Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 14 Oktober 2012

Obat Awet MUDA (1)


Seperti biasa, aku terbangun pukul 04.45. Langsung mengambil air wudhu, kemudian sholat subuh berjamaah dengan beberapa teman. Selesai sholat dan berdoa, masih pukul 05.10, ah masih banyak waktu sampai pukul 06.00 pagi pikirku. Aku pun tidur lagi. Hiruk pikuk barak pria mulai terasa pukul 05.45. Aku akhirnya terbangun kembali dan segera bergegas menuju kamar mandi. Beberapa teman ada yang sudah nampak rapi. Aku sesegera mungkin menyelesaikan urusan di kamar mandi, dan berganti pakaian. Kami harus berangkat pagi-pagi karena pukul 07.00 kami mesti sudah tiba di SD tempat kami berlatih mengajar. Setelah sarapan dan berkoordinasi sebentar dengan tim PPM, aku meminta tolong seorang abang katering untuk mencarikan angkot agar perjalanan kami lebih mudah dan cepat. Akhirnya, kami berangkat beramai-ramai pukul 06.30 dengan angkot sewaan.

Kurang lebih 15 menit kemudian kami sampai di sebuah gang yang akan membawa kami ke SD tujuan. Beberapa siswa sekolah berseliweran memasuki gang tersebut. Kami melewati jalan setapak bertekel sepanjang 50 meter. Diujung jalan nampak sebuah komplek sekolah dengan papan nama sekolah bertulis SD N 5 Cikaobandung. Terlihat banyak anak berpakain putih hitam berlarian dilapangan sekolah. Menurutku, gedung sekolah ini berukuran sedang, biasa saja dan tidak nampak mewah. Standar sekolah di desa. Gedung SD ku jaman dulu juga mirip-mirip seperti ini, kenangku. Gedung sekolah berbentuk L, dimana gedung horisontal yang menghadap ke lapangan dan pintu utama adalah ruang kelas, sedangkan gedung vertikal menghadap ke barat adalah ruang guru. Tidak banyak pepohonan didalam sekolah ini. Halamannya dipisahkan oleh pagar terbuat dari kayu. Di luar pagar ada sebuah warung kelontong tempat menjual jajanan anak-anak.


Kami memasuki gerbang sekolah, nampak anak-anak yang berlarian kesana-kemari memperhatikan lekat-lekat kami. Mereka sepertinya keheranan dengan kehadiran kami, terbukti beberapa mereka berhenti berlarian hanya untuk melihat gerak-gerik kami. Dengan mudah kami menemukan ruang guru. Kami mengetuk pintu ruang guru, mengucap salam, dan seorang ibu guru berpakain oranye (yang aku tahu setelah itu adalah seragaman guru) tersenyum ramah membalas salam kami. Beliau sudah menerka jika kami dari Indonesia Mengajar ternyata. Beliau pun kemudian mempersilakan kami duduk.

Ibu Eli adalah nama beliau. Kami memperbincangkan banyak hal, mulai dari asal daerah kami, kuliah dimana, hingga sejarah bagaimana Ibu Eli menjadi guru. Beliau orang yang sangat menyenangkan dan ramah. Beliau ternyata pernah mengajar di suatu daerah terpencil saat awal meniti karir sebagai guru. Beliau asli orang Purwakarta. Tepat pukul 07.00, beberapa siswa putri menggelar karpet di teras ruangan guru. Karpet itu akan digunakan sebagai alas untuk membaca surat Yasin. Kegiatan ini selalu dilaksanakan setiap hari Jumat.

Beberapa guru pun mulai berdatangan. Seingatku, ada 3 orang ibu guru yang masuk kedalam ruang guru, tersenyum, menyapa, menyalami kami, kemudian meletakkan tas dan pergi keluar ruangan kembali. Ibu Eli masih dengan ramah menemani perbincangan kami. Beberapa saat kemudian terdengar suara ramai anak-anak membaca Basmallah, Al-fatihah, kemudian Surat Yasin. Sekitar 5 menit kemudian, Ibu Eli menawari kami untuk bergabung dengan anak-anak membaca surat Yasin bersama. Kami langsung saja mengiyakan. Ketika kami melewati kerumunan anak-anak untuk mencari tempat yang kosong, terdengar suara bacaan mereka mulai tidak kompak. Ibu Eli yang sudah lebih dulu mendapatkan tempat duduk, menyeletuk “Terkesima ya melihat bapak ibu guru?”. Terdengar beberapa ibu guru dan anak-anak tertawa kecil, kami hanya tersenyum sambil duduk bersama anak-anak. Alhamdulillah, setidaknya diawal kami sudah membawa kesan yang baik kepada penghuni sekolah ini, pikirku. Kami pun mulai menyesuaikan membaca surat Yasin yang tengah dibacakan bersama-sama, terkadang ada bait ayat yang aku hafal namun sering pula banyak bait ayat yang tidak aku hafal. Beberapa siswi yang duduk disebelah kanan dan kiriku sambil memegang buku kecil berisikan Surat Yasin ditangannya nampak tertawa kecil dan berbisik-bisik terutama saat aku melirik kearah mereka. Ah, anak-anak, mereka sering kali terlihat malu-malu. Aku berasa seperti selebriti karena lirikan malu-malu mereka. Aku balas lirikan mereka dengan senyuman teramah dengan tetap berkomat-kamit mengikuti bacaan surat Yasin semampuku.

Selesai Surat Yasin dibacakan, semua siswa menyalami guru-guru, termasuk kami kelima Pengajar Muda V. Kami kembali masuk kedalam ruang guru dan mengambil tempat duduk sama seperti saat kami datang. Sudah ada beberapa guru yang juga duduk dikursi kerjanya masing-masing. Beberapa diantara mereka mulai mengajak berbincang-bincang, selain Ibu Eli ada Ibu Hamsah dan Ibu  Ais. Ada 10 guru di sekolah ini, delapan diantaranya adalah perempuan sedangkan sisanya adalah laki-laki termasuk si kepala sekolah, Bapak Saudi. Sekitar 10 menit kami berbincang-bincang ngalur ngidul, datanglah sang kepala sekolah. Beliau tersenyum dan menyalami kami dengan sangat ramah lalu mengambil tempat duduk didekat kami. Beliau memperkenalkan diri dan guru-guru lainnya yang ada di ruang guru. Pun kemudian meminta kami mempekenalkan diri satu demi satu kepada kepala sekolah dan guru yang ada didalam ruangan. 


-Catatan Perjalanan Hidup-

1 komentar:

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu