Judul tulisan ini adalah pepatah atau proverb dari negara Amerika Serikat yang jika di-Indonesia-kan lebih kurangnya menjadi “Terus pukulah bola diatas pagar, maka orang-orang pun akan memperhatikanmu”. Pepatah ini di negara aslinya terilhami dari salah satu olahraga favorit di sana yakni base ball. Bagi saya, pepatah ini tidak hanya untuk orang Amerika saja, tapi bagi orang Indonesia-pun filosofinya sangat berguna. Pepatah ini memberikan nasehat kepada kita untuk selalu berusaha dan bekerja diatas rata-rata kebanyakan orang (above the fence), maka orang-orang disekeliling kita pun akan mengenali kita. Karenanya pula, kita dapat memperoleh apapun melebihi orang lain yang hanya berusaha pada batas kewajaran usaha manusia.
Bagi saya, pepatah ini adalah nasehat penuh makna yang sangat pas dengan kehidupan setiap manusia. Saya sedang belajar berpikir dan memaknai kehidupan saya seperti nasehat yang terkandung dalam pepatah itu, namun belum bisa saya temukan ekspresi yang tepat untuk mengucapkannya sebelum saya membaca artikel didalam koran berbahasa Inggris terbitan Ibu kota yang memuat pepatah Amerika itu. Meskipun sederhana, namun kalimat itu, bagi saya, sarat akan makna hidup.
Memang, siapapun kamu, jika kamu berusaha, bekerja, dan berkontribusi lebih banyak, lebih keras, dan lebih lama daripada rata-rata kebanyakan orang, maka InsyaALLAH kamu pasti akan mendapatkan lebih dari yang didapat kebanyakan orang.
Saya teringat kata-kata salah seorang guru kelas saya saat di sekolah menengah pertama dulu, kurang lebihnya seperti ini “orang-orang di sekolah ini akan mengenal kamu, jika kamu menjadi salah satu dari 2 tipe siswa ini: jadi yang paling pinter dan berprestasi atau jadi yang paling bandel dan nakal”. Sesaat setelah beliau mengatakan itu didepan kelas, saya menganggapnya sekedar angin lalu saja. Namun, lama-kelamaan kalimat dari guru saya itu benar-benar memberi makna bagi saya. Menjadi paling pintar, menjadi paling berprestasi adalah berada di atas rata-rata kebanyakan orang. Menjadi paling bandel dan nakal adalah juga berada diatas rata-rata kebanyakan orang. Jika disekolah, kebanyakan siswa mendapat nilai 8, dan kamu mendapatkan nilai 9, at least semua warga sekolah akan mengenalmu. Jika di sekolah, rata-rata siswanya adalah anak-anak yang baik dan tidak pernah membuat onar, dan kamu menjadi anak nakal pembuat onar dan gaduh, saya rasa kamu pun bisa menjadi terkenal karenanya (the people will notice you). Berada diatas rata-rata kebanyakan orang, akan membawa pengakuan orang lain kepadamu, entah itu pengakuan baik atau pun buruk.
Saya membuktikan bahwa kata-kata guru saya itu benar adanya. Saya cukup kaget ketika beberapa bulan yang lalu, salah seorang teman semasa sekolah menengah pertama mengirim saya sms yang berisi pesan salam dari beberapa guru semasa SMP dulu. Lah kok bisa, saya kan hanya siswa level pinggiran di sekolah yang berisikan siswa-siswa jenius itu!?, mosok guru-guru itu masih mengingat saya!?. Saya akhirnya percaya jika kata-kata salah seorang guru kelas saya itu memang terbukti kebenaranya. Guru-guru semasa SMP masih ingat kepada saya karena kenakalan dan kebandelan saya waktu itu, bisa dikatakan jauh diatas rata-rata kebanyakan siswa di sekolah. Jika teman-teman saya paling hanya pernah di keluarkan guru dari kelas sebanyak satu kali, mungkin saya sudah lebih dari 3 kali. Jika teman-teman saya hanya pernah di marahi guru karena gaduh, guru memarahi saya karena sebab yang nampaknya susah untuk dihitung lagi. Diakui dan diingat orang lain bisa saja karena keburukan kita, tapi ini tidak saya rekomendasikan^^.
Jika kamu berusaha dan bekerja diatas rata-rata kebanyakan orang, kamu akan mendapatkan jauh lebih dari kebanyakan orang lain; banyak ilustrasinya:
Misalnya tentang nilai di sekolah atau kuliah. Ketika saya masih di sekolah menengah pertama, saya pernah meyakini jika nilai bagus yang diperoleh saat ujian adalah semata-mata berkat kemampuan otak seseorang. Tingkat kepandain seseorang akan menentukan seberapa baik nilai yang ia peroleh saat ujian. Saya merasa kepandain seseorang adalah bawaan lahir, genetis, dan anugerah Tuhan. Saya meyakini hal itu karena setiap melihat teman-teman saya yang super jenius selalu mendapatkan nilai nyaris sempurna di setiap mata pelajaran yang dijarkan di sekolah. Tanpa belajar pun, mereka selalu mendapat nilai tinggi. Sedangkan saya, boro-boro mendapatkan nilai nyaris sempurna, untuk mendapatkan nilai diatas 7 saja, saya terkadang harus nyontek sana-sini.
Keyakinan saya tentang nilai berubah setelah melanjutkan ke sekolah atas lalu perguruan tinggi. Saya melihat teman-teman yang rajin dan tekun sering mendapatkan nilai yang lebih baik dibandingkan yang lain. Setiap mereka yang lebih mau belajar dan rajin dibandingkan teman-teman yang lain, mereka setidaknya akan mendapatkan nilai diatas rata-rata. Ditambah lagi jika mau melakukannya secara konsisten dan kontinyu, berada di atas level kebanyakan teman yang lain pasti bisa diraih dalam masa atau waktu yang lama. Siapa yang mau lebih rajin dan lebih tekun dibandingkan yang lain pasti akan mendapatkan nilai lebih baik. Bukan karena faktor IQ atau genetis bawaan lahir seperti yang saya yakini dahulu kala.
Meraih nilai lebih baik memang hanya memerlukan kemauan lebih untuk lebih banyak belajar, lebih banyak membaca, lebih banyak berlatih, lebih banyak berdoa, lebih banyak berusaha, dan lebih banyak waktu untuk itu. Sesederhana itu?jawabannya memang “iya, sesederhana itu”. Simpel sekali bukan?. Saya akan mempercayainya, selamanya, karena saya pun sempat membuktikannya.
Jika kebanyakan teman-temanmu belajar, membaca, mengerjakan laporan dan tugas kuliah mengalokasikan waktunya katakanlah 5 jam sehari, dan kamu bisa memberikan waktumu lebih banyak dari kebanyakan mereka, kamu pasti bisa mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan kebanyakan temanmu. Saat menghadapi ujian akhir, jika kebanyakan teman-teman kamu membaca materi yang diberikan dosen saja dan belajar satu minggu sebelum ujian, tapi kamu mau belajar lebih; tidak hanya dari bahan yang diberikan dosen melainkan dari buku-buku referensi lain dan mau belajar jauh-jauh hari sebelum ujian, saya rasa secara sunatullah-nya kamu akan mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan kebanyakan teman kamu. Begitu juga dengan cepat lambatnya seseorang lulus kuliah. Siapa yang berusaha dan bekerja serta mengalokasikan waktunya lebih keras dan lebih banyak untuk hal itu dibandingkan yang lain, InsyaALLAH mereka itu akan lulus lebih cepat dibandingkan yang lain.
Begitu pula di dunia organisasi. Menurut pengalaman saya, dalam menentukan pribadi-pribadi yang layak menggantikan posisi dalam sebuah organisasi, seorang pendahulu pasti akan melihat siapa diantara anggota yang mereka miliki yang mempunyai kontribusi, pemikiran, alokasi waktu, loyalitas, tanggung jawab, ketahanan, dan ketangguhan diatas rata-rata kebanyakan anggota lain. Terkadang, menurut saya, potensi dan skill dapat dikembangkan belakangan seiring tanggung jawab yang diemban dalam organisasi.
Berusaha dan bekerja diatas rata-rata kebanyakan orang pun bisa mendatangkan pengakuan orang lain kepada kita. Pada akhirnya, hal itu akan membentuk citra diri kita di mata orang lain. Kamu dapat diakui atau dikenal dengan “si pandai”, “si rajin”, “si sukses”, atau bisa saja malah “si nakal”, atau “si-bandel”, maupun sebutan lainnya. Ada hubungannya dengan citra diri yang kita keluarkan kepada orang lain disekitar kita.
Barangkali satu kata dalam bahasa Inggris yang cocok untuk mengekspresikan hal ini adalah “outstanding”, atau menurut kamus berarti “yangmenonjol, yang terkenal, yang terkemuka”. Mereka yang outstanding-lah yang akan mendapatkan apapun dalam bentuk yang jauh lebih baik. Saya juga meyakini, setiap orang pasti lebih “outstanding” dalam bidangnya sendiri-sendiri. Setiap orang pasti mempunyai jatah wilayah/bidang-nya sendiri untuk menjadi outstanding. Jika ada teman yang outstanding dalam hal nilai atau IPK, kamu tidak harus iri karenanya. Karena belum tentu teman kamu itu outstanding dalam bidang kesenian seperti kamu. Jika ada teman kamu yang outstanding dalam hal menulis, kamu tidak harus iri karenanya. Karena teman kamu itu pasti tidak se-outstanding kamu dalam hal speaking dan acting. Karena kamu pasti mempunyai wilayah dimana kamu lebih outstanding dibandingkan yang lain. Rumput di halaman rumahmu jauh lebih hijau dan rimbun.
Siapa mendapatkan nilai atau apapun lebih (entah lebih baik, lebih besar, lebih cepat, lebih tinggi, lebih berharga, dan lebih lainnya), pastinya karena memang ia berusaha, bekerja, dan memberikan waktu lebih untuk apapun itu dibandingkan kebanyakan yang lain. Rumusnya sederhana saja; teruslah mengayun bolamu diatas pagar atau teruslah berusaha dan bekerja diatas batas kewajaran manusia.
Tapi di luar dari itu semua, lagi-lagi jangan hanya menganggap hasil adalah sega-galanya, hasil adalah nilai absolute. Menurut saya, bukan begitu. Melainkan proses dalam menggapai target itu, apakah dilakukan dengan nilai dan pemaknaan kebaikan atau kah tidak yang seharusnya menjadi standar penilain kita. Meskipun mungkin orang lain tidak melihat prosesnya dan hanya tertuju pada hasilnya, tapi dalam diri kita sendiri, kita harus meyakini bahwa proses dalam meraih hasil itu yang menjadi takaran kita. Meski hanya untuk diri kita sendiri. Langkah-langkah hidup, tangga-tangga hidup, dan perjalanan serta jejak hidup yang telah, sedang, dan akan dilalui-lah yang seharusnya menjadi sarana pendewasaan dan kepuasan diri kita. Bukan dari takaran yang dibuat oleh orang lain yang cenderung sekedar melihat ‘hasilnya’ saja. Pun demikian, hasil yang baik harus dilakukan dengan proses dan cara yang baik pula.
Indonesia, 2012
By: panca dias purnomo
Subhanallah..jadi bersemangat saat membaca artikel ini...
BalasHapusOutstanding, Ca!
^______^
Makasii sudah memberikan pencerahan...