Panca Dias Purnomo*)
“The greatest assets of the company are the people”. Aset terbesar yang dipunyai oleh sebuah organisasi yang sangat menentukan hidup matinya organisasi adalah manusia yang ada didalamnya. Untuk meningkatkan kualitas organisasi, kunci utamanya adalah meningkatkan kualitas kader. Tidak salah jika lembaga mahasiswa disebut sebagai lembaga kaderisasi. Sehingga, pemahaman mengenai tahapan pembentukan kader sangat penting untuk diketahui, terutama oleh penangung jawab sistem kaderisasi tersebut. Kaderisasi adalah sistem, terdiri dari 3 hal yang tidak terpisahkan: input, proses, dan output.
Sebagai organisasi mahasiswa di tingkat eksekutif yang bertanggung jawab terhadap kualitas mahasiswanya dan anggotanya sendiri, maka secara garis besar alur kaderisasi yang menjadi tanggung jawab kita (baca: BEM dan HMJ) dapat dibagi dua jalu: 1) kaderisasi internal dan 2) kaderisasi eksternal.
Kaderisasi internal adalah proses pengkaderan (input-proses-output) untuk internal organisasi sendiri. Erat kaitannya dengan peningkatan pemahaman, skill, dan attitude pengurus. Sering sekali kita jumpai lembaga mahasiswa terutama HMJ atau pun BEM yang terkesan hanya sebagai lembaga Event Organizer semata. Sering pula kita jumpai lembaga mahasiswa yang mengalami penurunan kualitas kader dan krisis kepemimpinan/pemimpin pada tahun-tahun tertentu. Hal tersebut karena lemahnya sistem kaderisasi internal organisasi. Penjagaan dan pengokohan sistem kaderisasi internal sejatinya merupakan cara untuk terus menjaga kinerja organisasi mahasiswa.
Sedangkan kaderisasi eksternal adalah proses pengkaderan (input-proses-output) seluruh mahasiswa di bawah naungan organisasi yang bersangkutan (HMJ (jurusan) atau BEM (fakultas/universitas). Setiap kita (HMJ dan BEM), harus mampu membentuk sistem kaderisasi yang baik dan kokoh di jurusan/fakultas/universitas maupun di internal organisasi sendiri. Kualitas mahasiswa jurusan sangat ditentukan oleh kualitas HMJ-nya, dst. Sistem yang baik akan mampu mendukung terciptanya kader-kader yang handal dan berkualitas, bukan hanya sekedar mampu mencetak satu orang super hero. Setiap kita (HMJ dan BEM) harus mampu membentuk kader hebat setiap waktu. Karenanya, sistem kaderisasi yang kita miliki haruslah kuat.
Hasil atau out-put dari proses pengkaderan yang disebut sebagai standar kompetensi di Universitas Diponegoro adalah COMPLETE (Communicator, professional, leader, entrepreneur, thinker, educator). Keenam kompetensi ini lah yang menjadi sasaran atau tujuan akhir dari pembentukan (pembinaan) mahasiswa Universitas Diponegoro. Semua tahapan atau langkah didalam proses kaderisasi mahasiswa di lembaga atau pun di jurusan/fakultas/universitas harus bermuara pada keenam kompetensi tersebut.
Pentahapan kaderisasi adalah sebuah sistem yang bermula dari input, proses, dan output. Input, dimulai dari penerimaan mahasiswa baru, sedangkan ouput adalah mahasiswa yang siap menjadi pemimpin organisasi maupun yang siap lulus dari Universitas Diponegoro. Tujuan atau output ini lah yang nantinya akan dijabarkan menjadi bentuk kerja-kerja konkrit selama masa kepengurusan berlangsung.
Tahapan kaderisasi atau levelisasi kader sangat perlu dilakukan sebagai metode untuk menyaring kader sehingga nantinya akan diperoleh kader dengan kualitas terbaik yang akan menempati posisi tertinggi organisasi. Levelisasi atau pentahapan pembentukan kader ibaratnya adalah proses membuat rumah, dimana hal yang pertama kali dilakukan yaitu membangun pondasinya terlebih dahulu, lalu tiang, dinding, dan akhirnya atap. Level kader yang masih baru difokuskan pada pembentukan kemampuan teknis (technical skills) kemudian semakin tinggi level kader, pembentukannya diarahkan kepada kemampuan untuk menganalisa, memikirkan ide atau konsep, dan merekayasa sistem dan SDM (conceptual skills). Berangkat dari ilustasi berikut ini, kita dapat merekayasa level kaderisasi kita sendiri.
KM UNDIP saat ini sudah mempunyai alur kaderisasi yang jelas dan sangat baik serta sistem kaderisasi yang lumayan baik. Namun demikian, KM UNDIP yang terdiri dari berbagai lembaga ini belum mempunyai level kader yang sama karena masih lemahnya pemahaman dan implementasi alur kaderisasi tersebut, sebagai contoh masih ada beberapa HMJ yang belum mengadakan LKMM pra dasar, masih ada beberapa organisasi yang tidak mengadakan DIKLAT untuk pengurusnya, dan beberapa pelatihan dan pengembangan lainnya. Tidak mengherankan jika masih banyak mahaiswa yang bertanya-tanya apa yang mereka dapat dan rasakan dari organisasi mahasiswa. Sehingga hal ini membuat kualitas kader atau aktivis di KM UNDIP terkesan jomplang. Kekuatan utama dalam membentuk kader awal dan memahamkan kader di KM UNDIP menjadi sama atau setidaknya selaras ada di tangan HMJ. Sedangkan kunci utama agar alur dan sistem kaderisasi ini berjalan dan terimplementasikan dengan baik ada ditangan BEM dan Senat. Setelah kita lulus nantinya, kita tidak akan pernah dilihat dari jurusan atau fakultas apa, melainkan yang pertama kali dilihat dan diperhatikan adalah nama universitas kita. Kita tidak akan pernah hanya bisa sekedar membawa nama jurusan dan fakultas kita tanpa nama universitas kita. Sebaik apapun fakultas dan jurusan kita, namun jika masih ada jurusan dan fakultas yang (kurang) baik, maka kita dikatakan belum berhasil mencetak kader unggulan di universitas ini. Karena yang pertama kali orang lain nilai adalah sejauh mana kualitas mahasiswa dari universitas tersebut, bukan dari jurusan atau fakultas mana. Mari kawan2, kita buat mahasiswa UNDIP menjadi lebih berkualitas dan selaras kualitasnya dengan banyak belajar dan mengimplementasikan dengan benar alur kaderisasi yang sudah kita buat bersama.
Kawan, kondisi mahasiswa UNDIP bergantung ditangan kita. Kita lah sang creator. Kita lah sang pelukis itu, dan kitalah sang sutradara.
Selamat belajar, berkontribusi, dan berkorban untuk UNDIP tercinta.
Karena AKU CINTA UNDIP
Terimakasih
*)Komisi Ahli BEM KM UNDIP 2011
Tulisan asli artikel ini tidak sepenuhnya saya publikasikan, jika ada yang membutuhkan dapat menghubungi saya via email. Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar