Ikhlas, satu kata yang sering kita dengar namun belum tentu
kita mengerti arti yang sesungguhnya. Ikhlas, juga banyak definisinya. Masih
dari Dik Doang, ikhlas adalah ketika kita dapat menerima apapun yang kita
peroleh dengan tidak berkata atau berbuat sesuatu yang memperkeruh suasana
dikemudian hari. Apapun yang diberi Tuhan untuk kita, pasti itu yang terbaik. Iikhlas
juga bermakna penyerahan sepenuhnya hanya kepada Allah Swt yakni Zat yang Maha
Tinggi, bukan tentang dunia. “Asalkan kamu ikhlas”, begitu kata-kata Dik Doang yang
masih saja terngiang di telinga. Dan itu membuat saya sadar satu hal: ikhlas seharusnya
menjadi bekal utama saya dalam menjalankan tugas sebagai pengajar muda. Di akhir
sesi bersama Dik Doang akhirnya saya menemukan keinsafan baru bahwa saya harus
menerima apapun keputusan dimana saya akan mengajar dan siapa saja tim saya.
Karena ikhlas adalah menerima dengan lapang dada, tanpa tendensi apapun.
Awalnya, sejak dinyatakan diterima di Indonesia Mengajar,
saya berharap akan ditempatkan di wilayah paling timur Indonesia. Saat
mengetahui bahwa wilayah paling timur di angkatan ganjil adalah Halmahera
Selatan, maka saya pun berharap akan ditempatkan di kabupaten tersebut. Meskipun
saya tahu saya tidak bisa memilih tempat di mana saya akan mengajar dan,
sebagai pengajar muda, saya harus siap ditempatkan dimana saja. Meski begitu, berharap
akan ditempatkan dilokasi tertentu boleh-boleh saja kan?. ;-D.
Teman-teman Pengajar Muda V |
Saat berbagi cerita dengan teman-teman yang lain,
kecenderungan atau harapan tentang lokasi penempatan maupun teman satu tim pun
mulai bermunculan. Mungkin memang sudah fitrah manusia untuk berharap tentang
sesuatu yang mereka anggap lebih menyenangkan atau lebih cocok dengan mereka.
Begitu juga kami. Begitu pula saya. Namun banyak juga dari kami yang tidak
mempunyai kecenderungan tertentu.
Menurut saya, itu wajar sebagai seorang manusia namun bagaimanapun,
demi profesionalisme, kami harus siap ditempatkan dimana saja dan dengan siapa
saja.
Setelah mendapatkan banyak inspirasi dari cerita teman-teman
apalagi setelah mendapatkan cerita inspirasional dari Dik Doang malam itu, saya
semakin terbuka bahwa ekspektasi atau pun harapan tentang daerah dan teman
penempatan harus dikelola sebaik mungkin. Salah satu ruh seorang pengajar muda
adalah ikhlas, yang artinya harus bisa menerima apapun dengan lapang dada,
legowo, agar yang dikerjakannya mendatangkan ridho dari Allah swt. Ikhlas
berarti juga tidak mengharap balasan maupun pujian selain dari Tuhan. Saya pun
semakin tersadar jika ikhlas lah yang harus saya letakkan didepan perjalanan
ini. Banyak orang mengatakan, mengajar di pelosok adalah pekerjaan yang tidak
mudah, banyak rintangan dan keterbatasan yang menghadang. Karenanya ikhlas
menjadi kunci utama keberhasilan seorang pengajar muda menunaikan tugasnya. Jika
kamu ingin mendapatkan sesuatu balasan berharga dari Tuhan dalam jalan hidup
yang kamu pilih, ikhlas menjalani hidup adalah pondasinya.Ya, saya harus ikhlas
dan menerima dimanapun lokasi penempatan dan teman tim saya. Apapun kondisinya
dan bagaimanapun juga.
Saat fasilitator mengatakan bahwa sabtu pagi adalah pengumuman
tempat dan tim satu penempatan, saya merasa ada sedikit kegelisahan dalam dada
walau saya coba untuk bersikap tetap tenang. Detak jantung memang tidak bisa
berbohong. Namun, ajaib saya langsung
saja teringat dengan inspirasi yang saya peroleh bersama Dik Doang beberapa
malam kemarin, saya bisa mengendalikan kegelisahan saya karena saya sudah
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah tentang lokasi penempatan dan teman tim.
Saya pasrahkan semua kepada NYA, karena saya harus meyakini bahwa dimanapun dan
dengan siapapun saya itu adalah yang terbaik untuk saya. Ikhlas menerima untuk
mendapatkan ridho dan keberkahannya (InsyaALLAH).
Kegelisahan saya sebelumnya
tentang lokasi penempatan dan teman satu penempatan mulai bisa saya gerus dalam
hati saya. Saya sudah tidak peduli ditempatkan dimana dan dengan siapa. Saya
akan menjalani dengan semangat dan motivasi. Perbincangan tentang lokasi
penempatan dan preferensi siapa teman satu tim pun mulai sering diperbincangkan
oleh teman-teman, terutama saat free time
di barak. Saya berusaha agar tidak lagi mempermasalahkan lokasi dan teman tim.
Pokoknya saya telah siap dengan segala kemungkinan yang sudah ada.
Saya khawatir jika
satu tim dengan teman yang karakternya tidak cocok. Saya takut satu tim dengan
orang yang kecenderungan kepribadiannya tidak sesuai dengan yang saya harapkan.
Saya hanya takut tidak mempunyai tim yang harmonis dengan bounding yang erat. Kekhawatiran
seperti itu perlahan hilang seiring saya mulai bisa menerima perbedaan karakter
dan pola pikir diantara teman-teman dan seiring saya sadar akan pentingnya
keikhlasan dalam menjalankan tugas ini.
Ini terbukti di Sabtu pagi (29/09/2012), saat pengumuman
lokasi penempatan akan dilaksanakan, saya merasa biasa saja. Tidak ada
kegelisahan yang saya rasakan seperti ciri-cirinya umumnya; detak jantung lebih
kencang. Tidak ada sama sekali. Saya memang excited,
namun tetap tenang seperti biasa. Saya sudah pasrah akan ditempatkan dimana
saja dan dengan siapa saja. Hingga akhirnya nama saya disebut oleh Mas Mansyur.
Beliau menyebutkan Majene, Sulawesi Barat sebagai daerah penempatan saya
bersama Towi, Rahman, Sugit, Nina, Alsha, Messa, dan Aci. Jelas saya bahagia
dengan komposisi tim dan lokasi penempatan saya. Semua bergantian mendapatkan
informasi lokasi penempatan dan teman timnya masing-masing. Suasana ruangan
yang biasanya dijadikan musholla itu begitu meriah, riuh dengan suara teriakan,
tepukan, dan tawa teman-teman.
Sampailah pengumuman untuk daerah penempatan Halmahera
Selatan, namun tiba-tiba Mas Mansyur mengatakan ada kesalahan. Tim yang tadinya
di Majene salah dibacakan sehingga seharusnya ada di Halmahera Selatan. Kontan
saja saya mengepalkan kedua tangan, dan berkata “yes, alhamdullilah”. Ini
seperti melihat konkretisasi harapan.Saya sungguh bersyukur. Doa orang tua memang
sangat mujarab. Ya, saya akan bertugas di Halmahera Selatan, lokasi yang memang
saya harapkan sebelumnya. Bagaimana dengan teman satu penempatan saya?. Saya
sangat senang dengan komposisi ini, karena saya yakin dan tahu, kami mempunyai
ciri khas sendiri yang dapat menjadikan kami satu kekuatan yang kukuh. Bak jari
tangan kanan yang mengisi sela jari tangan kiri, maka ia pun mampu mengisi dan
memperkuat. Begitu pula menurut saya tentang komposisi tim saya. Kami saling
mengisi celah-celah kami sehingga kerja tim akan menjadi kuat. Saya dengan
visioner-nya, Sugit dengan thinker-nya, Rahman dengan keteraturan dan feeling-nya,
Towi dengan ide-nya, Nina dengan inovasi dan kreatif-nya, Messa dengan
imajinasi dan ketegasannya, Alsha dengan kelembutan dan tanggung jawabnya, dan
Aci dengan keterbukaan dan keceriaannya. Kami akan menjadi tim yang solid,
saling mengisi, mengoreksi, melengkapi, dan menguatkan satu sama lain.
Ikhlas dan menerima ketetapan Tuhan dengan legowo akan
menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan mimpi bahkan sering akan lebih dari
yang kita impikan. Ikhlas juga akan membuat perspektif kita terhadap apapun
semakin positif. Semangat positif dan optimisme akan terpancar dari seorang
yang ikhlas. Ia juga tidak mengharap balasan apapun dari manusia, karena ia
hanya berharap balasan dari Sang Maha Mulia.
Meskipun, mungkin bentuk ikhlas
yang utuh bagi manusia kebanyakan seperti saya hanyalah suatu bentuk abstrak
semata. Namun, kita tidak boleh berhenti untuk mendalami sesungguhnya makna
ikhlas. Memang, ikhlas mudah diucapkan namun sulit dilaksanakan, meski demikian
bagaimanapun juga belajar ikhlas harus selalu ditumbuhkembangkan dalam setiap sisi
kehidupan kita.
Ayo, kembalikan niat awal kita saat mendaftarkan diri
sebagai Pengajar Muda.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Berbicara soal ikhlas, dimulai dengan niat. Niat buka hanya semata ritual yang ditanamkan dalam hati, tetapi harus dilandaskan motivasi. Syarat diterimanya sebuah amal adalah keikhlasan.
BalasHapusSemua manusia akan rusak, kecuali orang berilmu.
Orang yang berilmu akan rusak, kecuali orang beramal.
Orang beramal pun akan rusak, kecuali yang ikhlas [Imam Al Ghozali]
Dalam tujuan keikhlasan, Imam Al Banna menyebutkan, agar setiap ucapan, perbuatan, dan jihadnya (kesungguhan) ditujukan kepada Alloh SWT, mengharap ridho-Nya dan ganjaran pahala dari-Nya, tanpa mengharapkan jabatan, penampilan, tahta, dsb.
materi yang mencerahkan, Ca..
terima kasih, sudah berbagi ilmu dan ceritanyaa..t-t
Ok. terimakasih banyak juga an buat komentar yang mencerahkan diatas ini,
Hapus