Kata-kata didalam tulisan bisa menjadi sarana ampuh untuk mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan. Terkadang, ketidakberanian dalam mengatakan membuat semua itu berlalu begitu saja. Apalagi jika hanya dengan mengandalkan kata hati atau telepati, sulit rasanya. Kamu butuh suatu cara efektif agar isi otak dan hatimu dapat tersampaikan, tanpa mengurangi sedikitpun maksud dan esensinya karena ketidakberanianmu sendiri.
Seseorang belum bisa meraih cinta bukan karena ia tidak berusaha untuk mencari dan kemudian menggenggamnya, tapi terkadang karena ia tidak atau belum bisa menginjinkan cinta yang datang masuk kedalam hatinya. Ada banyak alasan mengapa seseorang belum merespon hadirnya cinta dalam hidupnya, salah satunya adalah karena ia belum siap dengan sebuah cinta baru. Ia terkadang menjadi sangat cuek untuk meresponnya karena takut jika pada akhirnya, cinta itu kembali hanya akan berakhir seperti sebelumnya. Atau pun misalnya disebabkan karena keraguannya akan cinta yang tak berbalas. Keduanya, sama sakitnya.
Seperti sebuah film komedy romantis "When in Rome", seorang wanita bernama Beth (Kristen Bell) kecewa dan sedikit frustasi karena ia sudah sekian kali gagal menemukan cinta sejati. Ia pun akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu memusingkan cinta dan fokus pada pekerjaannya. Desakan keluarga dan melihat adiknya menikah membuat dirinya malah menolak untuk tidak jatuh cinta. Ketika ia enggan memikirkan tentang cinta, justru datang beberapa pria menawarkan cinta kepadanya, termasuk Nick (Josh Duhamel). Meskipun ia berusaha untuk tidak merespon kedatangan cinta itu, bahkan menolaknya, namun pada akhirnya ia membuka diri untuk satu cinta, yakni cinta yang ia yakin adalah cinta yang sebenarnya, dari Nick. Ada satu nasehat dari Ayah Beth yang membuatnya memberanikan diri membuka hatinya (kembali) untuk cinta adalah "When it (love) comes, you'll open to it".
Seperti Beth, banyak orang kemudian menjadi takut membuka hati untuk kehadiran cinta karena pernah menjadi korban sakitnya putus cinta, patah hati, atau cinta yang bertepuk sebelah tangan. Ketika kamu adalah salah satu dari sekian banyak orang seperti itu, kamu mungkin akan mulai, perlahan tapi pasti, menutup kemungkinan-kemungkinan merasakan cinta (kembali). Kamu akan menjadi sangat berhati-hati. Ketika ada rasa nyaman muncul kembali, getaran itu ada lagi-seperti yang pernah kamu rasakan dulu-seringnya kamu akan menginjak pedal rem hatimu, dan berkata "aku tidak mau. Ini hanya ilusi".
Atau bisa saja, kamu menjadi orang yang dingin, kaku, dan defensif. Akibat pertanyaan-pertanyaan skeptis itu muncul setiap kali hal itu kamu rasakan. Takut. Enggan. Bosan. Sudahlah, kamu pun akan menyisihkan itu semua dalam sudut terpencil otakmu, menyimpannya dalam lemari besi, kemudian menutupnya dengan kain hitam gelam. Tidak untuk menguncinya rapat-rapat, apalagi membuang kuncinya, Tidak. Karena kamu tetap akan membutuhkannya suatu saat nanti. Kamu masih memerlukan kuncinya. Kamu cuma butuh waktu sampai kamu siap membuka kain hitam itu, membuka lemari besi itu, dan mengeluarkan isinya kembali dalam otak dan perasaanmu. Waktu akan ada untukmu.
Sementara saat itu datang kamu bisa melakukan apapun yang kamu suka. Bergerak, berlari sekuat yang kamu bisa. Raih mimpimu.
Kamu hanya butuh sekedar menunggu sampai waktu itu akan datang, sampai kamu benar-benar merasa yakin bahwa kamu telah menemukan cinta-sejati, tanpa ilusi dan kebohongan. Sampai kamu siap, dan berkata "ini lah yang aku cari".
Kamu memang tidak akan pernah tahu, kapan dan dimana kamu akan membuka hati untuk kehadiran cinta. Banyak orang bilang jika suatu saat kamu bertemu dengan cintamu yang sebenarnya, kamu akan merasa ada getaran halus dan kesan mendalam dalam dirimu. Entahlah, aku juga tidak tahu. Minimal, kamu tidak menghindarinya.
Jangan menjadi paranoid, dan terlalu dingin. Cuma berhati-hati agar kamu tidak terperosok dalam lubang pesakitan yang sama.
Kamu harus yakin, saat itu datang, kamu akan membuka hatimu untuknya.
Indonesia, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar