Langit gelap, hujan turun rintik rintik. Aku keluar dari gedung megah warna coklat itu menggendong tas dan menenteng goody bag kecil. Tas itu berisi penuh dengan kenangan-kenangan, sama seperti isi kepalaku selama masa yang aku bisa ingat. Hujan seperti biasa, turun sore itu, membasahi semua yang ada: taman, pepohonan, dan pelataran. Air membuat genangan di sana sini. Aku bergegas pergi,tak hirau dengan hujan rintik sore itu, dan sepatuku yang mulai basah karena genangan-genangan air sepanjang jalan.
Sampai di pertigaan jalan menuju arah keluar, sudut jalan yang sangat aku kenal, tak terasa ada sesuatu yang keluar dari mataku. Dadaku terasa sesak, nafasku sedikit tersengal. Kemudian aku sadar, ya, aku menangis. Aku tetap berjalan, menunduk, dan tetes demi tetes air keluar dari sudut mataku. Aku biarkan, sengaja tak aku usap, biar mereka bersatu dengan tetesan air hujan yang masih setia menghampiri rambutku. Mereka bersatu, menetes bersama dipipiku. Mungkin mataku merah saat itu, entahlah.
Aku hela nafas dalam-dalam, berharap sesak itu cepat berlalu. Bukan aku tak suka, bukan aku benci perasaan itu, aku cuma tak ingin terlalu lama susah bernafas. Aku masih harus berjalan beberapa menit hingga aku tiba ditempat parkir. Dadaku bergetar, ternyata sedalam ini sulitnya perpisahan. Perasaan yang sama saat aku melambaikan tangan perpisahan kepada keluargaku di desa Waya, 6 tahun lalu. Perpisahan, memang sesuatu yang tak pernah mudah.
Sulit bagiku mengutarakan apa yang aku rasakan sore ditengah hujan itu. Susah mengatakan "selamat tinggal" pada sesuatu dan pada orang-orang yang telah sekian lama menempel dalam setiap aktifitasmu.
Ya, 4 tahun lebih aku membuat banyak cerita bersama perusahaan ini, bersama orang-orangnya, ruang meeting, ruang kerja, loby, kantin, gedung coklat nan megah itu, dan taman-taman hijau disekelilingnya. Semua membentuk bayangan-bayangan dalam memori, dan membuat jaring-jaring kenangan yang menggenggam kuat isi kepalaku.
Saat aku pertama tiba di lokasi dimana aku bekerja, semua masih tanah kosong. Saat hujan seperti sore itu, tanah coklat menjadi lengket dan senang menempelkan diri pada sepatu siapa saja yang lewat, ban motor dan mobil pun juga. Kini, tanah itu diatasnya telah berdiri bangunan yang megah, kokoh sekaligus indah dan asri.
Baru kali ini corat-coret baju setelah lulus |
Tak terhitung berapa banyak menit aku habiskan disana,
Tak terhitung berapa banyak orang yang aku ajak bicara
Tak terhitung berapa pertemuan yang aku lakukan,.
Tak terhitung berapa banyak email yang aku kirim.
Tak terhitung berapa banyak tawa yang aku buat
Serta macam-macam amarah yang pernah aku keluarkan,
Tak terhitung teman dan keluarga baru yang aku temukan disana,
High and low, suka duka, naik turun, 4 tahun hidupku adalah bagian tak terpisahkan dari mereka.
Seperti bab-bab dalam cerita novel yang kamu buka lembaran-lembarannya dan mulai tersadar bahwa cerita itu akan selesai pada masanya. Disitulah kamu sedih sekaligus berharap. Sedih karena cerita yang seru itu sudah habis, dan ada harapan baru bahwa kamu akan membaca cerita novel lain yang tak kalah serunya dengan novel sebelumnya.
4 tahun sudah aku membaca novel cerita dengan perusahaan ini, dan saatnya aku menyelesaikannya. Sedih?iya, karena ceritanya sudah harus berakhir. Namun ada harapan baru muncul, bahwa cerita perjalananku selanjutnya tak akan kalah seru dibandingkan cerita yang aku mulai 4 tahun lalu itu.
Saat yang tersulit dalam hidup memang adalah saat kamu bilang halo untuk pertama kalinya dan selamat tinggal untuk terakhir kalinya.
15/08/2016 - 25/11/2020 Terimakasih untuk semuanya, mohon maaf sedalam-dalamnya atas segala kekurangan.
Kalian akan selalu kekal abadi disini πππ
Semoga bertemu lagi pada bab-bab baru cerita hidup yang lainnya. Bismillah.
The best team? oh yeah... |
Thanks HR team |
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar