Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Sabtu, 03 Agustus 2013

Menjelang Pulang

"Tidak ada yang lebih membahagiakan selain bisa pulang kampung".  Seperti seekor burung merpati yang selalu ingin pulang ke sarang, begitu pun manusia. Ingin pulang ke tanah kelahiran.

Aku tidak ingat tanggal pastinya terakhir aku berada di rumah. Yang aku ingat pasti, terakhir aku meninggalkan rumah adalah sekitar satu minggu setelah Idhul Fitri tahun lalu. Kira-kira di minggu akhir bulan Agustus 2012. Aku merantau pergi dari rumah setelah sebulan sebelumnya merayakan upacara wisuda di kampus sekaligus dinyatakan lolos sebagai Pengajar Muda. Aku meninggalkan rumah, pergi ke Jakarta untuk mengikuti training Indonesia Mengajar, 3 September 2012. 

Nah, jika dihitung mundur dari sekarang, sudah hampir satu tahun. Ya, anggap saja satu tahun aku resmi meninggalkan rumah. Satu tahun!. Lama ya?. Mungkin bagi kebanyakan orang satu tahun belum lah seberapa. Tapi, sejauh pengalamanku, aku belum pernah meninggalkan rumah selama itu. Paling lama dulu cuma 4 bulan. Jadi, satu tahun adalah waktu terlama aku meninggalkan rumah. Setidaknya hingga sekarang ini.

Aku ingat pesan kedua orangtuaku. Sebagai laki-laki, merantau atau mencari kehidupan di luar itu sudah biasa. Jauh dari orangtua, lama tidak pulang pun hal yang wajar. Bahkan ketika berangkat merantau, orang tuaku bilang jangan terlalu kangen rumah. Orangtuaku tidak terlalu mengharap anak-anaknya sering pulang, karena kata mereka lebih baik duit pulang-perginya di tabung saja. 

Aku pun, jadinya tak berharap bisa sering-sering pulang ke rumah. Sejak pergi ke Semarang buat merantau sekolah, aku sudah percaya jika aku bukan tipe laki-laki yang mudah home-sick. Aku mampu bepergian jauh dan lama.


Tapi bagaimanapun juga, tanah kelahiran akan selalu dirindu, sesenang apapun hidup seseorang di tanah rantau. Aku percaya itu sekarang, dan aku mengalami itu kini. Aku rindu orangtua, keluarga, rumah, teman-teman dan suasana kampung halaman. Kampung halaman, tempat aku dilahirkan, dibesarkan, dan dididik punya tempat tersendiri di hati dan pikiran. Kenangan-kenangan tentang semua itu sering muncul dan muncul lagi. Ketika aku bersama orang lain, murid-muridku, apalagi ketika aku sendiri.

Aku ingat ketika mengajar lagu "Tanah Airku" di sekolah. Penggalan-penggalan syair lagu itu sukses membuatku berkaca-kaca. Tak mampu ku tahan, dan tak ku rencanakan. Rasa rindu rumah saat itu datang tiba-tiba. Sesenang apapun hidupmu di tanah orang, tanah sendiri tetap paling istimewa. Meski hanya sebentar, merasai kembali kehidupan di tanah kelahiran selalu dinanti. Agar kenangan indah masa kecil, kasih sayang orangtua dan kehangatan keluarga kembali terbuka dari simpanan memori. Cukup melampiaskan rindu dan setelah itu lanjutkan hidup.

Apalagi ketika sendirian di dermaga sembari memandangi lautan yang memerah karena semburat mentari sore, atau malam gelap-dingin berteman suara desiran angin, lembaran-lembaran kenangan masa kecil tidak kuasa aku tahan. Aku mengingat kehidupan lamaku di desa.

Aku, kini, satu tahun selepas terakhir aku menginjakkan kaki di rumah, excited menanti datangnya hari pulang ke kampung halaman: Popongan-Purworejo. Aku akan berangkat ke Ternate tanggal 4 Agustus dan pesawat yang akan membawaku pulang baru akan terbang tanggal 6 Agustus. 3 hari lagi aku pulang! :-D. Aku akan menghabiskan beberapa hari di rumah. Senangnya, meski baru bisa membayangkannya saja. 

Menjelang pulang, berharap hari berganti dengan cepat. Ingin segera sampai di rumah dan merasai kembali kenangan indah bersama keluarga di rumah. Semoga, perjalananku nanti aman, nyaman, dan selamat sampai tujuan. Amin. 3 hari lagi, aku pulang!.

-Catatan Perjalanan Hidup-

4 komentar:

  1. jadi ingat kata-kata bertenaga dalam novel R1M (Rantau 1 Muara):
    "Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang." (hal.159)

    #belum pernah merantau, jadi tak pernah merasakan euforia mudik/ pulang kampung.. tapi kata orang, mudik itu sebagai sarana birul walidain..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Novel itu laris manis dipnjem temen dsini an....makanya an, ngrasain merantau dong, jauhh sekalian klo boleh malah..hehe

      Hapus
    2. haha.. siapa yang mau ngajak aku merantau? :D
      siip, Ca. Novelnya bermanfaat, yah

      Hapus
    3. Kalau gak ada yang ngajakkk..yaaaa merantau sendiri aja an, hehe

      Hapus

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    6 bulan yang lalu