Kelompok Penempatan PM5, Halmahera Selatan |
Training Indonesia Mengajar
akan memasuki minggu ke 5. Selama itu pula, tahukah kau kawan bahwa aku
telah menemukan arti baru sebuah kata yang mungkin bagi kebanyakan orang, itu
sangat abstrak artinya. Kata itu adalah “bahagia”. Bahagia bukan lah suatu
bentuk perasaan hati yang sulit untuk di cerna. Justru bagiku sekarang, itu
sangat lah mudah dan aku rasakan hampir setiap hari. Ketika kita merasai hidup
terbatas dan monoton, maka sesuatu yang sederhana yang dulunya tidak pernah
kita anggap sebagai sebuah keistemewaan, itu bisa jadi akan menjelma sebagai
sebuah kebahagiaan. Bahagia tidak harus seperti arti kebanyakan orang, banyak
uang, mobil mewah, rumah pribadi, dan jabatan tinggi. Ahh, itu bahagia yang
terlalu rumit karena sekarang aku tahu, bahagia itu adalah sederhana dan dekat.
Bahagia lebih terasa dan lebih mudah ditemukan ditengah keterbatasan meski itu
terkesan sangat sepele.
Bahagia itu adalah saat sabtu malam aku mendapatkan kembali
handphone-ku. Aku pun dapat menggunakannya kembali untuk menelfon orangtua dan
keluargaku. Dulu, ketika hidupku tidak pernah lepas sedetikpun dari
ketergantungan handphone, aku sempat berpikir, bisakah aku hidup tanpa
handphone barang sehari saja?. Aku ragu bahwa aku bisa. Namun ternyata, sekarang,
aku bisa hidup tanpa ketergantungan handphone meskipun hanya 6 hari saja.
Handphone adalah barang yang biasa bagi kebanyakan orang, tapi ketika aku baru
bisa menggunakannya seminggu sekali saja, maka itu menjelma jadi barang
istimewa. Karena aku bisa mengetahui kabar orang-orang tercintaku karenanya.
Handphone setelah sabtu malam sampai senin pagi adalah bahagia. Ya, bahagia
adalah sesederhana seperti cerita tentang handphone.
Bahagia itu adalah ketika aku mendengar suara kedua orangtua
melalui handphone-ku itu. Aku mengetahui kondisi kesehatan mereka dan apa yang sedang
mereka kerjakan. Aku sungguh bahagia saat orangtuaku menasehatiku dan
menanyakan kesibukanku disini, meski hanya seminggu sekali saat aku mendapatkan
kembali handphone sederhanaku itu. Dulu, saat aku sering menelfon orangtua atau
bahkan ketika aku sering berada di rumah orangtua, bahagia itu tidak sebesar
ini. Ketika sekarang aku berkomunikasi dengan orangtua hanya seminggu sekali,
itu menjelma sebagai sebuah keistimewaan. Ternyata, aku sadar bahwa bahagia
adalah dekat, sedekat aliran darah kedua orangtua yang mengalir didalam tubuh
ini.
Bahagia itu adalah ketika break ditengah rangkaian materi pelatihan yang sangat padat. Aku
bisa menikmati secangkir kopi dan beberapa potong kudapan. Secangkir kopi dan
kudapan mungkin bukanlah sesuatu yang istimewa bagi kebanyakan orang. Namun
bagiku sekarang, kopi dan kudapan itu sangat berarti atau bisa dibilang
istimewa. Aku bisa melek kembali, aku fresh lagi, aku semangat lagi berkat
keduanya. Bagiku, sekarang ini, bahagia adalah secangkir kopi dan kudapan. Tidak
muluk-muluk, karena memang bahagia itu sederhana.
Bahagia itu adalah ketika berkumpul dengan 51 teman PM5 lainnya,
lalu kami bercanda dan tertawa bersama. Kami menyanyi dan menari diiringi suara
musik yang menggema penuh irama. Aku bisa tertawa lepas dan bergerak bebas. Itu
serasa membuatku sangat dekat dengan mereka, teman seperjuanganku
sekarang. Sumber kebahagiaan disini
ternyata ada disekitarku dan se-simpel itu.
Bahagia itu adalah saat aku berjalan-jalan menikmati
rindangnya pepohonan waduk Jatiluhur. Ditemani langit cerah diatas sana yang
berwarna keemasan berkat cahaya matahari di ufuk barat. Sumber bahagia itu
ternyata dekat dan ada disetiap jengkal langkah kaki, namun terkadang aku sulit
untuk merasakannya karena terlalu sempit mata ini memandang dunia. Pohon, awan,
langit, matahari, jalan, daun, gunung, dan seluruh warna yang ada diseluruh
bumi ini adalah kebahagiaan. Lingkungan di sekitar adalah bahagia, sederhana
saja. Semuanya membuatku dapat tersenyum dan tersadar jika duniaku ini begitu
indah.
Bahagia bukan tentang materi yang harus selalu bisa secara
kasat mata terlihat manusia. Bahagia itu adalah tentang hati. Bahagia rasanya
didalam hati, tak terlihat. Bahagia ternyata sumbernya dekat dan sederhana.
Karena bahagia itu tak terlihat dan letakknya dihati, maka ia tidak bisa
dikonfersi maupun dikorelasikan dengan kemewahan. Kelimpahan atau pun kemewahan
tidak bisa menjamin seorang bahagia. Karena orang yang bahagia sesungguhnya
adalah orang yang bisa mendapatkan sumber kebahagiaan disekitarnya, sesulit
apapun atau pun semudah apapun hidupnya. Bahagia itu adalah dekat dan
sederhana. Kita hanya perlu merasakan, mencari, dan menemukannya saja.
Dan tahukah kawan, seminggu ini hidupku dipenuhi
kebahagian-kebahagiaan karena mereka ternyata ada disekitarku dan tidak serumit
yang aku bayangkan. Hidupku apapun ini, adalah sumber kebahagiaan itu sendiri.
Minggu, 07 Oktober 2012
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar