Sebelum saya berangkat ke Jawa Barat lagi untuk memulai penelitian saya, saya diminta untuk mempresentasikan sesuatu tentang konsepsi mahasiswa ideal kepada mahasiswa-mahasiswa baru angkatan 2011 di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNDIP. Menurut panitia, saya adalah orang kedua yang diminta untuk mengisi materi tersebut, orang pertama yang diminta sebagai pembicara berhalangan dan meminta panitia untuk menghubungi saya. Meskipun panitia menghubungi saya 2 hari sebelum hari H, dan mengingat materinya cukup berat bagi saya, saya tetap mengiyakan kepada panitia karena saya merasa bahwa hal seperti itu adalah bagian dari tanggung jawab moral saya sebagai seorang senior dan tanggung jawab saya dalam posisi organisasi yang saya duduki sekarang. Jujur saja, bagi saya, materi tersebut sangatlah berat, karena saya diminta untuk mengupas tentang “mahasiswa ideal”, padahal saya merasa bukanlah sosok yang pantas untuk memberikan materi itu. Sepertinya materi itu nyasar datang kepada saya ^^. Banyak orang, bahkan saya pernah dengar secara langsung, kalau mahasiswa sudah lebih dari 8 semester belum lulus berarti dia tidak bisa disebut mahasiswa ideal. Lah saya semester 9 saja belum lulus je?masak diminta ngisi tentang mahasiswa ideal?. Nah lho?Intinya saya masih jauh dari kata ideal untuk ukuran seorang mahasiswa…Lalu harus bagaimana saya?
Setelah itu, saya menggali lebih dalam makna mahasiswa ideal menurut imajinasi saya, nampaknya pertama kali bayangan yang muncul dari dalam kepala saya ketika memikirkan tentang mahasiswa ideal adalah sosok seorang “mahasiswa beprestasi” atau biasa disebut Mawapres. Kalau bicara tentang mahasiswa ideal, kita bisa melihat sosok seorang Mawapres, setidaknya Mawapres (menurut saya) mencerminkan bagaimana idealnya seorang mahasiswa. Saya langsung terbayang teman saya, angkatan 2007 dari FISIP dan FIB UNDIP, yang pada tahun 2010 dan 2011 terpilih menjadi Mawapres di tingkat Universitas Diponegoro. Yaa sosok seperti mereka berdua itulah mahasiswa ideal, pikir saya. Aktif di organisasi mahasiswa, banyak menjuarai berbagai kompetisi, IPK-nya selangit, pandai berbahasa inggris, pandai menulis, sering ke luar negeri, dan seabrek aktifitas lainnya. Setahu saya, mahasiswa beprestasi itu dinilai dari segala sisi, tidak saja sisi akademiknya, tapi juga non-akademisnya. Jadi sering saya bayangkan kalau mahasiswa berprestasi ditingkat universitas apalagi di tingkat Nasional, adalah dia yang sangat ideal untuk dicontoh dan dijadikan role model mahasiswa ideal.
Begitulah bayangan konkret tentang mahasiswa ideal yang muncul dikepala saya pertama kali. Tidak mau saya terbatas pada imajinasi saya itu, yang mungkin saja salah^^, saya memaksa diri untuk mencari berbagai tulisan tentang mahasiswa ideal, mengapa, apa dan bagaimana mahasiswa ideal itu saya telusuri sebanyak-banyaknya di internet. Tidak terhitung berapa banyak artikel yang saya download dan setelah itu saya baca untuk menyuplai pemahaman otak saya tentang mahasiswa ideal. Setelah saya baca, kemudian saya ambil beberapa pokok pikiran dari artikel-artikel tersebut untuk saya jadikan acuan dalam membuat artikel tentang mahasiswa ideal. Saya berharap artikel itu bisa saya segera selesaikan, sehingga bisa dibaca setiap mahasiswa. Ada beberapa pokok pikiran yang kemudian membawa pencerahan kepada saya tentang bagaimana idealnya seorang mahasiswa. Beberapa pemikiran tersbut menurut saya adalah, bisa dikatakan, dasar konseptual mahasiswa ideal. Berikut pemikiran tersebut:
Pertama, mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang mempunyai kapasitas moral dan akhlak; kapasitas sosial dan politik; dan kapasitas keilmuan dan keprofesian. Ketiga kapasitas ini yang nantinya akan mendukung mahasiswa dalam menjalankan perannya sebagai the guardian value, the director of change, dan iron stock. Pemikiran ini saya ambil dari tulisan Aditya Satrya Wibawa (2008)[1]. Untuk menjadi penjaga nilai-nilai keadilan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan nilai dasar kehidupan yang positif lainnya serta sekaligus sebagai motivator dan inspirator kemajuan dari dalam masyarakat, mahasiswa harus mempunyai kebaikan akhlak dan moral. Pemahaman dan kemampuan dibidang sosial dan politik akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan konflik sosial, menggerakan massa, berpikir kritis, dan berargumen sebagai pemimpin perubahan ke arah lebih baik. Sebagai seorang calon pemimpin bangsa dimasa depan yang akan menduduki posisi penting, seperti ilmuwan, peneliti, dosen, guru, pejabat negara, wirausahawan, dan lain sebagainya, maka penguasaan ilmu dan keahlian dibidang study yang digeluti mutlak dikuasai oleh mahasiswa.
Kedua, pemikiran ini adalah menurut saya, bahwa mahasiswa ideal haruslah mahasiswa yang menyangkup ketiga fungsi tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Menurut saya, ketiga dasar falsafah pergurun tinggi dalam menjalankan fungsinya, harus diikuti oleh seluruh mahasiswa yang ada didalamnya. Mahasiswa harus mengamalkan ketiga falsafah tersebut dalam setiap aktivitas kesehariannya sebagai masyarakat perguruan tinggi. Dalam fungsi pendidikan, mahasiswa harus bisa menjadi pendidik dan peserta didik yang baik serta harus mampu menyadari dengan sungguh-sungguh pentingnya peran pendidikan (education) dalam membangun kejayaan bangsa dan masyarakat. Fungsi ini dijalankan dalam bentuk kuliah, praktikum, pengerjaan laporan, dan belajar mandirinya mahasiswa mengenai bidang keilmuan masing-masing. Penelitian termanifestasi dalam diri mahasiswa sebagai seorang researcher yang mendasari semua ucapan, tulisan, dan tindakannya berdasarkan fakta ilmiah. Selain itu, sebagai seorang subyek sekaligus obyek penelitian, mahasiswa mempunyai eagerness (keinginan) untuk memahami dinamika sosial dan alam melalui pendekatan ilmiah. Mahasiswa harus pernah menulis ilmiah, jauh lebih baik selain menulis skripsi. Pengabdian masyarakat tercermin dari karakter mahasiswa sebagai golongan elit masyarakat yang peka dan peduli terhadap kondisi masyarakat. Semua kapasitas yang dimiliki setiap mahasiswa, idealnya, semuanya itu termuarakan untuk kemajuan masyarakat. Kepekaan dan kepeduliaan itu dapat ditunjukan dengan beberapa cara, seperti aksi turun ke jalan, bakti sosial, pasar murah, pengobatan gratis, desa binaan dan lain sebagainya.
Kedua pemikiran itu menurut saya adalah sebagai lansadan konseptual bagaimana seharusnya/idealnya mahasiswa itu. Agar lebih lengkap bagaimana mengelola itu semua agar tidak terjadi kepincangan dalam menjalankan konsep tersebut, maka saya tambahkan, bahwa mahasiswa ideal itu adalah mahasiswa yang:
A) Seimbang (balance). Seimbang dalam segalanya; akademik oke-non akdemik oke, akhirat bagus-dunia keren, dan pikiran-hati-dan jasmani encer, jernih, dan bugar. Mahasiswa ideal adalah mereka yang paham dan menjalankan peran dan fungsi mahasiswa yang sedikit saya ceritakan diatas dengan baik dan SEIMBANG. Mereka yang mampu menyeimbangakan antara kapasitas akhlak, sosial politik, keilmuan, dan mampu menjalankan falsafah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat secara baik dan seimbang, maka layak disebut ‘ideal’. Seimbang artinya tidak pincang, berjalan dengan sinergis dan harmonis. Ada bukan untuk menghilangkan namun ada untuk melengkapi. Tidak hanya tinggi IQ-nya saja, melainkan juga mempunyai EQ dan SQ yang tinggi pula.
B) Complete (menyeluruh), menurut saya, mahasiswa ideal adalah mereka yang mampu menguasai segala sisi, peran, fungsi, dan falsafah mahasiswa yang sesungguhnya dengan sebenar-benarnya. Dia menguasai seluruh aspek, meskipun setiap mahasiswa mempunyai kecenderungan masing-masing, Tidak hanya berotak encer saja, melainkan juga berjiwa sosial dan spiritual selangit agar hubungan horizontal dan vertical tetap terjaga dengan baik.
C) Added value (nilai tambah). Sekarang ini, mahasiswa semakin sadar akan pentingnya membuat dirinya sendiri menjadi ideal, sebab permintaan pasar mengharuskan mahasiswa selama kuliah, berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Kesadaran mahasiswa untuk tidak sekedar kuliah saja jika ingin sukses, sudah banyak dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Sudah banyak mahasiswa yang ber-IPK tinggi, aktif organisasi, punya banyak prestasi, mandiri, dan segala aspek lainnya. Karena itu, mahasiswa ideal sebaiknya ialah yang mempunyai nilai tambah tersendiri yang orang kebanyakan tidak mempunyainya. Hal tersebut pada umumnya adalah value (nilai) didalam diri mahasiswa yang susah untuk ditiru dan dijiplak oleh orang lain, baik itu attitude, skill maupun knowledge.
Lalu apakah standar ideal saya dengan kalian (pembaca) berbeda?Ataukah bayangan saya mengenai mahasiwa ideal seperti mahasiswa beprestasi (Mawapres) sama seperti yang kalian pikirkan?Mungkin akan banyak pendapat tentang pertanyaan ini. Namun, saya rasa semuanya akan sepakat jika mahasiswa yang ber-IPK tinggi, aktif di organisasi, berprestasi, berjiwa sosial tinggi, bagus akhlak dan moralnya, mandiri, fasih berbahasa asing dan pandai mengatur waktu dan dirinya, serta mempunyai peran positif terhadap masyarakat maka mahasiswa yang seperti inilah layak disebut mahasiswa ideal.
Selain itu, menurut saya, mahasiswa ideal dalam setiap tingkatnya pun berbeda. Mahasiswa tingkat I, idealnya berbeda dengan tingkat II, III dan IV. Mahasiswa tingkat I idealnya adalah mereka 1) memahami benar visi hidupnya berdasar Tuhan YME, 2) memhami potensi diri, pandai mengatur diri dan waktu, 3)cinta dan bangga terhadap almamater 4) mempunyai kesadaran dan motivasi untuk terus mengembangkan diri, dan 5) mempunyai kesadaran berorganisasi. Idealnya atau profile mahasiswa menurut tingkatan semesternya, arahannya sebenarnya dapat dilihat di buku biru Kaderisasi KM UNDIP, agar nantinya dapat diperoleh mahasiswa yang ideal sesungguhnya. Mahasiswa tingkat II harus sudah bisa mengatur organisasi (massa) dan tingkat III sudah harus matang dalam berpikir, mengambil kebijakan, dan menanamkan value kepada adek kelas. Mahasiswa tingkat IV + (seperti saya) idealnya adalah mampu menyebarkan ide dan pemikiran positif untuk perbaikan budaya (culture) dikampus dan harus mempersiapkan diri sebagai calon anggota masyarakat yang sebenarnya.
Yuk mari belajar menjadi mahasiswa ideal, meskipun masa menjadi mahasiswa itu sangat singkat dan terbatas…..
Namun justru, yang singkat dan terbatas itu adalah fase emas hidup manusia. Jadi, jangan disia-siakan!
Selamat belajar dan berkontribusi ^^
By: Panca Dias Purnomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar