Well, sebenarnya saya sudah lama ingin menulis tentang perjalanan saya ke Pelabuhan Ratu sejak beberapa minggu yang lalu. Tapi niat itu harus saya tunda dan baru bisa saya wujudkan hari ini. Perjalanan saya dari Kota Sukabumi ke Pelabuhan Ratu terjadi pada pertengahan bulan November 2011. Tujuan saya ke sana awalnya bukan untuk berlibur atau rekreasi, melainkan berkaitan dengan penelitian saya.
Tulisan ini adalah tulisan pertama mengenai tema 'Travelling' yang saya buat di blog ini. Saya memang gemar ber-travelling. Itu adalah bagian dari hobi saya. Saya senang melihat suasana dan hal-hal baru. Saya akan mencoba terus memposting cerita perjalanan saya dalam mengunjungi tempat-tempat baru, dan semoga saya akan mengunjungi semua benua di dunia ini. Amin. Ceritanya pun semoga bisa saya tulis di blog ini.
Ya, saya berada di Kota Sukabumi dalam rangka melakukan penelitian untuk menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana. Saya melakukan penelitian di sebuah lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah di Kota Sukabumi. Awalnya saya merancang penelitian saya di suatu daerah di Jawa Tengah, agar lebih dekat dengan rumah dan kampus serta dapat menghemat biaya. Tapi ternyata hal itu tidak memungkinakan karena alat laboratorium yang saya butuhkan tidak memadai. Saya kemudian menghubungi seorang perekayasa (peneliti) yang desertasi beliau saya jadikan salah satu referensi skripsi saya, untuk meminta saran dimanakah seharusnya penelitian saya lakukan.
Karena dulunya beliau adalah peneliti di lembaga penelitian di Sukabumi maka beliau pun menyarankan kepada saya untuk melakukan penelitian di Sukabumi. Namun, semenjak 3 tahun lalu, beliau dipindahtugaskan untuk mengelola sub-unit lembaga penelitian itu yang terletak di Pelabuhan Ratu. Beliau juga menyarankan saya untuk menghubungi seorang perekayasa yang masih bekerja di lembaga penelitian Sukabumi agar dapat membantu pelaksanaan penelitian saya di Sukabumi. Merasa mendapatkan jalan, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan penelitian di Sukabumi, meskipun jauh dan tentu biaya transportasi yang cukup mahal. Kebetulan, ada beberapa senior saya yang pernah melakukan penelitian di lembaga tersebut dan juga ada beberapa senior saya yang bekerja di lembaga tersebut.
Saya, akhirnya terdampar di Sukabumi.
Setelah sekitar 2 minggu di Kota Sukabumi, peneliti yan dulu menyarankan saya melakukan penelitian di Sukabumi mengajak saya mengunjungi tempat beliau bekerja sekaligus rumah beliau di daerah Pelabuhan Ratu. Saya pun sangat tertarik dan langsung mengiyakan undangan beliau.
Berbekal sms petunjuk dari peneliti tersebut, saya beranikan diri melangkah sendirian menuju Pelabuhan Ratu, untuk pertama kalinya. Saya naik angkot menuju terminal kota Sukabumi. Terminal itu berada kurang lebih 1 km di barat Lapangan Merdeka Sukabumi. Setelah turun dari angkot, saya mencari bus MGI tigaperempat warna biru. Bus menuju Pelabuhan Ratu, sesuai informasi yang saya peroleh, ada dua jenis yaitu MGI biru Ekonomi AC dan MGI biru ekonomi non AC. Katanya (saya tidak tahu pasti), kedua bus itu mempunyai rute perjalanan yang berbeda.
Ternyata, bus MGI (saya tidak tahu singkatan dari apa) AC dengan trayek Sukabumi-Pelabuhan Ratu banyak terparkir di luar Terminal. Bus-bus itu terparkir di sebelah selatan terminal dengan moncong bus menuju kearah barat. Seperti pada umumnya, tulisan trayek tertulis jelas di kaca depan dan belakang bus.
Saya mencari bus dengan jumlah penumpang yang paling banyak, agar saya tidak terlalu lama menunggu. Penumpang yang sudah terlihat banyak didalam bus, biasanya sopir bus akan segera tancap gas. Saya masuk dan memilih deretan kursi sebelah kiri, nomor dua dari depan. Seperti biasa, ada banyak penjual beraneka rupa didalam bus. Suara mereka saat menawarkan barang dagangan terdengar silih berganti. Tidak ketinggalan pengamen mempertontokan suara dan petikan gitarnya.
Ada seorang bapak yang mengenakan seragam khas pegawai negeri yang menyodorkan tangan kepada semua penumpang dan meminta uang 500 rupiah. Saya baru menemui budaya seperti ini di Kota Sukabumi. Ketika saya naik bus dari Semarang, Purworejo, atau daerah manapun saya belum pernah menemui ada seorang bapak-bapak pegawai pemerintah yang meminta uang retribusi kepada setiap penumpang. Saya pun tidak tahu, maksud dan tujuan bapak tadi. Saya hanya mengikuti perilaku penumpang-penumpang didepan saya seketika bapak itu menyodorkan tangannya.
Selang berapa saat bus melaju. Seorang kernet berdiri dan meminta uang tiket bus kepada seluruh penumpang. Anda hanya perlu membayar 20 ribu untuk tiket bus dari Sukabumi ke Pelabuhan Ratu.
Saya keluarkan sebuah buku dari tas dan mulai membacanya. Novel yang baru saya beli itu ternyata cukup membuat mata saya terbuka dan tidak mengantuk.
Saya keluarkan sebuah buku dari tas dan mulai membacanya. Novel yang baru saya beli itu ternyata cukup membuat mata saya terbuka dan tidak mengantuk.
Saat saya melihat keluar jendela bus, saya menyadari bahwa saya benar-benar asing dengan daerah ini. Pemandangan ini baru pertama kali saya lihat.
Masuklah seorang pemuda dengan gitar di kedua tangannya. Pemuda itu mulai berbicara dalam bahasa sunda yang sungguh tidak saya mengerti artinya sama sekali. Setelah basa-basinya selesai, pemuda itu mulai menyanyi dan tidak saya sangka, dia menyanyikan lagu tradisional sunda dengan khas cengkok sundanya. Aku terkesan. Nada-nada lagu tradisional sunda, bagi saya, memang nyaman didengarkan. Tidak ragu saya beri pemuda itu imbalan demi menghargai upayanya untuk menghibur penumpang.
Tidak kuasa menahan kantuk, saya pun tertidur. Terkadang saya terbangun dan ketika melihat sekeliling, hanya pegunungan dan pohon disepanjang jalan. Jalan yang dilalaui bus saya pun menanjak. Sepertinya bus saya sedang melalui pegunungan. Pemandangan seperti ini sepertinya sering saya temui dalam perjalanan di provinsi Jawa Barat. Jawa Barat memang banyak mempunyai daerah pegunungan, tidak heran jika daerah ini terkenal dengan suhu udaranya yang dingin.
Akhirnya, setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, sampai juga saya di terminal Pelabuhan Ratu. Sesuai petunjuk yang saya terima melalui sms, saya harus naik angkot warna biru jurusan Cisolok. Saya turun dari bus, dan dengan penuh kepercayaan diri (meskipun baru pertama kali), saya terus berjalan sambil mata saya mencari angkot berwarna biru.
Ada sebuah angkot biru dengan sopirnya yang meneriaki "Solok, solok, solok" kepada setiap orang yang turun dari bus. Itu pasti angkot yang saya cari. Tanpa pikir panjang, saya mengampiri angkot itu.
Sial bagi saya, saya harus menunggu hampir 30 menit sampai angkot yang saya tumpangi benar-benar beranjak dari area terminal. Ternyata si sopir angkot hanya bolak-balik di area itu. Dia menunggu sampai angotnya terisi penuh. Saya sempat menggerutu dan mengumpat dalam hati.
Pelabuhan Ratu adalah ibukota kabupaten Sukabumi. Kota ini cukup ramai. Ramai dengan aktivitas banyak orang. Pasar dan pelabuhan perikanan samudra membuat denyut kota ini terasa hidup. Selain itu, Pelabuhan Ratu terkenal dengan berbagai obyek wisata pantainya yang mempesona. Apalagi jaraknya yang dapat diupayakan oleh warga kota padat seperti Bogor dan Jakarta, sehingga kota dengan pantainya ini tidak pernah sepi dengan pengunjung. apalagi jika hari libur.
Karena letaknya dipinggir laut, Matahari di kota Pelabuhan Ratu terasa lebih menyengat, seperti kebanyakan kota-kota di pinggir pantai seperti Semarang dan Surabaya: panas!. Berbeda halnya di Kota Sukabumi yang super dingin.
Akhirnya angkot yang saya naiki melaju juga. Saya buka lagi sms petunjuk yang saya terima sehari sebelumnya, untuk memastikan dimana saya harus turun. Setelah yakin dengan petunjuk arah dan "sign" dimana saya harus turun, saya mulai menikmati pemandangan sekeliling.
Saya bisa melihat pantai secara langsung dari dalam angkot. Garis pantai dan deburan ombaknya terlihat jelas serta nampak rumah-rumahan kecil ditengah laut. Ombak laut pelabuhan ratu berkejaran disana, buih airnya terlihat jelas. Beberapa orang terlihat sedang asik bermain di pasir pantainya yang putih. Menyenangkan rasanya bermain dipinggir pantai seperti itu. Saya pun harus mencobanya nanti.
Banyak kios-kios penjual makanan ringan di pinggir pantai. Kios-kios itu pada umumnya terbuat dari bambu. Saya lihat juga ada beberapa hotel mewah yang terletak persis di pinggir pantai.
Banyak kios-kios penjual makanan ringan di pinggir pantai. Kios-kios itu pada umumnya terbuat dari bambu. Saya lihat juga ada beberapa hotel mewah yang terletak persis di pinggir pantai.
Angin semilir meniup wajah saat saya sadar jika saya sudah hampir sampai ditempat yang saya tuju. Saya akan mempunyai banyak kesenangan di sini.
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar