Tidak selalu aku membaca kata demi kata untaian indah kalimat di undangan pernikahan. Bahkan seringnya sepintas lalu saja. Saduran ayat Al-Quran dan sabda Rasul menjadi alasan mengapa kalimat pembuka undangan pernikahan terasa indah. Sama ketika aku baca kata demi kata pembuka undangan pernikahan itu. Sembari membuka penunjuk arah dimana letak diadakannya pesta hari itu, aku resapi perlahan kata demi kata diundangan itu.
Aku mengagumi indahnya untaian kata-kata-NYA, sembari menyebutkan nama-NYA, aku berkata "selalu ada alasan dibalik penciptaan". Mataku berkaca-kaca. Aku kembali teringat potongan-potongan wajah masa laluku, hingga aku teringat dirimu. Ia ciptakan sesuatu, juga sebuah perasaan untuk sebuah tujuan dan alasan. Banyak jenis perasaan yang IA ciptakan, dan akhirnya berhasil manusia difinisikan: marah, sedih, rindu, pilu, hingga sebuah kata sakti "Cinta".
Pernahkah kamu merenungi dengan dalam "apa itu cinta" dan "mengapa Tuhan menciptakannya sebagai bagian dari perasaan manusia?".
Kalimat-kalimat Tuhan dalam pembuka surat undangan itu memberi pencerahan padaku. Tuhan menciptakan perasaan cinta dan ketertarikan antar manusia sebagai bukti kuasa Tuhan. Tidak lebih dan tidak kurang. Ia ciptakan itu sebagai sarana manusia mengingat kebesaran Tuhan. Bayangkan, betapa hebat IA ciptakan semua perasaan ini. Itu semua adalah bukti kekuatan dan betapa Agung Dirinya. Aku tertunduk malu malam ini, saat aku tau, cinta-cinta yang aku rasakan selama ini justru membawaku pada kegelisahan dan bahkan kesakitan-kesakitan hidup yang lainnya. Apakah benar cinta diciptakan untuk membuat manusia menderita?. Tidak, bukan itu maksud IA ciptakan rasa ini. Dalam ujung kalimatNYA, IA berkata rasa itu ada agar ada ketentraman antara keduanya.
"Ketentraman", "Damai". Ya, cinta yang sesungguhnya seharusnya membawa rasa tentram dan damai bagi kedua manusianya. Bukan sebaliknya.
Saat aku menemukan rasa ini bersamanya, aku mulai merasa inikah cinta yang sesungguhnya. Cinta dan ketertarikan yang IA sebutkan dalam kalimat-kalimatNYA. IA juga yang mengatakan untuk saling melengkapi antara keduanya. Sehingga aku pun menyadari tidak ada satu cuil pun kebahagiaan dan ketentraman sempurna tanpa kepedihan, dan ketidakdamaian.
Aku begitu ingat bagaimana meluapnya perasaan ini ketika tiba di puncak gunung, karena selama perjalanan, aku menemui banyak rintangan. Pun semoga dengian perjalanan ini, semoga cinta yang membawa ketentraman dan kedamaian akan tercapai setelah percekcokan-percekcokan ini. Cinta yang hakiki akan membawa kedamaian.Ia hanya akan jadi omong kosong jika salah satu antara keduanya berhenti sebelum mencapai akhir.
Cinta juga bukan permainan, tidak ada yang menang dan tidak ada juga yang harusnya kalah. Sakitnya cinta yang tak pernah ingin benar-benar memperjuangkan dan menghargai, jauh lebih sakit dari tusukan pedang.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar