Aku mengendarai sepeda motorku dengan cepat. Aku takut terlambat. Hari pertama kuliahku di kampus biru ini jangan sampai menjadi kenangan buruk hanya gara-gara satu kata "terlambat". Aku tidak ingin sang dosen tidak mengijinkan aku masuk kelas. Apa kata dunia nantinya? Aku pacu motorku dengan tergesa-gesa, pedal gas di tangan kananku aku putar dengan cepat, aku meliuk melewati kendaraaan yang lain sambil berdoa didalam hati aku akan selamat dan tidak terlambat. Ini memang salahku, kenapa aku bangun kesiangan. Bodohnya aku, kenapa semalam aku malah begadang nonton film. Aku mengutuk diriku sendiri.
Segera aku berlari menuju gedung kampusku. Tempat parkir dan pintu utama gedung kampusku memang tidak terlalu jauh, tapi karena rasa takut yang amat sangat, aku putuskan untuk terus berlari. Karena berlari dan sedikit panik, aku lupa dimana ruang kuliahku. Ah, bodohnya aku, gerutuku didalam hati. Aku berhenti sejenak didalam gedung lantai satu, sambil terengah-engah mengambil nafas aku melihat sekeliling. Jujur saja, ini baru kedua kalinya aku masuk ke dalam kampusku ini. Maklum masih mahasiswa baru, jadi belum terlalu paham letak geografis ruangan didalam gedung ini. Aku semakin jengkel saja, terutama dengan kondisi seperti ini. Aku melihat sekitar, banyak mahasiswa dan pegawai yang lalu lalang. Tidak ada satupun yang aku kenal. Aku mencari-cari orang yang nampak bisa membantuku untuk menemukan ruang kelasku. Aku tidak melihat seorang pun pegawai diruangannya. Aku menyega keringatku, menghela nafas, dan sesaat kemudian aku lihat seorang wanita berjilbab menyeberang masuk kedalam koridor lantai satu. Mungkin dia tau ruangan yang aku cari. Aku putuskan untuk menhampirinya dari samping.
"Emm, mbak, maaf numpang nanya, ruang kelas biologi biasanya dimana ya mbak?", aku bertanya kepada wanita itu dengan masih menahan nafas ngos-ngosanku.
"Ehh, iya, maaf, gmana mas, ada yang bisa dibantu?" dia agak kaget karena aku bertanya tiba-tiba. Dia kemudian memutar tubuhnya ke ara sumber pertanyaan itu: aku. Ternyata pertanyaanku tadi tidak cukup jelas bagi wanita itu. Sesaat setelah aku menatap mukanya, wooow, dia sangat cantik batinku.
Aku terpana untuk sesaat melihat kecantikan wajahnya, wajah putih bersih yang dibalut dengan jilbab biru laut itu benar-benar adalah kecantikan yang alami. Tanpa make-up sedikitpun. Aku justru terpana tanpa bisa mengulangi pertanyaanku kembali. Rasa panik dan kebingunganku serta merta hilang digantikan dengan pesona wajah wanita berjilbab ini.
"Maaf mas, ada yang bisa saya bantu?".
"Eh, maaf mbak, saya mahasiswa baru disini, saya mencari ruang kuliah Biologi dimana ya mbak?"Dengan sedikit terbata aku mencoba melancarkan pertanyaanku. Dia benar-benar menawan, masih didalam hatiku. Kecantikannya adalah natural, alamiah. Badannya yang tinggi semampai semakin menunjukan bahwa dia wanita yang elegan.
Dia mengamatiku sebentar yang terlihat masih kusut ini, kemudian "Mahasiswa baru ya?"
Aku mengangguk saja, menahan nafas kemudian tersenyum...
"ruang kelas biologi, biasanya ada dilantai 3 dek (dia memanggilku dek, setelah sebelumnya dia panggil aku 'mas'). Adek naik aja kelantai 3, nanti disana ada 4 ruang kelas, cari saja diantara 4 ruang kelas itu. Oke". Hah, aku cukup kaget dia secepat itu berubah dengan memanggilku "adek", berarti dia senior ku di kampus ini dong. Wah, kebetulan sekali batinku.
"Ok, baik, emm, terimakasih ya Mbak. Saya langsung naik keatas, takut terlambat". Dengan gerak tubuh yang agak kikuk.
"Iya, silakan dek". Dia langsung berputar dan melanjutkan langkah kakinya, membelok kesebuah koridor di sebelah kanan.
Segera aku hendak segera berlari naik tangga ke lantai 3, tapi sesegera itu aku lambatkan langkahku sambil menatap ke arah wanita itu pergi. Aku masih bisa melihatnya dari belakang. Dia menggunakan jilbab biru laut, pakaian lengan panjang putih dengan renda diujungnya dan rok panjang berwarna biru yang menyentuh ujung atas sepatunya. Dia tetap tampak menawan meski dari belakang batinku.
Aku segera teringat dengan kuliahku, segera aku berlari.
Dosenku masih berbaik hati memberikan ijin kepadaku untuk masuk kelas karena hari ini baru pertama kali kuliah. Dia memberikan ampunan kepadaku meskipun dengan pelototan mata dan nada yang tinggi. Selesai kuliah aku nongkrong dan ngobrol dengan teman baruku di kantin kampus.
"Eh, bro, tadi pagi sebelum aku masuk kelas, aku ketemu cewek cantik bro, dia pakek jilbab, sepertinya si senior kita"
"Hahahaha, cewek berjilbab kamu suka?!, susah mau ngapa-ngapain sama cewek tipe begituan", kata seorang temenku.
Ah, peduli amat dengan mereka. Aku tidak tahu kenapa wajah cantik alaminya terus terekam jelas didalam memori otakku. Aku ingin bisa bertemu lagi dengannya.
Hingga, suatu hari, saat masa-masa kuliah sudah mulai padat, aku melihatnya kembali di kampus. Seketika itu, aku putuskan untuk bertanya sana-sini siapa dia dan kegiatan apa yang dia ikuti dikampus. Siapa tahu aku bisa ikut bergabung sehingga setiap saat aku bisa bertemu dengannya. Apalagi mahasiswa baru seperti aku biasanya akan sangat mudah mendapatkan informasi untuk ikut kegiatan kemahasiswaan. Setelah itu, aku tahu bahwa nama cewek berjilbab itu adalah Dina, senior dua tahun diatasku, dia adalah aktifis kerohanian islam. Semenjak tahu seniorku yang aku kagumi ini anak rohis, aku semakin berpikir, sepertinya akan susah bagiku untuk mendekatinya. Selain aku ini juniornya, dia aktivis masjid lagi, wah pasti bakal susah. Dia pasti tipe orang yang tidak mau pacaran dan bersinggungan terlalu banyak dengan lawan jenis. Aku mulai berpikir ulang, apakah aku akan meneruskan misiku ini atau tidak.
Hingga, suatu hari, saat masa-masa kuliah sudah mulai padat, aku melihatnya kembali di kampus. Seketika itu, aku putuskan untuk bertanya sana-sini siapa dia dan kegiatan apa yang dia ikuti dikampus. Siapa tahu aku bisa ikut bergabung sehingga setiap saat aku bisa bertemu dengannya. Apalagi mahasiswa baru seperti aku biasanya akan sangat mudah mendapatkan informasi untuk ikut kegiatan kemahasiswaan. Setelah itu, aku tahu bahwa nama cewek berjilbab itu adalah Dina, senior dua tahun diatasku, dia adalah aktifis kerohanian islam. Semenjak tahu seniorku yang aku kagumi ini anak rohis, aku semakin berpikir, sepertinya akan susah bagiku untuk mendekatinya. Selain aku ini juniornya, dia aktivis masjid lagi, wah pasti bakal susah. Dia pasti tipe orang yang tidak mau pacaran dan bersinggungan terlalu banyak dengan lawan jenis. Aku mulai berpikir ulang, apakah aku akan meneruskan misiku ini atau tidak.
Jika aku bergabung dengan rohis kampus, mungkin aku akan bisa bertemu dengan seniorku itu. Tapi apakah iya, meski ketemu, aku bisa ngobrol dan mencuri perhatiannya di sela-sela aktivitas organisasi?setahuku anak-anak rohis itu ketat banget dalam menjaga hubungan antar jenis.
Sepertinya, aku harus mengubur keinginanku ini untuk bisa mendekati seniorku yang cantik alami ini. Apalagi setelah beberapa teman dekatku bilang bahwa cewek seperti dia pasti nyarinya tu seorang ustadz. Lah aku sendiri siapa?ilmu agama saja banyak yang tidak tahu. Apalagi aku ini juniornya dia. Tapi apakah salah ya, jika laki-laki biasa seperti aku ini mengidamkan wanita berjilba seperti dia, dan meskipun dia itu seniorku?Aku kan pengen juga bisa punya anak sholeh pikirku.
Sepertinya aku harus mencari cara lain atau mungkin wanita lain saja yang selevel denganku.Baiklah mari kita lihat apa yang akan terjadi.
^^
(cerita fiksi)
(cerita fiksi)
hemz,,,,,,,,,, wkwwkwkwkw,,,, tak kusangka
BalasHapusbaguus
BalasHapustapi masih belum jelas alur selanjutnya...masih bersambung?
BalasHapus@Bejo:Heeehhhh!!, ini cerita ngawur alias fiksi tau...
BalasHapus@Bluepen: Cerita GJ alias gak jelas...hehe,
BalasHapushehe..jangan-jangan terinspirasi oleh kisah nyata :)
BalasHapus