Waktu adalah pedang pembunuh yang pada mata pedangnya dilumuri oleh bubuk penghilang rasa sakit. Saat ia menusuk dan mengiris tubuhmu, tak ada sedikitpun rasa disana. Namun setelah efek bubuknya hilang, kau akan merasakan nyeri dan sakit luar biasa.
Begitu dalam sebuah perasaan, hanya dapat terungkap dengan makna kata-kata. Kekuatan kata yang tak dipunya oleh barang apapun. Kata-kata pernah coba aku tulis untuk mengungkapkan dalamnya perasaan kepada wanita terbaik di dunia dalam tulisanku ini "Mamak". Membaca nya kembali seolah mendorongku masuk dalam pekatnya kenangan-kenangan. "Niat dan dalamnya rasa yang begitu besar untuk membahagiakan dan tak pernah ingin mengecewakan Mamak apakah akan sirna seiring waktu?".Terkadang bisikan-bisikan itu muncul saat apa-apa yang dilihat mata terasa memedihkan. Tidak ada anak yang ingin mengecewakan orangtuanya, aku yakin begitu. Apalagi menjadi sumber kekecewaan dan kesedihan bagi keduanya. Jikapun di alam lain orang tua dapat melihat dan turut merasa, suka dan duka sang anak akan turut menyertai mereka.
Untaian doa-doa terpanjat dalam hening, jikapun pernah ada kebaikan yang tercatat oleh malaikat, meski sebesar biji atom, semoga dapat menjadi perantara naiknya kata-kata itu ke atas, ke langit, dan bertahta disana. Hingga suatu ketika ada semburat cahaya atau derai hujan dari langit sebagai tanda terkabulnya doa-doa. Dalam hening dan khusuk hujan malam, ku berbisik-menatap langit : Dengarkan Ya Allah.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Ibu saya juga tak tamat SMA kak Dias, dan impiannya adalah melihat kami semua sekolah setinggi-tingginya :)
BalasHapusTidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya berduka, begitu juga sebaliknya. Mereka akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, begitu juga kita sebaliknya. Seharusnya.
Hapus