Oleh: Panca Dias Purnomo*)
Cerita ini berasal dari kisah yang diceritakan seseorang kepada saya, meskipun sebenarnya saya pernah membaca kisah ini dalam versi yang berbeda. Namun, saat kawan menceritakannya kembali kepada saya, memori secara penuh menyimpan file cerita ini, dan akhirnya menjadi setetes motivasi pribadi. Saya akan mencoba menceritakannya kembali:
Alkisah, terdapat seorang mahasiswa jebolan universitas ternama di Indonesia, dia berasal dari jurusan atau bidang yang dianggap favorit oleh kebanyakan orang pula. Dia lulus dengan nilai yang sangat luar biasa, yaitu dengan IPK summacumlaude, lebih dari 3,8. Setiap orang yang mendengar nilai tersebut pasti akan menggeleng kepala seraya kagum pada kecerdasan lulusan mahasiswa itu. Dia pun sangat bangga akan nilai yang telah ia peroleh tersebut. Berbekal nilai yang sangat memuaskan tersebut dan background keilmuan favorit, dia sangat yakin dapat diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta dambaan hatinya sejak lama. Sudah sejak mahasiswa ia mendambakan bekerja di perusahaan tersebut karena perusahaan tersebut adalah perusahaan bonafit dengan popularitas tinggi di negeri ini.
Namun, keyakinan besar didalam hatinya tidak membuahkan hasil seperti yang ia impikan. Ternyata ia tidak diterima di perusahaan bonafit dambaan hatinya tersebut. Ada sedikit kekecewaan dan ketidakpercayaan dalam dirinya dengan hasil tersebut, karena ia adalah lulusan mahasiswa summacumlaude dari universitas ternama Indonesia, ia masih sedikit heran, kenapa tidak diterima?Rasa kecewa sedikit terhapus saat ia mencoba kembali melamar kerja di perusahaan lain yang tidak kalah bergengsi dengan perusahaan sebelumnya. Namun, ternyata nasib berkata lain, ia tidak diterima lagi. Ia masih heran dan kecewa, mengapa ia ditolak?padahal IPK nya sangat tinggi, ia pikir tidak ada perusahaan manapun yang bakal menolaknya. Dia tidak putus asa, ia mencoba melamar kemanapun sebisanya. Sudah banyak perusahaan yang ia kirimi berkas lamaran pekerja, namun lagi-lagi tidak ada satupun yang mau menerimanya bekerja. Paling bagus hanya lolos seleksi tertulis dan psikotes, setelah memasuki seleksi interview/wawancara ia pasti gagal.
Dengan penuh frustasi karena tidak mendapatkan pekerjaan dimanapun, akhirnya ia mulai merasa bahwa Tuhan tidak adil kepadanya. Ia sangat kecewa, sedih, dan heran. Ia kecewa kepada Tuhan karena memberinya jalan yang amat sulit baginya. Ia sangat sedih, sebab selama ini orang tuanya telah mengeluarkan biaya besar untuk menyelesaikan studinya, apalagi orang tuanya sangat berharap ia dapat bekerja pada sebuah perusahaan bonafit dengan gaji besar setelah ia lulus kuliah, namun justru yang terjadi ia ditolak di perusahaan manapun. Ia pun heran, kenapa orang secerdas dia dengan IPK sangat tinggi ditolak oleh banyak perusahaan.
Karena tertekan, frustasi, dan stres atas musibah yang ia terima, maka ia memutuskan untuk melepaskan kesedihan dan kekecewaannya itu dengan mendatangi pantai. Dia duduk ditepi pantai berpasir, memandang kearah lautan dengan tatapan kosong, air matanya meleleh keluar, ia mulai merekan kembali saat-saat kekecewaan akibat penolakan perusahaan kepadanya, sekita itu pula hatinya terasa sangat marah kepada dunia dan seisinya, maka ia pun berteriak keras sepenuh tenaga ditengah-tengah kepungan pantai berpasir itu, "Accccccccccccrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhhhhhh......."Teriakannya terdengar seantero pantai hingga mengalahkan deburan ombak dan angin.
Kemudian, muncullah seorang nelayan bijaksana dari arah sampingnya mendekati lulusan mahasiswa itu. Sambil tersenyum ramah, nelayan bijak itu menyapa si pemuda, "kenapa kamu nak?, apa yang terjadi pada dirimu sehingga kamu terihat begitu sangat sedih?". Merasa mendapat sambutan hangat dari nelayan bijak, dan karena pemuda itu membuthkan tempat untuk mencurahkan segala kegalauan hatinya, maka ia pun menceritakan semua peristiwa menyedihkan yang telah menimpanya. Sambil terus menangis ia menceritakan mengapa banyak perusahaan yang menolak dirinya, dan ia merasa tidak dapat mendapatkan pekerjaan apapun semenjak lulus kuliah.
Setelah pemuda itu menceritakan semua kesedihannya, si nelayan bijak tersenyum, lalu perlahan ia mengulurkan tangannya keatas permukaan pasir, menggenggamnya, kemudian dengan serta merta ia melemparkanya ke arah lain dari pemuda itu duduk.Nelayan bijak itu berkata: "pungutlah kembali pasir-pasir itu wahai anak muda?". Tentu dengan sedikit rasa geram, pemuda itu justru mengumpat nelayan bijak karena perintah konyol itu. Sebab mana mungkin ia memungut butiran-butiran pasir yang dilempar itu ditengah-tengah milyaran tumpukan pasir yang lainnya. Pasir yang dilempar tadi jelas langsung menyatu dengn pasir lainnya dan sangat sulit dibedakan. Ia hanya menggerutu, sementara si nelayan hanya tersenyum. Setelah itu, si nelayan bijak mengeluarkan beberapa butir mutiara dari dalam kantong celananya, lalu melemparkannya seperti pasir tadi. Nelayan bijak memerintahkan hal yang sama kepada si pemuda, yaitu untuk memungut mutiara itu diantara tumpukan pasir pantai. Tanpa kesulitan pemuda itu memungut mutiara-mutiara yang bergeletakan diatas tumpukan pasir. Jelas sekali perbedaan antara mutiara dengan pasir.
Setelah pemuda itu memungut semua mutiara, nelayan bijak berkata:"pemuda, kamu lihat, banyaknya tumpukan pasir itu ibarat orang yang berniat sama seperti kamu, yaitu orang yang mencari pekerjaan, mereka jumlahnya ribuan bahkan triliunan didunia ini. Mereka sama seperti kamu, saling berkompetisi untuk mendapat pekerjaan. Satu butir pasir yang terlempar diantara milyaran butiran pasir itu ibarat kamu wahai pemuda, yaitu satu orang diantara ribuan orang yang sama seperti kamu. Sekarang, coba kamu lihat butiran mutiara tadi, ia sangat berbeda dengan butiran pasir, ia lebih cemerlang, lebih bersinar dan lebih indah, sehingga kamu dengan sangat mudah mengambilnya diantara tumpukan pasir itu.Kamu sama seperti manusia yang lain, hanya sekdar satu butir pasir diantara milyaran tumpukan pasir, meskipun kamu kira mudah diterima bekerja dengan IPK mu, namun nyatanya masih banyak orang lain yang lebih hebat, tidak hanya sebatas IPK.Lalu apa saja yang telah kamu lakukan selama 4 tahun dikampus?Apakah hanya sekedar belajar saja?Maka jika ternyata yang kamu lakukan hanya itu, maka pantas jika kamu hanya sekedri menjadi manusia biasa saja ibarat satu butir pasir diantara milyran butiran pasir lainnya."
Oleh karena itu kawan-kawan, khususnya saya berpesan bagi diri saya pribadi, salah satu hal yang harus kita perhatikan dalam mencari kesuksesan adalah menjadi mutiara diantara tumpukan pasir, alias menjadi orang spesial dan hebat diantara orang yang biasa-biasa saja. Mahasiswa lulus hanya dengan IPK summacumlaude, itu sudah sangat biasa. Jadilah lulusan mahasiswa yang mempunyai segalnya, IPK oke, organisasi oke, ketrampilan oke, prestasi oke, dan akhlak pun oke, alias hebat hard skill dan soft skill nya. Selain itu, manusia ibarat mutiara ketika ia tidak bergantung pada pekerjaan orang lain, namun justru ia mampu membuat pekerjaan sendiri dan menghidupi orang lain.
Semoga bermanfaat
Ditulis, 09 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar