Ibu dan kakakku sudah menunggu didepan pintu rumah. Segera setelah aku turun dari mobil yang mengantarku, aku cium tangan ibu. Matanya memerah, ada embun disana. Suaranya gemetar berbisik di telingaku. Ini kah rindu Ibu?. Meski belum lama aku pergi, hangat sambutanmu membuatku merasa rindu mu sudah tertahan lama. Aku, sejujurnya, juga begitu, merindu sosok ibu selama di tanah rantau. Kakakku menyambutku dengan senyuman.Sungguh bahagia bisa tiba dirumah dengan selamat dan bertemu dengan keluarga.
Ditambah lagi, keponakanku yang segera berlari meraih tanganku untuk mereka cium. Duh, rasanya......Rasanya persis ketika anak-anak murid berteriak senang melihat aku masuk dikelas mereka. Ya mirip seperti itu rasanya. Bahagia, bercampur bangga. Mereka langsung mengerubutiku seolah-olah aku ini ice cream. Aku boleh berbangga diri, jika aku lah om kebanggaan mereka, hehe.
Sepuluh hari kemarin, aku menghabiskan waktu bersama keluargaku. Yaaa meskipun tidak setiap hari aku bersama mereka, tapi setidaknya aku sudah banyak menghabiskan waktu bersama mereka. Malam takbiran aku habiskan bersama kedua keponakanku di alun-alun kota. Kami melihat kembang api di tengah kota. Selain kembang api, ada lagi peristiwa langka di kabupatenku, yang mungkin cuma terjadi setahun sekali, yaitu macet. Lalu lintas di kota kabupatenku memang tidak terlalu padat. Kabupatenku memang terkenal dengan daerah yang nyaman berlalu lintas sejak dulu. Tapi itu akan berbeda jika malam takbiran dan tahun baru tiba.
Karena saking tentremnya wilayah ini, ketika ada malam takbiran dan tahun baru, orang-orang akan berbondong-bondong datang ke alun-alun kota. Tujuannya?. Tidak ada!., selain menonton orang-orang yang pada dasarnya juga ingin menonton orang-orang. Orang menonton orang jadinya deh :-D. Menonton orang berseliweran. Maklum jarang ada keramaian soalnya di kabupaten saya :-D. Tapi, bagaimanapun, kabupaten saya adalah kabupaten yang sangat nyaman, tentram, dan damai untuk hidup. Gak percaya?? cobalah datang ke Purworejo, dan rasakan sensasinya.