Aku baru saja ingin keluar dari minimarket, tempat dimana aku selalu bisa mendapatkan semua barang-barang kebutuhan sehari-hariku. Minimarket ini seperti teman terakrab yang aku punya setidaknya sejak satu tahun belakangan ini. Aku juga sangat dekat dengan pemilik sekaligus penjaga minimarket ini yang adalah seorang Malaysia. Apalagi kami adalah saudara muslim, pertemuan kami di masjid setelah shalat Jumat dan pada pengajian rutin setiap Sabtu malam di masjid Al-Iman membuat kami semakin dekat.
Sembari mendorong pintu minimarket, aku berteriak sekali lagi kearah temanku itu "Makasih ya teman!". Sambil sibuk melayani beberapa pembeli, dia menyahut teriakanku "you're welcome" serunya dibalik meja teller dibarengi senyum khasnya yang ramah.
'Wussshhhh' dinginnya angin pergantian musim dingin menerpa wajahku seketika aku keluar dari minimarket. Suhu diluar seperti sekarang ini mungkin berkisar 5 derajat celcius. Aku langsung menutup kepalaku dengan kantong pembungkus kepala dibalik leher jaketku. Suhu dingin seperti ini membuatku harus sering-sering melumasi bibirku dengan minyak zaitun agar tidak menjadi terlalu kering dan pecah-pecah. Pernah sewaktu aku lupa membawa minyak zaitun, bibirku benar-benar menjadi korban dinginnya udara negara sub-tropis. Bibirku pecah-pecah, bahkan nampak merah karena berdarah. Sangat menyakitkan dan menyiksa. Itu membuatku tidak doyan makan selama 3 hari. Setelah itu, aku berjanji, tidak akan pernah lupa membawa botol kecil minyak zaitun sebelum musim dingin berlalu.
Aku berjalan cepat menuju pedistrian di jalan yang setiap hari aku lalui, Main Street. Setidaknya satu tahun ini, aku sudah bisa menghafal seluk beluk jalanan di kota ini. Masih nampak aku lihat beberapa sisa salju semalam yang masih menempel di atap-atap rumah dan dahan-dahan pohon. Meskipun tidak terlalu sering turun seperti saat puncak musim dingin, salju masih terkadang menyapa di malam hari.
Tidak lupa aku masukan belanjaanku kedalam tas punggung yang setiap hari aku gendong. Belanjaanku kali ini tidak terlalu banyak, hanya beberapa bahan makanan dan cemilan untuk malam ini saja. Temanku akan datang ke apartemen nanti malam, tidak enak hati jika aku tidak menyiapkan apa-apa buatnya. Temanku yang satu itu, orang Indonesia yang aku temui setelah satu minggu di negara perantauan ini, memang sering berkunjung ke apartemenku. Dia juga telah banyak membantu adaptasi kehidupanku disini. Dia juga masih lajang sepertiku.
Aku masukan kedua tanganku kedalam saku jaket dan terus bergegas menyusuri pedistrian jalan Main Street menuju apartemenku. Kuliahku hari ini tidak terlalu banyak seperti hari-hari biasanya. Aku bisa langsung pulang sekarang dan menikmati sisa hari ini.
Aku masukan kedua tanganku kedalam saku jaket dan terus bergegas menyusuri pedistrian jalan Main Street menuju apartemenku. Kuliahku hari ini tidak terlalu banyak seperti hari-hari biasanya. Aku bisa langsung pulang sekarang dan menikmati sisa hari ini.
Sembari berjalan, aku menunduk memandangi lantai semen tempat aku berjalan. Masih ada sesuatu yang mengusik pikiranku. Aku menerawang dalam, seperti aku bisa melihat apa yang ada dibalik lantai semen itu. Aku masih saja terpikirkan oleh obrolanku dengannya malam tadi. Obrolanku dengan dia via YM semalam membuatku semakin gelisah dan bimbang. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya dengan kondisi seperti ini.
Kadang aku sering menertawakan diriku sendiri karena ternyata aku bisa jatuh pada lubang yang dulu aku anggap kejatuhan seseorang pada lubang seperti itu adalah hal yang sangat bodoh dan konyol. Lubang itu adalah jatuh hati pada seorang wanita karena mengobrol di dunia maya. Aku sempat menertawakan beberapa temanku karena bisa-bisanya menyukai wanita tanpa memandang atau bertemu langsung dengan sang wanita. Bagaimana mungkin, orang yang jarang atau malah sulit untuk bertemu di dunia nyata, jatuh cinta karena obrolan di dunia maya?. Itu nampak sedikit tidak masuk akal bagiku.
Tapi sekarang, aku kadang tertawa pada diriku sendiri. Tertawa karena sepertinya aku mengalami hal yang sama dengan beberapa teman yang dulu pernah aku tertawakan itu. Aku jatuh hati pada seorang wanita yang hanya bisa aku ajak ngobrol di dunia maya, tanpa bertemu dan memandang langsung wajahnya. Ohh, lucu dan konyol sekali kedengarannya bukan?. Aku cuma bisa membaca kalimat demi kalimat yang ia tuliskan saat kami mengobrol via YM. Teramat sulit buatku untuk bertemu dengannya. Kita terpisahkan oleh benua dan samudra. Sangat jauh. Nyaris setengah putaran bumi. Aku bahkan lupa kapan pastinya aku terakhir bertemu dengannya. Mungkin sekitar 3 tahun lalu. Aku ingin mengelak perasaanku sendiri ini, seketika aku sadar jika lubang-yang dulu sering aku tertawakan-itu terus menyeretku masuk kedalamannya, semakin dalam.
Perasaan apa sebenarnya ini. Tidak mungkin rasanya aku bisa menemuinya dan mengutarakan apa yang aku maksud. Aku selalu gelisah jika memikirkan hal ini. Aku juga ragu jika harus mengatakan yang sebenarnya kepadanya melalui YM. Apa kata dunia?. Aku semakin ragu. Aku ingin tertawa sendiri jika sedang mempunyai keinginan mengatakan yang sebenarnya kepada wanita itu melalui YM. Ahh, tapi itu terlalu lucu dan aneh bagiku. Ingin sekali aku menjumpainya dan mengatakan yang sesungguhnya, tapi ini juga tidak mungkin. Studiku disini belum memungkinkanku untuk kembali ke tanah kelahiran. Terlalu lama dan jauh waktu yang harus aku tunggu agar bisa menemuinya. Itupun jika dia mau bukan?. Serba salah jadinya aku ini. Namun, perasaan ini terus saja menggerus kesadaranku. Aku takut jika akhirnya aku tidak bisa mengendalikan ini semua.
Aku juga tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, jika namanya adalah yang pertama aku harapkan muncul di layar monitorku. Ingin aku segera mengatakan apa yang aku rasakan ini kepadanya, tapi waktu dan kondisi sepertinya masih jadi penghalang utamaku. terutama kondisi psikologisku sendiri. Lucu sekali memang, menyukai seorang wanita yang wajah dan suaranya tidak bisa aku lihat dan dengar. Dia seperti hanya ada di alam fana. Dia bisa aku rasa, tapi tidak bisa aku lihat.
Aku terbangun dari lamunanku saat aku lihat papan penunjuk jalan tepat diseberang jalan yang aku lalui; Keenwood Drive. Nama jalan yang sangat aku kenal. Tidak terasa aku sudah sampai di perempatan dekat apartemenku. Aku tersenyum, aku terhayut dalam pikiranku selama aku berjalan tadi. Jadi linglung aku ini. Untung tidak ada lubang dijalan atau rusa yang begitu saja lewat dihadapanku. Memang masih banyak pepohonan lebat disepanjang jalan ini. Rusa pun masih sering terlihat berseliweran melintasi jalanan, terutama dimalam hari. Mereka akan banyak keluar dari lebatnya pohon.
Aku menghefa nafas dan nampak lah embun putih keluar disekitar hidungku. Aku berhenti sebentar dan keyakinan itu muncul dalam diriku seketika itu juga "Aku harus mengatakannya, harus. Biarlah Tuhan yang selanjutnya menentukan". Aku harus segera mengahiri penderitaan ini jika aku tidak ingin menahan kegelisahan yang semakin dalam. Ini benar-benar membuatku gila.
Nikmatnya coklat hangat dan muffin saat suhu dingin seperti ini menggodaku pikiranku untuk segera melupakan sejenak pikiran itu. Aku pun bergegas menuju apartemen. Suhu hangat dan kenyamanan didalam apartemen sudah menungguku.
Perasaan apa sebenarnya ini. Tidak mungkin rasanya aku bisa menemuinya dan mengutarakan apa yang aku maksud. Aku selalu gelisah jika memikirkan hal ini. Aku juga ragu jika harus mengatakan yang sebenarnya kepadanya melalui YM. Apa kata dunia?. Aku semakin ragu. Aku ingin tertawa sendiri jika sedang mempunyai keinginan mengatakan yang sebenarnya kepada wanita itu melalui YM. Ahh, tapi itu terlalu lucu dan aneh bagiku. Ingin sekali aku menjumpainya dan mengatakan yang sesungguhnya, tapi ini juga tidak mungkin. Studiku disini belum memungkinkanku untuk kembali ke tanah kelahiran. Terlalu lama dan jauh waktu yang harus aku tunggu agar bisa menemuinya. Itupun jika dia mau bukan?. Serba salah jadinya aku ini. Namun, perasaan ini terus saja menggerus kesadaranku. Aku takut jika akhirnya aku tidak bisa mengendalikan ini semua.
Aku juga tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, jika namanya adalah yang pertama aku harapkan muncul di layar monitorku. Ingin aku segera mengatakan apa yang aku rasakan ini kepadanya, tapi waktu dan kondisi sepertinya masih jadi penghalang utamaku. terutama kondisi psikologisku sendiri. Lucu sekali memang, menyukai seorang wanita yang wajah dan suaranya tidak bisa aku lihat dan dengar. Dia seperti hanya ada di alam fana. Dia bisa aku rasa, tapi tidak bisa aku lihat.
Aku terbangun dari lamunanku saat aku lihat papan penunjuk jalan tepat diseberang jalan yang aku lalui; Keenwood Drive. Nama jalan yang sangat aku kenal. Tidak terasa aku sudah sampai di perempatan dekat apartemenku. Aku tersenyum, aku terhayut dalam pikiranku selama aku berjalan tadi. Jadi linglung aku ini. Untung tidak ada lubang dijalan atau rusa yang begitu saja lewat dihadapanku. Memang masih banyak pepohonan lebat disepanjang jalan ini. Rusa pun masih sering terlihat berseliweran melintasi jalanan, terutama dimalam hari. Mereka akan banyak keluar dari lebatnya pohon.
Aku menghefa nafas dan nampak lah embun putih keluar disekitar hidungku. Aku berhenti sebentar dan keyakinan itu muncul dalam diriku seketika itu juga "Aku harus mengatakannya, harus. Biarlah Tuhan yang selanjutnya menentukan". Aku harus segera mengahiri penderitaan ini jika aku tidak ingin menahan kegelisahan yang semakin dalam. Ini benar-benar membuatku gila.
Nikmatnya coklat hangat dan muffin saat suhu dingin seperti ini menggodaku pikiranku untuk segera melupakan sejenak pikiran itu. Aku pun bergegas menuju apartemen. Suhu hangat dan kenyamanan didalam apartemen sudah menungguku.
Siip..judul yg lumayan...pesan hikmahnya apa, ca? :)
BalasHapusGak ada, cuma iseng buat aja..gak ada pesan morale..emm, ato mungkin pesan morale, jangan terlalu sering chating via YM...hahahha
BalasHapus