuk barak pria mulai terasa pukul 05.45. Aku akhirnya terbangun kembali dan segera bergegas menuju kamar mandi. Beberapa teman ada yang sudah nampak rapi. Aku sesegera mungkin menyelesaikan urusan di kamar mandi, dan berganti pakaian. Kami harus berangkat pagi-pagi karena pukul 07.00 kami mesti sudah tiba di SD tempat kami berlatih mengajar. Setelah sarapan dan berkoordinasi sebentar dengan tim PPM, aku meminta tolong seorang abang katering untuk mencarikan angkot agar perjalanan kami lebih mudah dan cepat. Akhirnya, kami berangkat beramai-ramai pukul 06.30 dengan angkot sewaan.

Kurang lebih 15 menit kemudian kami sampai di sebuah gang yang akan membawa kami ke SD tujuan. Beberapa siswa sekolah berseliweran memasuki gang tersebut. Kami melewati jalan setapak bertekel sepanjang 50 meter. Diujung jalan nampak sebuah komplek sekolah dengan papan nama sekolah bertulis SD N 5 Cikaobandung. Terlihat banyak anak berpakain putih hitam berlarian dilapangan sekolah. Menurutku, gedung sekolah ini berukuran sedang, biasa saja dan tidak nampak mewah. Standar sekolah di desa. Gedung SD ku jaman dulu juga mirip-mirip seperti ini, kenangku. Gedung sekolah berbentuk L, dimana gedung horisontal yang menghadap ke lapangan dan pintu utama adalah ruang kelas, sedangkan gedung vertikal menghadap ke barat adalah ruang guru. Tidak banyak pepohonan didalam sekolah ini. Halamannya dipisahkan oleh pagar terbuat dari kayu. Di luar pagar ada sebuah warung kelontong tempat menjual jajanan anak-anak.

Tuhan Tahu Apa yang Kita Butuhkan (3)


Kelompok penempatan terbentuk. Halmahera Selatan, menjadi daerah penempatanku bersama 7 orang lainnya. Timku: 8 orang dengan semua hal yang berbeda-beda, unik. Didalam tim ini, aku semakin dalam memaknai semua sikap yang harus aku perbaiki. Aku semakin mengerti bagaimana menerima perbedaan, menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat orang lain, ikhlas dan sabar saat dipimpin dan memimpin, dan berpikir positif terhadap orang lain. Aku hanya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan untuk jadi yang terbaik. Bukan yang mendominasi, tapi yang berkontribusi. Bukan selalu jadi pemimpin didepan, tapi bisa menjadi pemimpin ditengah dan belakang. Aku belajar banyak hal dari timku.

Merangkai kerekatan dengan yang lain dalam tim ini awalnya tidak mudah. Aku memang cenderung menghindar dari pribadi yang sering membantah pendapatku. Aku merasa kurang nyaman jika harus berdiskusi dengan karakter orang yang juga sepertinya, mendominasi dan banyak pendapatnya. Aku terus belajar meski cukup sulit. Aku lebih suka berkompromi dengan orang seperti itu. Aku rasai sukar memang untuk beberapa saat karena timku terdiri dari orang yang majemuk. Aku masih merasa tidak nyaman ketika didominasi orang lain. Tapi justru disitu letakku belajar mengendalikan emosi hati dan antusiasme diri. Meski tidak mudah, namun aku tetap belajar.

Semakin hari, aku bisa mengendalikan diri. Aku tahu banyak celah dalam diri untuk diperbaiki, dan tahu bagaimana memperbaikinya, dan sekarang aku sedang dalam tahap memperbaiki itu. Aku rasa aku mengalami banyak progress dalam hal ini, demikian pula beberapa temanku berkata.

Saat merenungi perjalan hidupku ini, rasanya Tuhan memang mengirimkanku di Indonesia Mengajar untuk memperbaiki banyak celah dalam hatiku ini. Titik-titik hitam dalam hatiku perlu dihapus. Tuhan tahu apa yang hamba Nya butuhan.

Tuhan Tahu Apa yang Kita Butuhkan (2)

Itulah aku, orang yang tidak terlalu peduli dengan orang lain bahkan kepada mereka yang memperhatikanku.

Aku sadar akan kelemahan dan keburukanku itu semua. Aku ingin mengubahnya, tapi tetap saja sulit. Hingga akhirnya aku ditakdirkan diterima di Indonesia Mengajar sebagai Pengajar Muda angkatan 5. Selama training, aku berdoa kepada Tuhan agar aku bisa menjadi manusia yang rendah hati, menghargai orang lain, empati, dan mempunyai hubungan personal yang baik dengan orang lain. Terlebih selama penempatan, aku sangat berharap akan berubah menjadi orang seperti itu, dan menghapus sikap burukku yang dulu. Menghapus titik-titik hitam dalam hatiku. Menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Tuhan sepertinya tahu apa yang aku butuhkan. Aku butuh menjadi orang yang rendah hati, tidak keras kepala, dapat menghargai orang lain, dan empati terhadap sesama. Menjadi orang yang bisa memimpin dan dipimpin. Ikhlas, sabar, dan positif. Tuhan memang benar-benar mendengar harapanku. Selama training, aku belajar banyak tentang bagaimana menghargai orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, menghilangkan ego pribadi, memimpin dan dipimpin. Aku belajar dan semakin memahami banyak sikap yang memang aku butuhkan. Aku perlu untuk berubah. Aku perlu untuk semakin baik. Tuhan tahu itu.
Awalnya memang sulit. 

Aku bersama 51 orang yang ditempatnya dulu adalah bintang. Suara mereka didengar dan keberadaan mereka dinantikan. Ketika 52 orang bertemu dengan sorot bintangnya masing-masing, pasti benturan ego pribadi akan terjadi. Aku sering mengalami tekanan batin akibat hal itu terutama diawal pelatihan. Kami tidak pernah lepas dari diskusi alot baik itu di kelompok besar maupun kecil. Tidak ada hal yang tidak didebatkan. Banyak argumen.

Tuhan Tahu Apa yang Kita Butuhkan (1)

Tuhan akan selalu memberi sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Aku lihat kedalam diriku. Ku selami kembali hatiku sedalam-dalamnya, sebisa yang aku mampu. Aku jelajahi celah-celahnya, memperjelas pandanganku terhadap diriku sendiri. Aku lihat banyak celah disana. Celah kekuatanku, celah kelemahanku, celah apa yang aku suka dan tidak, dan celah kosong tempat aku memasukan pelajaran kehidupan demi menggapai pribadi yang lebih baik. Aku tahu, hatiku masih punya banyak bintik-bintik hitam. Terkadang aku sadar dimana letakknya dan ku mampu kendalikan itu, namun sering pula aku tak sadar dan tak kuasa menahannya membesar. Ah, dasar manusia, bukan malaikat yang selalu tunduk atas perintah Nya. Tapi justru letak istimewa manusia disitu, ada celah dosa dan celah pahala dihatinya.

Terbentuknya pribadi manusia adalah interaksi antara berbagai faktor baik diluar maupun didalam dirinya. Aku tak mampu mendifinisikan faktor apa saja yang telah membentukku hingga aku seperti ini. Yang aku tahu pasti, aku telah melalui berbagai pengalaman yang mengubah sekaligus membentuk cara pandang, sikap, dan karakterku.

Sekarang, aku tidak lagi berada di lingkungan yang sama seperti dulu. Berbeda. Pribadi yang angkuh, sombong, dan keras kepala. Dulu, hatiku sempat mempunyainya, menjadi titik-titik hitam. Sebagai orang yang dibutuhkan, sebagai orang yang suaranya didengar, sebagai orang yang berperan dan berposisi. Lingkungan membentuk watakku. Hingga akhirnya, akhir masaku belajar dikampus, perlahan aku sadar jika titik-titik hitam itu ada dan aku mengerti harus belajar menghilangkannya, jika tidak, hatiku akan tertutup sepenuhnya oleh kegelapan. 

Lagi-Lagi Tentang Guru


Jika berdiskusi tentang masalah pendidikan, rasa-rasanya tidak akan pernah ada habisnya. Terlalu banyak masalah pendidikan yang masih membelit negara ini. Salah satu masalah yang sering kali muncul dalam diskusi isu pendidikan biasanya adalah guru. Guru akan selalu jadi pusat perhatian. Tidak dapat dipungkiri memang, guru adalah ujung tombak sekaligus pelaku langsung dari sistem pendidikan di manapun negaranya.

Jepang dapat semaju seperti sekarang karena dulu ketika Jepang hancur di bom oleh sekutu, hal pertama yang diperhatikan adalah gurunya. Mereka sadar betul bahwa masa depan bangsanya terletak pada guru. Setelah itu, jepang rajin mengirimkan putra-putri terbaiknya keluar negeri untuk belajar tentang teknologi dan ilmu pengetahuan kemudian meminta mereka kembali ke negaranya. Agen-agen tersebut pun menyebarkan ilmu dan keahlian yang telah mereka peroleh di tanah kelahiran mereka. Terbukti setelahnya, teknologi dan industri jepang melaju pesat bersaing dengan bangsa Eropa dan Amerika. Lagi-lagi, disini ada peran guru yang sangat besar dalam transformasi kemajuan sebuah bangsa.

Pendiri negara ini juga sadar benar akan arti pentingnya pendidikan dan guru didalamnya. Saat awal masa kemerdekaan, program pembasmian buta huruf genjar dilakukan. Bahkan, sempat terekam presiden Soekarno waktu itu turun tangan menjadi seorang guru yang mengajarkan membaca rakyatnya. Lagi-lagi, dalam memajukan negara bangsa, sumbangsih guru sangat vital kontribusinya.


Jangan Khawatir, Manusia itu Saling Terhubung



Manusia tentu saja tidak akan pernah lepas dari kendala atau masalah. Kekhawatiran kita dalam menghadapi sesuatu sering muncul karena kita sudah memikirkan masalah atau kendala yang akan timbul karenanya. Tapi, bagaimanapun juga, begitulah hidup. Masalah yang tidak membuat kita mati, hanya akan membuat kita jauh lebih kuat. Hanya bagaimana saja kita memetakan, melihat, menganalisa, menghadapi, dan memanupulasi masalah itu untuk akhirnya sejalan dengan tujuan kita. Manusia akan lebih dewasa karena masalah-masalah itu.

Boleh dipetakan kendala atau permasalahan apakah yang sering kita hadapai selama hidup ini. Silakan. Kemudian klasifikasikan kendala tersebut dalam beberapa kategori. Misalnya, kendala yang berhubungan dengan alam dan kendala terkait manusia, kendala yang dapat dikelola atau kendala yang tidak dapat dikelola. Jika kita petakan, dan klasifikasikan, maka kita akan menemukan suatu pola yang unik. Kendala yang sering kita hadapi kebanyakan adalah yang berhubungan dengan manusia dan kendala yang dapat dikelola. Artinya, ketakukan kita terhadap kendala yang akan kita hadapi bersumber dari manusia. Pada dasarnya, kendala yang berhubungan dengan manusia dapat kita kelola atau dalam bahasa lain dapat kita cegah, manipulasi, dan kita selesaikan.

Minggu, 07 Oktober 2012

Bahagia Itu Adalah ......

Kelompok Penempatan PM5, Halmahera Selatan 

Training Indonesia Mengajar  akan memasuki minggu ke 5. Selama itu pula, tahukah kau kawan bahwa aku telah menemukan arti baru sebuah kata yang mungkin bagi kebanyakan orang, itu sangat abstrak artinya. Kata itu adalah “bahagia”. Bahagia bukan lah suatu bentuk perasaan hati yang sulit untuk di cerna. Justru bagiku sekarang, itu sangat lah mudah dan aku rasakan hampir setiap hari. Ketika kita merasai hidup terbatas dan monoton, maka sesuatu yang sederhana yang dulunya tidak pernah kita anggap sebagai sebuah keistemewaan, itu bisa jadi akan menjelma sebagai sebuah kebahagiaan. Bahagia tidak harus seperti arti kebanyakan orang, banyak uang, mobil mewah, rumah pribadi, dan jabatan tinggi. Ahh, itu bahagia yang terlalu rumit karena sekarang aku tahu, bahagia itu adalah sederhana dan dekat. Bahagia lebih terasa dan lebih mudah ditemukan ditengah keterbatasan meski itu terkesan sangat sepele.

Bahagia itu adalah saat sabtu malam aku mendapatkan kembali handphone-ku. Aku pun dapat menggunakannya kembali untuk menelfon orangtua dan keluargaku. Dulu, ketika hidupku tidak pernah lepas sedetikpun dari ketergantungan handphone, aku sempat berpikir, bisakah aku hidup tanpa handphone barang sehari saja?. Aku ragu bahwa aku bisa. Namun ternyata, sekarang, aku bisa hidup tanpa ketergantungan handphone meskipun hanya 6 hari saja. Handphone adalah barang yang biasa bagi kebanyakan orang, tapi ketika aku baru bisa menggunakannya seminggu sekali saja, maka itu menjelma jadi barang istimewa. Karena aku bisa mengetahui kabar orang-orang tercintaku karenanya. Handphone setelah sabtu malam sampai senin pagi adalah bahagia. Ya, bahagia adalah sesederhana seperti cerita tentang handphone.

Berakit-Rakit Ke Hulu Berenang-Renang Kemudian


Semakin banyak hal yang kamu kerjakan maka itu menandakan bahwa waktu yang kamu punya tidaklah sia-sia. Waktumu semakin bermanfaat, bukan sebaliknya. Itu pula berarti jika kamu sedang berproses untuk menjadi orang berkapasitas lebih dibandingkan kebanyakan manusia lainnya. Kamu sedang berproses menjadi orang besar. Makanya, jangan takut dengan tugas yang menumpuk, jangan khawatir dengan banyaknya aktivitas, beranilah menjadi orang sibuk karena orang besar adalah orang yang terbiasa dengan kesibukan. Kesibukan dan banyaknya aktivitas itu akan membuatmu semakin tertempa, tumbuh, dan berkembang.  Manfaatnya mungkin belum akan dirasakan sekarang, tapi suatu saat nanti proses itu akan mengantarkanmu pada titik tertinggi. Berakit-rakit Kehulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Fase setelah kuliah adalah masa yang sangat berbeda dibandingkan ketika kita masih kuliah. Setelah kita memasuki dunia kerja, kita akan dituntut untuk bekerja berdasarkan standar-standar tertentu yang harus dipenuhi. Dulu saat kuliah, mungkin kita masih bisa berkompromi dengan tuntutan standar-standar itu, tapi ketika berada didunia kerja atau masyarakat sosial yang nyata kita tidak bisa lagi berkompromi. Jika kita berkompromi sedikit saja dan menurunkan tuntutan standar dengan berbagai alasan, maka orang tidak akan lagi percaya kepada kita. Padahal faktor penting dalam masyarakat dan karir adalah trust (kepercayaan). Jika sudah tidak ada lagi kepercayaan, maka dapat dipastikan karir baik didunia kerja maupun masyarakat telah habis.

RPP oohh RPP


RPP: sangat asing awalnya. Makin lama, kata ini sangat akrab di telinga karena hampir setiap hari, kata ini disebut dalam training. RPP sudah jadi seperti sahabat karib sekarang ini. Sehari-hari di pelatihan kata RPP berseliweran terdengar diantara teman-teman, apalagi minggu ini kami harus mempersiapkan diri untuk berlatih mengajar. Setiap malam, tiada henti kami berkutat dengan RPP.

Oh ya, apa si RPP?. RPP adalah kepanjangan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang berisikan tentang panduan lengkap berupa metode mengajar mata pelajaran tertentu. Didalamnya terdapat informasi mengenai nama mata pelajaran, topik pelajaran, lama jam pelajaran, banyaknya pertemuan, materi pokok, jenis ketrampilan, alat dan bahan yang digunakan, dan berisikan rincian kegiatan yang akan diajarkan guru kepada siswanya secara rinci. Rencana metode mengajar yang akan dipakai diterjemahkan dalam 3 bagian yakni 1) kegiatan awal (apersepsi) yang dapat berisi pertanyaan, cerita, gambar, dll untuk memancing keingintahuan dan perhatian siswa; 2) kegiatan inti yakni berupa rincian kegiatan utama dalam proses belajar mengajar; 3) kegiatan penutup yakni rincian kegiatan yang ditujukan untuk menyimpulkan semua kegiatan yang telah dilakukan agar siswa dapat menarik inti sari dari materi yang diajarkan. Refleksi guru berupa pertanyaan kepada diri sendiri juga tercantum di RPP sehingga guru dapat mengevaluasi sejauh mana materi mereka dipahami oleh siswa.

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu