Inisiatif adalah kata yang menjadi sangat familir buat saya saat mengikuti pelatihan jadi seorang Pengajar Muda. Waktu itu, inisiatif adalah bak kata dewa dan suci bagi kami karena salah satu kompetensi kunci seorang Pengajar Muda. Inisiatif artinya adalah melakukan sesuatu tanpa diminta orang lain atau sebelum orang lain. Dan ternyata, sampai kini satu kata ini memang benar-benar sakti.
Kenapa? Karena semakin lama, saya melihat di team manapun saya bekerja, yang membedakan antara top performer dengan average performer adalah, salah satunya, adalah kekuatan inisiatif ini. Seberapa inisiatif kah seseorang dibandingkan orang lain, maka semakin baiklah ia dalam berkontribusi diteam dan semakin bertambahlah ia dimata superiornya. Ini adalah faktor kunci bagi Anda, bagi kita jika ingin sukses di dunia kerja. Kita harus lebih punya : Inisiatif.
Saya bersyukur, karena pernah di-gembleng dalam suasana pelatihan yang mengagungkan inisiatif, dan akhirnya ketika diterjunkan disuasana kerja sebenarnya, saya berusaha menjadi orang yang "se-inisiatif" mungkin. Melihat peluang, menganalisa, lalu mengusulkan dan melakukan sesuatu tanpa orang lain minta atau bahkan tanpa disuruh siapapun termasuk atasan. Sifat itu semakin terpatri dalam diri saya, dan tercermin dalam tindakan-tindakan saya di dunia kerja.
Alhamdulilah didunia kerja profesional saya saat ini, saya pernah mendapatkan kesempatan untuk di-promosikan naik jabatan oleh atasan saya dan ketika saya bercermin diri, satu faktor kunci dari dalam diri saya adalah inisiatif. Pun di tempat bekerja saya sekarang, saya mendapatkan kesempatan untuk naik jabatan lagi karena salah satu faktornya adalah inisiatif ini. Ketika saya punya anggota dalam tim pun, inisiatif adalah salah satu faktor nyata yang membedakan anggota tim bagus dan anggota tim hebat. Anggota tim yang hebat pasti memiliki inisiatif yang hebat pula, dan berhasil membuat superiornya "Surprise", "Woow", "Aha", dan akhirnya "Terimakasih ya". Anggota tim yang seperti ini akan ditandai oleh superiornya, dan akan jadi andalan lalu peluang untuk melejit lebih cepat pun bisa dicapai.
Lalu, contoh kongkret inisiatif itu apa sih?. Saya coba beri sedikit contoh baik yang saya lakukan, maupun yang pernah saya lihat dari orang lain didalam tim.
Saat menjadi pengajar muda, saya mengetahui bahwa di desa saya itu tidak ada pendidikan pra sekolah alias TK/PAUD. Saya meyakini bahwa ini adalah salah satu mata rantai pendidikan yang penting untuk mendorong budaya belajar, kepribadian, dan kualitas literasi anak-anak di desa saya itu. Jadi saat itu, hal yang biasa melihat anak-anak kelas 1 SD yang sudah berusia 7 tahun di sekolah saya, sama sekali tidak tau cara megang pensil dan tidak tau sama urutan huruf-huruf. Saya pun pergi ke dinas pendidikan, nanya sana sini, bagaimana mendirikan TK/PAUD. Saya datangi kepala desa, tokoh desa dan dorong mereka untuk mendirikannya. Saya minta tolong guru, pemuda desa, untuk membantu juga sekaligus meminta rekomendasi siapa yang bisa jadi gurunya. Administrasi saya bantu ke dinas pendidikan. Bergotong royong, kita dirikan bersama PAUD. Hingga kini masih berdiri dan berjalan lancar. Tidak ada yang meminta saya, menyuruh saya pun tidak. Tapi saya merasa itu sangat perlu, dan saya lakukan apapun untuk membuatnya menjadi ada. Butuh waktu sekitar 6 bulan hingga itu terwujud. Inisiatif memang bukan satu-satunya kompetensi yang berperan dalam cerita itu, ada kompetensi atau sikap lain. Tapi inisiatif adalah pemantiknya.
Sebagai leader dalam tim misalnya, saya akan jauh lebih suka melihat tim saya datang memberi tahu masalah/gap, lalu menyodorkan analisanya, mengajukan beberapa alternatif solusi, lalu meminta pendapat saya alternatif yang mana sebaiknya diambil. Meski saya akan bertanya balik seharusnya alternatif yang mana yang akan diambil, tapi anggota tim ini sudah berpikir banyak langkah kedepan. Daripada hanya datang lalu memberitahu masalah, sekaligus bertanya solusinya harus bagaimana. Saya lebih berharap dengan anggota tim yang datang kepada saya langsung menyampaikan saran-saran perbaikan lengkap dengan rencana kongkret untuk mewujudkannya, dan meminta dukungan saya daripada hanya duduk diam menunggu saya untuk memberikan saran dan penjelasan ini dan itu. Anggota tim yang lebih berinisiatif, melakukan sesuatu tanpa diminta atau memberikan ide baru tanpa ditanya dan disuruh memiliki jauh lebih banyak nilai plus dibandingkan yang sekedar mengerjakan standar apa yang diminta Tidak hanya pun ditahap ide semata, tapi hingga sampai terwujud menjadi kenyataan.
Apalagi bayangkan, jika anggota tim harus selalu ditanya progres dan hasilnya tanpa berinisiatif untuk melaporkannya lebih dulu. Ya itu cukup membuat superior kita tau bahwa level kita ya standar saja. So?. Do it before others ask, do it before others do.
Inisiatif, sekali lagi memainkan peran sangat penting dalam kesuksesan karir kita. Ini memang bukan satu-satunya, tapi ini cukup menjadi faktor pembeda. Ada kah yang lain? Ada, dan saya akan mencoba untuk menjelaskannya di tulisan saya yang lain.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar