Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Rabu, 26 Maret 2014

Kehilangan

Hari yang kemarin adalah sejarah. Sejarah mengajarkan manusia tentang pengalaman hidup. Pengalaman membawa manusia pada kecerdasan dan pemahaman yang lebih baik. Sejarah dan pengalaman adalah akumulasi, penjumlahan sedikit demi sedikit dari berbagai rangkaian peristiwa. Tuhan tidak menghendaki sesuatu tanpa suatu proses. IA tidak menciptakan sesuatu dengan begitu saja; tiba-tiba. Ada serangkaian peristiwa yang saling terkait hingga akhirnya peristiwa puncak terjadi.Hidup manusia akan makin dewasa seiring semakin banyaknya peristiwa hidup yang ia alami. Pengalaman manusia makin besar dan dalam, seiring dengan makin bertambahnya peristiwa-peristiwa hidup. 
Saat sesuatu tertentu terjadi pada kita, tidak jarang kita masih pada tahap bertanya:  "Apa ini?", "Buat apa ini?. Kita bertanya-tanya karena memang waktu untuk datangnya jawaban belum saatnya tiba. Level pengalaman kita belum datang pada jawabannya. Tuhan tidak serta merta menunjukan sesuatu dengan tiba-tiba. Ia menciptakan dengan proses. Satu tingkat demi satu tingkat. Ia memberikan jawaban atas pertanyaan kita dengan memberikan proses pemahaman setahap demi setahap. Bagi orang yang pandai menangkap jawabannya, maka diujung suatu peristiwa ia akan berkata "Aha!, ini dia jawabannya. Aku mengerti". 

Jumat, 21 Maret 2014

Buku & Kurus

Terimakasih untuk teman-teman alumni IELSP (Indonesia English Language Study Program) yang tergabung dalam organisasi alumni IAA (IELSP Alumni Association) karena telah memfasilitasi terbitnya buku kumpulan cerita perjalanan penerima beasiswa IESLP. Buku dengan judul "Melipat Batas" itu akhirnya terbit bulan September tahun lalu. Saya kebetulan mengirimkan cerita dan akhirnya turut dicetak bersama cerita-cerita lain dari teman-teman di buku tersebut. Salut dan bangga dengan kerja keras tim IAA hingga akhirnya buku tersebut terbit. Saya tidak bisa membantu banyak dalam penyusunan dan teknis penerbitan buku itu karena masih bertugas di Halmahera Selatan. Saya hanya kadang dihubungi untuk sesekali membetulkan dan mengirim data yang dibutuhkan oleh tim penyusun. 

Meski bukan buku saya sendiri, tapi sudah cukup membuat saya bersuka cita karena ada tulisan saya disitu. Saya bercerita tentang bagaimana ramah dan teraturnya Kota Blacksburg, sebuah kota kecil tempat Virginia Tech University berada. Dan cerita itu akhirnya terkumpul bersama cerita yang lain menjadi sebuah buku "Melipat Batas". Itu adalah tulisan pertama saya di sebuah buku. Bisa saya katakan, itu adalah buku pertama saya di usia 25 tahun. 

Saya (kedua dari kanan) ditengah-tengah penulis buku Melipat Batas, @America Pacific Place, Jakarta

Foto bersama pengurus IAA (IELSP Alumni Association)

Rabu, 19 Maret 2014

Phobia

Kegelapan kembali menyelimuti kehidupan. Ketika berharap secercah cahaya datang dan menghapus sedikit demi sedikit kegelapan, ia justru makin enggan kembali. Hanya menyisakan gelap tanpa sedikitpun bisa bertanya mengapa begitu tega tak mau kembali. Kegelapan tertinggal dan makin sengsara tersudut tak berdaya di ruang kecil penuh kotoran berbau tak sedap.
 
Periuk itu menyimpan sejuta kebisuan. Didalamnya tidak ada sedikitpun yang bisa dilihat. Bau daging manusia makin membusuk tercium menyengat. Periuk menyimpan air yang kini dipenuhi lumut dan jentik nyamuk. Menyesaki ruangan periuk dengan kegerahan yang kadang datang, kadang hilang. Air bergelombang tanda permukaan tidak rata dan tenang. Lumut-lumut dan jentik-jentik nyamuk semakin nyaman hidup didalam air yang tenang, membisu tanpa suara, gelap tanpa cahaya. Sesedikitpun sumber kehidupan, benda-benda kecil itu tetap mampu bertahan tanpa asupan apapun. Dibuang kotoran kedalamnya, suburlah mereka. Proses alami?. Kodrati?. Kotoran-kotoran mengencangkan proses pertumbuhan benda-benda ini tanpa ampun tak terkendali. 
 
Ketidaktahuan tentang kehidupan membuat semua materi di sebuah tempat asing melalukan apa yang sebatas ia tahu saja. Tidak peduli apa yang terjadi diluar sana, karena memang tak ada satupun yang tahu diantara mereka. Bahkan tidak pernah terpikirkan bahwa rutinitas itu adalah kehidupan itu sendiri. Masa bodoh. Biarlah tak ada yang tahu apa itu kehidupan dan tidak ada yang benar-benar ingin mencari tahu. 

Quote of Today

Ceritanya hari ini saya sedang diminta untuk membuat instrumen penilaian untuk pegawai yang sudah mengikuti pelatihan Leadership and Motivation Training. Saya membaca materi pelatihan tersebut dan entah bagaimana saya menemukan setetes semangat (ya setetes!) dari kata-kata inspirasional itu. Saya bisa mengangguk-angguk membaca quote-quote ini. Dan terbersit dalam pikiran saya: Saya butuh datang ke psikolog!.

Sayang saya tidak bisa mengikuti training ini, padahal jika mau saya bisa mengikuti. Pembicara pelatihan kepemimpinan ini adalah seorang mantan Bankers yang sudah malang melintang di dunia peningkatan kapasitas human capital Bank. Bahkan beliau sudah menulis beberapa buku. Di kalangan Bankers Indonesia, namanya cukup terkenal.  
 
Berikut saya ambil quote-quote yang menarik :

4 Mental Block:
1. ANGER (Kemarahan Terpendam)
2. FEAR (Ketakukan-Ketakutan)
3. LIVING IN THE PAST (Phobia/trauma masa lalu)
4. COMFORT ZONE (Zona Nyaman)

Selasa, 18 Maret 2014

Pertanyaan

Hidup tidak selalu diatas. Dia ibarat bola berputar, kadang diatas tak jarang juga akan lama dibawah. Begitu kata orang bijak berpesan pada manusia awam. Di atas manusia bisa bahagia, dan ketika dibawah manusia bisa merintih. Barangkali itu adalah kodrat alam. Semua manusia akan mengalaminya. Semua, tanpa terkecuali. 

Saya dulu pernah berpikir, bahkan saya sempat bercerita kepada seorang teman, kok rasa-rasanya hidup saya dulu enak-enak saja ya. Ketika teman bersusah payah untuk membayar biaya semesteran, saya tinggal minta ke orang tua. Ketika teman saya harus sms sana sini agar bisa pergi karena harus nebeng, saya tinggal naik motor sendiri sesuka hati mau kemana.  Saya membayangkan teman saya harus kuliah sambil bekerja, sedangkan saya cukup menodong orangtua tanpa pikir-pikir. Teman saya berjuang untuk hidupnya, sedangkan saya tidak pernah merasa sesulit itu untuk meraih apa yang saya mau dan suka. Selesai kuliah, saya tidak punya sesenpun tabungan. Uang beasiswa dan kiriman orang tua ludes tak bersisa. Saya tidak berpikir untuk menabung saat masih kuliah!. Ini masih awal dari serangkain pertanyaan saya sendiri pada kehidupan saya sendiri. 

Saya belajar dengan rajin memang, nilai saya selama kuliah tidak bisa dibilang jelek. Semuanya memuaskan, bagi saya pribadi, begitu juga kata teman-teman dan dosen-dosen saya. Saya sering mendapatkan puji-pujian karena ini. Kuliah memasuki tahun ke-2, 3, hingga 4. Tidak sedikit hal yang saya lakukan. Puji-pujian datang lagi. Kehidupan saya begitu manis rasanya waktu itu, tidak ada cela. Semua berjalan mengagumkan dan lancar-lancar saja. Yaa, bisa dibilang tidak ada halangan berarti yang membuat langkah saya gontai. 

Senin, 10 Maret 2014

Menanti Mentari Pagi

Bocah kecil itu berjalan lemah. Pakaiannya usang, sobek dimana-mana. Pakaiannya kebesaran, seolah menelan seluruh badannya. Celana pendeknya bahkan tidak kelihatan. Tas kresek bertali rafia menggelayut di pundaknya. Entahlah apa isinya, mungkin itu adalah bendanya yang paling ingin ia jaga. Langit sudah gelap. Jalanan terang oleh lampu-lampu kendaraan yang masih saja tertahan saking padatnya. Begitulah pemandangan ibu kota. 

Bocah kecil itu masih berjalan gontai. Lalu lalang kendaraan dan manusia tak lagi ia hiraukan. Suara klakson nyaring pun tak membuatnya tutup telinga. Tibalah ia di jembatan jalan tol yang lebar. Di pinggirnya ada sudut yang bisa menyembunyikan badan untuk sementara. Ia pun duduk disana. Melipatkan kedua kaki, dan menyatukan kedua tangannya di atas lututnya dengan erat. 

Ia menunduk. Sesekali menerawang jauh menembus pepohonan diseberang jalan. Padatnya kendaraan, tak membuatnya bergeming. Ia menunduk kembali. Melihat ujung jari-jari kakinya yang berdebu, hitam, keriput tanpa alas kaki. Ia betulkan leher bajunya yang melorot, membuat pundaknya kelihatan. Bocah kecil itu sendiri, meringkuk dibawah pojok jembatan jalan Tol. Menahan dingin dan lelah. Setiap malam, begini saja ceritanya. 

Tak Lagi Sama

Langit yang biru kini menghitam
Langit cerah berubah mendung

Daun hijau kini jadi coklat
Yang segar kini me-layu

Yang baru kini menjadi usang
Cerah berubah kelabu

Awalnya terang kini jadi gelap
Awalnya masih, kini habis

Kini, yang dulu, TAK LAGI SAMA

Sudah HABIS
HABIS tak Bersisa

Tinggal JASAD tanpa NYAWA

-Catatan Perjalanan Hidup-

Kamis, 06 Maret 2014

Perjuangan


Alam raya mengembalikan kaki diatas bumi
Terbangun dari alam lain tempat bisa menyendiri
Tak ada apa-apa, dan siapa-siapa.
Ini hidup. Ini realita.

Setiap detik kini berarti
Bergegas ku berlari menyongsong pagi
Berjejal bak teri
Tidak manusiawi!
Ini hidup. Ini realita. 


Untuk hidup, dan untuk DIRIKU SENDIRI. 

-Catatan Perjalanan Hidup-

Selasa, 04 Maret 2014

Lipatan Kertas

Ini adalah kertas cerita
Merangkai kata kata hingga menjadi kisah
Kertasnya sudah berlembar-lembar

Biar ku lipat, lipat, lipat, dan lipat
Terlipat rapi kini kertas-kertas ini

Selalu ku bawa kertas-kertas lipat ini
Di dalam saku celana

Tapi tak sehuruf pun mampu aku baca lagi

Lipatan kertas kan jadi usang


-Catatan Perjalanan Hidup-

Senin, 03 Maret 2014

TANPA

Tercabut dari raga
          Tercabik dari suka
                         Tinggal jasad TANPA nyawa

-Catatan Perjalanan Hidup-

Enggan

Aku enggan melihat dunia, apalagi mentari
Aku ingin menutup mata
Enggan aku di kerumunan

Enggan, mataku melihat dunia (lagi)
Sendiri, sekarang, menenangkan. 

-Catatan Perjalanan Hidup-

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    6 bulan yang lalu