Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Rabu, 09 Januari 2019

Growth Mindset

Baru sampai kantor, duduk, check HP, dan membaca tag foto beberapa halaman buku yang sedang dibaca oleh istri saya tentang "parenting". Saya gak terlalu ingat persisi judul bukunya, tapi yang pasti buku itu membahas tentang parenting-nya orang Denmark. Ya, Denmark dikenal sebagai negara dengan kualitas pendidikannya yang sangat bagus, selain Singapura & Finlandia. Selain itu, masyarakat Denmark terkenal dengan indeks kebahagian warganya yang tinggi. Apa rahasianya?

Tag foto halaman buku dari istri saya itu, kembali memberi insight kepada saya, bahwa memuji anak hanya berdasar prestasi/hasil saja akan cenderung menjadikan anak manusia yang tak tahan banting, hanya akan menjadi percaya diri saat berhasil dan berprestasi, sulit menerima kegagalan dan kesulitan. Padahal jika boleh kita renungkan sepanjang perjalanan hidup kita, apakah hidup itu memberi hal-hal yang kita senangi saja?. Tidak!. Hidup justru memberi banyak hal yang tidak kita suka: kegagalan, kemacetan, tekanan, kesedihan, dan banyak lagi. Ketika kita memuji anak kita, jangan hanya saat ia berhasil atau berprestasi saja, melainkan lihat dari disi usaha-nya. Hargailah lebih pada proses, pada usahanya, bukan pada hasil-nya. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi manusia yang tidak takut gagal, dan tidak mudah menyerah serta kehilangan kepercayaan diri ketika gagal.

Selain dari sisi ilmu parenting tersebut, ada kalimat di dalam buku itu yang ada kaitannya dengan dunia bisnis dan organisasi. Kalimat tersebut adalha mengenai Growth Mindset, bunyinya begini  "Orang dengan pola pikir berkembang (growth mindset) lebih baik dalam beradaptasi untuk bekerja sama dalam tim dan menyelesaikan tantangan tanpa stress". Kalimat ini menyadur sebuah artikel yang dimuat di New York Times. Organisasi masa kini lebih menyukai merekrut tipe orang seperti ini, agar organisasi diisi oleh manusia yang tahan banting, lihai dalam beradaptasi, dan pantang menyerah, serta tidak mudah stress. 


Saya pertama kali tau tentang Growth Mindset itu bukan dari buku atau artikel yang saya baca sendiri, melainkan saya mendengar penjelasannya dari HR Director saya saat sesi diskusi mengenai analisa dan penentuan pengembangan manusia dengan beberapa manager. Saat itu intinya beliau bilang, saat ini organisasi lebih suka mencari dan mengembangkan orang dengan kompetensi "Growth Mindset", yakni orang yang selalu ingin tumbuh, tidak mudah puas, dan terus belajar untuk mengembangkan diri dan organisasinya. 

Barulah kemudian, pagi ini saya ketemu lagi dengan Growth Mindset dari buku yang sedang dibaca oleh istri saya. Well, saya sepenuhnya setuju dengan ide ini, bahwa growth mindset merupakan kemampuan penting dewasa ini yang sangat dibutuhkan bagi dunia bisnis manapun. Termasuk perusahaan saya sendiri. 

Sependek perjalanan karir saya, orang dengan kompetensi growth mindset-nya yang bagus akan selalu dapat diandalkan dan bisa menjadi bintang di kelompoknya. Ia bisa menjadi kontributor pribadi yang handal, ia adalah team player yang sangat berdampak, bahkan ia bisa menjadi leader yang efektif. Karena ia mudah berkolaborasi, berpikiran terbuka, mudah beradaptasi, rajin berinovasi, serta memiliki respon yang positif dari peristiwa apapun bahkan yang negatif sekalipun. Tipe orang seperti ini mudah menjadi orang kepercayaan, hingga kemudian mendapatkan tempat yang lebih baik dibandingkan rata-rata orang dalam organisasi. 

Sebaliknya, orang yang memiliki sifat kebalikan dari itu cenderung sulit dipercaya oleh tim dan karirnya bisa jadi gak terlalu mulus. Sebagai seorang atasan misalnya, pasti kita lebih suka anak buah yang bertipe seperti diatas kan?. Respond-nya selalu positif setiap kali diberi pekerjaan baru dan tantangan baru, karena hal-hal itu kita percaya bagian dari pengembangan anak buah kita untuk skill dan keahlian yang lebih. Bagaimana jika kebalikannya?. Diberi tantangan baru, dibilang gak perhatian. Dikasih pekerjaan baru, dibilang overwelming. Diberi masukan, malah resisten. Diminta ide inovasi-nya, ya gitu-gitu aja. Sebagai atasan pasti akan meletakan nama karyawan ini di daftar terakhir kandidat promosi. 

Tapi bisa jadi, orang dengan mindset seperti ini tidak pernah sadar akan perilakunya sendiri yang justru merugikan bagi dirinya. 

Bagaimana cara mengidentifikasi bahwa orang memiliki kompetensi growth mindset?. Bagaimana cara mengukurnya?. Apa saja indikator-nya?. Nah ini kita perlu dalami, terutama agar saat rekrut anggota baru serta identifikasi hi-po kita dapat menemukan the best among the best. 

Salam 

-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Ciri tim Solid - Bagaimana sebuah tim terbentuk? Bagaimana membuat tim menjadi solid? Bagaimana proses tahapan pembentukan tim hingga akhirnya tim dapat menjadi tim yang ku...
    1 hari yang lalu