Disini aku masih duduk sendiri ditengah lalu lalang orang. Menunggu di gate C3 tempat pesawat akan membawaku ke tanah seberang. Pagi tadi sebuah berita yang tak terduga sekaligus menggetarkan hati membawaku ke kembali ke tempat ini. Persinggahan sementara hingga aku bertemu darah dagingku.
Bandara Soekarno Hatta terminal 1, semoga tak lelah menjadi saksi bagaimana mobilitasku akhir akhir ini untuk berkunjung ke tanah seberang untuk mengantar belahan hati dan buah hati di tanah nenek moyangnya. Orang orang sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Berjalan cepat takut tertinggal pesawat, duduk menunggu pesawat terbang, hingga tiduran karena terlalu lama menunggu. Hari ini aku satu dari ribuan orang di bandara ini, menunggu dipanggil untuk masuk ke dalam pesawat tempat akan membawaku ke dimensi ruang dan waktu yang berbeda.
Malam tadi, 13 November 2016 aku sedang dalam perjalanan dari rumah orangtua di Purworejo untuk kembali ke Jakarta. Kereta Sawunggalih Malam, yang kesekian kalinya, menjadi teman setiaku untuk mengantar kembali ke ibu kota. Entah ketika masih sendiri meski saat pulang berdua. Berita tak terduga datang darimu, mengabarkan tentang kontraksi sebagai tanda siapnya buah hati kita untuk melihat dunia. Aku terkejut, jelas. Tak ada angin tak ada hujan. Pun masih ada beberapa hari dari hari perkiraan dokter. Aku pun santai awalnya karena menganggap masih ada beberapa hari lagi. Ternyata, takdir berkata lain. Bayi kita sudah ingin melihat dunia. Ia tak sabar bertemu orang tuanya dan menjadi warna kehidupan kita kelak. Kamu bilang sudah pembukaan 1. Aku pun segera mengatur jadwalku esok hari. Bagaimana jika kamu benar melahirkan malam atau esok hari?
Aku tak bisa tidur. Meski mata sudah lelah, tapi pikiran berkelana kemana-mana. Aku tak bisa berhenti membayangkan bagaimana situasi disampingmu malam ini. Suara tangismu, suara rintihanmu, gerakan perutmu, kejangnya urat-uratmu, dan semua hal yang pernah aku lihat tentang melahirkan dari televisi. Semua gambar itu berganti ganti menguasai isi kepalaku. Kepalaku terasa hidup, meski mata dan detak jantung terasa berhenti. Aku membayangkan mencekamnya suasana itu. Aku hanya berdoa lirih dalam hati, "lancarkan, kuatkan dirimu". Tak ada yang bisa aku ingat selain wajahmu waktu itu. Terkadang ketakutan menghantui, segera aku tepis agar dan mengatur nafas kembali.
Selang berapa waktu aku selalu berusaha mengetahui kabar keadaannmu. Waktu internal yang panjang membuatku semakin gelisah. Aku sms, telfon, apapun agar aku tau bagaimana kodisi terakhirmu. Aku tak ingin terjadi apapun kepadamu, termasuk buah hati kita. Detak jantungku jadi tak menentu setelah lama aku tak dengar kabar darimu. Aku takut, sungguh. Lamanya waktu bukaan itu membuatku makin ngeri. Berpikir macam-macam bagaimana jika, bagaimana jika?. Tak hentinya aku memusatkan pikiran memunajat pada yang Kuasa, lancarkanlah. Suaramu yang terengah-engah membuatku makin miris. Aku tak bisa berbuat banyak disini.
Ibu menelfonku, dan terdengar gemetar suaranya membuka percakapan. "Anakmu sudah lahir Nak. Kamu dengar ndak suaranya?". Suara tangis bayi samar aku dengar dari balik telefon. Ingin rasanya aku berteriak dan berlari keliling kereta, memberi tahu dunia bahwa aku telah menjadi seorang ayah. Air mataku tak kuasa aku tahan, mataku berkaca kaca setelah itu. Aku cari tempat yang agak sepi. Menyendiri, menunduk, dan mengucapkan terimakasih sebanyak mungkin kepada Sang Pemberi Hidup.
Aku menjadi seorang ayah, tepat di hari Senin 15 November 2016. Ayah dari seorang anak perempuan cantik yang diturunkan Tuhan kepadaku untuk dibimbing dan dibesarkan. Terimakasih atas kepercayaan ini. Semoga aku bisa menjaga mutiara indah ini selalu dalam pelukanku. Melihatnya mekar setiap hari akan mejadi penyemangat lain dalam hidupku.
Dan entah bagaimana, semua kemacetan dan hiruk pikuk ini menjadi terasa indah, ringan bak kapas. Derap kakiku terasa begitu ringan. Hati terasa plong dan sejuk. Ada cerita baru yang menanti didepan sana. Aku pun makin optimis. Apapun yang terjadi, aku hanya percaya Tuhan tak akan mungkin menitipkan ciptaanya tanpa dibarengi bekal yang cukup. Aku selalu percaya itu, kepercayaan yang aku dapat darimu.
Terimakasih untukmu yang telah melahirkan kehidupan lewat rahimmu. Perjuanganmu tak pernah dapat terbayar dengan apapun. Terimakasih telah membiarkanku menjadi saksi keindahan sebuah penciptaaan. Ijinkan aku untuk memberitahukan kepada anak itu, bahwa malaikat Tuhan untuknya adalah kamu.
Teruntuk peri kecilku, tumbuh besarlah kamu dengan keyakinan, kebaikan, dan cinta kasih. Ingat ayah dan bundamu ada untuk selalu mendengar semua cerita-ceritamu.
Akan segera bertemu dalam hitungan jam. InsyaALLAH. |
-Soekarno Hatta International Airport 1C.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Shafiyah Syifa Az Zahra namanya.
BalasHapusBtw dedek za lahir nya tgl 14 november 2016, panjang 48 cm, bb 3750 gr. Mohon doanya semoga dedek jadi anak yang memiliki arti terbaik dari namanya. Dan kami bs menjadi orang tua terbaik untuknya.
Aamiinnnn
Hapus