*****
Aku segera beranjak dan bergegas keluar dari gedung dekanat. Sebelum keluar aku ucapkan terimakasih kepada resepsionis sembari tersenyum. Saat aku keluar mendekati pintu utama, sepintas aku melihat foto-foto mahasiswa yang terpasang di sebuah majalah dinding elektronik, tepat sebelum pintu utama. Saat menunggu tadi, aku belum sempat memperhatikan foto-foto ini. Foto dan tulisan yang tertampil disana bergerak dan berganti secara otomatis.
Karena penasaran aku berhenti sejenak. AKu lihat foto seorang mahasiswa FPIK yang sedang menerima piala dan hadiah. Dia menjadi juara dalam sebuah kompetisi. Foto berganti setelah kurang lebih 1 menit. Sekarang aku lihat, foto beberapa kelompok mahasiswa sedang menyelam di bawah laut, sembari mengacungkan jempol tangan kanannya ke kamera. Foto selanjutnya adalah mahasiswa-mahasiswa FPIK yang sedang mengadakan acara semacam bakti sosial disebuah kawasan pesisir. Ternyata ini semacam foto-foto kegiatan dan prestasi mahasiswa FPIK. Kemahasiswaan di fakultasku ini sepertinya telah mengalami kemajuan cukup pesat, dan sudah sangat diapresiasi oleh pihak fakultas. Mading elektronik ini buktinya. Cukup menarik, gumamku dalam hati.
Aku berjalan menelusuri halaman kampus dengan satu tujuan sekretariat BEM FPIK dan ingin melihat mahasiswa-mahasiswa FPIK. Sekretariat BEM FPIK waktu jamanku masih kuliah disini terletak di lantai 3 gedung di belakang dekanat ini. Jika belum berganti tempat, sekretariat itu pasti ada disana. Seperti 7 tahun yang lalu. Jalan menuju gedung dibelakang dekanat sudah tertata rapi dan indah. Rimbun ditutupi oleh pepohonan yang tumbuh dipinggir jalan. Komplek kampusku kini nampak seperti hutan, asri dan sejuk. Kendaraan pribadi tidak terlihat sama sekali di komplek kampus ini. Sama seperti gedung-gedung sebelumnya yang aku lihat sebelumnya, tidak ada kendaraan terparkir dilingkungan komplek kampus. Sepertinya benar dugaanku, seperti di kampusku di Virginia, tempat parker kendaraan terletak diluar komplek kampus.
Banyak mahasiswa yang sedang berlalu lalang di sepanjang jalanan ini. Ramai sekali. Tidak ada satupun yang menggunakan sepeda motor. Semuanya berjalan kaki, dan ada beberapa yang bersepeda. Aku memperhatikan sebuah bangunan yang tidak aku kenali, karena waktu terakhir kali aku berada dikampus ini, bangunan itu tidak ada. Apa ya bangunan itu?pikirku. Bangunan itu sangat ramai dipenuhi mahasiswa, baik yang sedang berdiri maupun duduk-duduk di area sitting ground.Disamping gedung itu ada kantin yang ramai dikunjungi mahasiswa. Nampak juga dari kejauhan,bapak dan ibu yang berpakaian lebih formal dan rapi. Mereka pasti dosen atau karyawan fakultas ini. Jamanku dulu, mana ada dosen yang mau makan dikantinnya mahasiswa. Tapi lihat sekarang, sepertinya rasa kekeluargaan dan kedekatan itu terasa benar difakultasku ini.
Kalau beruntung, mungkin aku juga bisa bertemu dengan dosen-dosenku dulu yang pernah mengajarku. Tapi, apa mereka dikampus ya jam segini?pikirku. Jamanku dulu, biasanya jam segini dosen sudah susah ditemui. Dosenku dulu terlalu sibuk mengelola proyek di luar kampus. Dikampus jika hanya mengajar saja. Jadi malah terkesan tidak terlalu peduli dengan kemajuan kampus. Tapi sekarang, setelah berbagai macam terobosan yang dilakukan oleh pimpinan kampus untuk memajukan universitas, sepertinya iklim seperti itu sudah berganti. Buktinya, aku dipanggil untuk mengabdikan diri dikampus. Itu artinya, sudah banyak dosen-dosenku yang telah sadar. Semoga aku bisa bertemu dengan salah satu dari beliau, aku berharap dosen waliku dulu. Mungkin sekarang beliau sudah jadi professor, pikirku.
Setelah aku amati bangunan yang ramai oleh mahasiswa itu, aku putuskan untuk melihat-lihat kesana. Siapa tahu aku mendapatkan informasi berharga terkait dunia kemahasiswaan di bangunan yang disesaki oleh mahasiswa itu. Aku semakin dekat dengan bangunan itu, ketika dari dekat aku bisa membaca plang besar yang tertempel rapi di depan bangunan itu. Tulisan besar itu berbunyi “Fisheries and Marine Science Student Centre” .
Aku terhenyak sesaat. Ternyata bangunan yang tidak aku kenal ini adalah pusat kegiatannya mahasiswa-mahasiswa FPIK. Jika begitu, pasti sekretariat BEM FPIK sudah pindah kesini. Aku pikir begitu. Aku pandangi sekali lagi bangunan itu dan sekelilingya untuk sesaat, tidak ada yang wajah yang familiar disana. Aku sudah sangat lama tidak berkunjung kekampus ini, wajar jika tidak ada seorangpun yang masih aku kenal.
Aku mulai berjalan lagi mendekati bangunan itu. Setelah tepat diserambi bangunan itu, ku lihat sekeling, nampak mahasiswa-mahasiswa yang sibuk dengan urusannya mereka. Terdapat pintu masuk utama didepan bangunan itu. Disepanjang dinding luar, terdapat lukisan-lukisan tentang ikan dan laut, seperti dinding di tangga dekanat yang aku lihat tadi. Terdapat semacam mading elektronik di dekat pintu utama.
Aku sebuah kursi memanjang yang kosong disebelah kananku. Aku putuskan untuk duduk sesaat. Aku keluarkan botol minumku yang aku selipkan dikantong kanan tas pinggangku. Aku merasa haus. Aku teguk air didalamnya hingga haus ditenggorokanku hilang.
Ada seorang mahasiswi berkerudung yang sedang duduk sendirian di ujung kursi panjangku. Dia sedang asyik membaca buku. Sepertinya aku bisa bertanya kepadanya tentang letak sekretariat BEM FPIK. “Maaf dek, mengganggu”, aku berdiri di dekatnya dan sedikit menengok kebawah. “Iya, ada apa pak, ada yang bisa saya bantu?”. Jawab gadis itu, ramah tersenyum sambil segera menutup buku yang sedang dia baca. “Maaf dek, saya mencari sekretariat BEM FPIK, dimana ya?”. “Oh, sekretariat BEM FPIK ada didalam bangunan ini pak. Bapak bisa masuk melalui pintu utama itu” jawab gadis itu sambil mengarahkan tangannya ke arah pintu itu berada. Aku menoleh sesaat. “Setelah masuk, bapak ikuti saja lorong jalannya, diujung lorong itu Bapak nanti bisa membaca tulisan “Sekretariat BEM FPIK” terpampang besar disana. Bapak juga bisa melihat peta bangunan ini di mading elektronik didekat pintu utama itu”. Sekali lagi aku menoleh kearah mading elektronik yang berada disamping pintu utama itu. “Oke, baiklah, terimakasih atas informasinya ya dek”. Jawabku dengan ramah. “Iya pak, sama-sama”. Jawab gadis itu yang membuatku tertawa didalam hati. “Aku dipanggil bapak?. Sudah pantaskah aku dipanggil Bapak?”. Bercandaku didalam hati.
bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar