Saya pernah ditanya oleh seorang trainer senior, berangkat kerja jam berapa?, tiba dirumah setelah kerja jam berapa?. Berapa waktu yang bapak habiskan dari berangkat hingga tiba dirumah?.Jawaban saya lebih dari 10 jam. Ya kira kira 10 jam, 5 hari dalam seminggu, waktu saya sebagai manusia dihabiskan untuk keperluan pekerjaan. Lalu si Bapak trainer tersebut mengatakan, jadi rumah pertama Pak Panca adalah kantor bukan?. Seketika saya menggeleng. Tidak, bukan, tegas saya. Meski ada disekitar saya bos-bos perusahaan, saya tegas mengulang bahwa rumah pertama saya bukan perusahaan. Secara akumulasi jam dan waktu memang banyak saya habiskan di kantor atau pekerjaan, namun itu bukan lah ukuran itu menjadi rumah pertama. Karena bagi saya, sejak dulu dan sampai nanti, rumah adalah tempat pulang, tempat menyandarkan hati, dan tempat jiwa dan hati serta pikiran bersemayam.
Rumah adalah segalanya. Rumah pertama saya adalah sebenar-benarnya rumah, rumah tempat keluarga berada , orang - orang tercinta. Saat hati lelah seharian beraktivitas, rumahlah tempat kita beristirahat, mengembalikan semangat dan kedamaian hati. Saat kita merasa bahagia, rumahlah tempat pertama kita merayakan kebahagiaan itu bersama orang terkasih. Rumah adalah perasaan itu sendiri, kehidupan itu sendiri, dan segala-galanya ada didalamnya. Tidak ada ikatan yang lebih kuat dibandingkan ikatan keluarga yang ada didalam rumah kita yang sesungguhnya. Ikatan hubungan pekerjaan di dalam sebuah perusahaan tidak mungkin akan sekuat itu. Jika kita sakit, atau bahkan mohon maaf tertimpa musibah hingga mohon maaf meninggal, keluarga kita yang akan benar-benar merasakan kesakitan dan kepergian kita. Sedangkan perusahaan?. Ya, mereka akan turut berduka sehari atau dua hari, setelah itu mereka akan mencari pengganti kita, lalu roda perusahaan berjalan seperti biasa, semua kembali berjalan normal.
Namun, rasa kehilangan kita akan tetap membekas dalam rumah dan keluarga kita selama lamanya. Disanalah rumah sesungguhnya, karena dirumahlah orang orang yang benar-benar menyayangi dan mencintai kita dengan sebenar-benarnya berada.
Itu lah rumah bagi saya.
Rumah yang saya rindukan, tempat semuanya kembali dan tempat semuanya bermula.
Dan kini, saya telah memiliki rumah tempat saya membina keluarga saya sendiri. Rumah yang membuat lelah seharian berjibaku dengan kemacetan seketika hilang saat menginjakkan kaki didalamnya. Rumah yang membuatmu selalu rindu akan pulang. Rumah yang setiap kamu mengingatnya, ada sesosok manusia yang kamu rindukan kehadirannya. Rumah tempat membina bahtera keluarga. Rumah yang tanpa pasangannmu terasa hampa tanpa warna. Saya tetap yakin, bahwa rumah pertama saya adalah rumah saya bersama pasangan hidup saya. Apapun kondisinya, itulah rumah pertama saya, tempat saya akan selalu pulang dan memeluk kehidupan.
Rumahku, adalah rumah pertamaku.
Rumah adalah segalanya. Rumah pertama saya adalah sebenar-benarnya rumah, rumah tempat keluarga berada , orang - orang tercinta. Saat hati lelah seharian beraktivitas, rumahlah tempat kita beristirahat, mengembalikan semangat dan kedamaian hati. Saat kita merasa bahagia, rumahlah tempat pertama kita merayakan kebahagiaan itu bersama orang terkasih. Rumah adalah perasaan itu sendiri, kehidupan itu sendiri, dan segala-galanya ada didalamnya. Tidak ada ikatan yang lebih kuat dibandingkan ikatan keluarga yang ada didalam rumah kita yang sesungguhnya. Ikatan hubungan pekerjaan di dalam sebuah perusahaan tidak mungkin akan sekuat itu. Jika kita sakit, atau bahkan mohon maaf tertimpa musibah hingga mohon maaf meninggal, keluarga kita yang akan benar-benar merasakan kesakitan dan kepergian kita. Sedangkan perusahaan?. Ya, mereka akan turut berduka sehari atau dua hari, setelah itu mereka akan mencari pengganti kita, lalu roda perusahaan berjalan seperti biasa, semua kembali berjalan normal.
Namun, rasa kehilangan kita akan tetap membekas dalam rumah dan keluarga kita selama lamanya. Disanalah rumah sesungguhnya, karena dirumahlah orang orang yang benar-benar menyayangi dan mencintai kita dengan sebenar-benarnya berada.
Itu lah rumah bagi saya.
Rumah yang saya rindukan, tempat semuanya kembali dan tempat semuanya bermula.
Dan kini, saya telah memiliki rumah tempat saya membina keluarga saya sendiri. Rumah yang membuat lelah seharian berjibaku dengan kemacetan seketika hilang saat menginjakkan kaki didalamnya. Rumah yang membuatmu selalu rindu akan pulang. Rumah yang setiap kamu mengingatnya, ada sesosok manusia yang kamu rindukan kehadirannya. Rumah tempat membina bahtera keluarga. Rumah yang tanpa pasangannmu terasa hampa tanpa warna. Saya tetap yakin, bahwa rumah pertama saya adalah rumah saya bersama pasangan hidup saya. Apapun kondisinya, itulah rumah pertama saya, tempat saya akan selalu pulang dan memeluk kehidupan.
Rumahku, adalah rumah pertamaku.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar