Selasa (24 Agustus 2010), aku belajar banyak tentang makna hidup hari ini. Dewasa, menurut kajian filosofis adalah sebuah pilihan, tua itu pasti sedangkan dewasa adalah pilihan. Kalimat pendek itu terasa sangat familiar bagi kita semua, namun dibalik itu semua tersimpan makna dan arti yang sangat luar biasa. Bahwa, kedewasaan seseorang adalah sebuah karakter akumulatif yang terus bertambah dengan semakin banyanya pengalaman yang diperoleh serta kepandaian dirinya untuk mengambil dan menggali makna dari setiap peristiwa hidup yang ia alami. Kedewasaan bertambah beriringan dengan kebijaksanaan seseorang, kejernihan pemikiran, langkah yang diambil dan karakater yang meneduhkan, tidak sembrono dan serampangan. Dewasa memang susah diukur, seberapa jauh parameternya, dan nilai ukrunya, namun sikap itu dapat dirasakan bukan oleh orang yang bersangkutan melainkan oleh orang lain. Yaa, sekali lagi, dewasa adalah piliahan.
Sikap seseorang dalam menghadapi suatu problematika menunjukan tingkat kematangan, kedewasaan, kebijaksanaan, dan pola pikir positif seseorang, selain itu juga menunjukan sikap solutif progresif orang tersebut. Barangkali negara ini, belum diberikan petunjuk untuk menjadi negara yang sejahtera, adil, makmur, berwibawa, karena kebijaksanaan dan kedewasaan masyarakatnya yang belum ada. Seperti yang aku sampaikan diawal, sikap itu adalah akumulatyif, bertambah dari kecil hingga masa tua. Jadi, penumbuhan atau pembentukan sikap itu dimulai dari kecil, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan pergaulan atau lingkungan sosial. Masyarakat Indonesia yang"masih" suka menyalahkan, mudah mencaci dan mencibir orang, rasa saling tidak menghargai, mudah emosi, debat kusir tidak jelas, dan berbagai umpatan ketidakpuasan pada oarang lain. Bukankah hal-hal itu yang sering kita temui setiao hari? bahkan didunia kaum intelektual, kaum elite, dan kaum pembaharu: Mahasiswa. Mahasiswa yang seharusnya solutif, mahasiswa yang seharusnya progresif positif, aspiratif, dan tidak pragmatis, sepertinya masih sebatas angan-angan. Mungkin aku salah, sangat bisa. Hal ini tidak terlepas dari peran sosial dan karakter masyarakat kita. Sampai kapan kita selalu suka menyalahkan, mengkritik kinerja orang, dan mencaci orang lain?
Karakter bangsa ini memang telah bergeser, terlalu jauh dari kata positif. Jika, aku analisa, pembentukan karakter dewasa, bijak, dan solutif, serta visoner sepertinya efrektif dan efisien terbentuk dari dalam diri snediri. Pembentukan didalam diri banyak disebabkan oleh pengaruh dari luar, namun mampu mempengaruhi komitmen pribadi, mengubah cara pandang, dan termanifestasi kuat menjadi karakter pribadi yang ditunjukan dalam sikap sehari-hari.
Membangun karakter masyarakat yang kuat, positif, dan visioner, serta bijaksana.
Pelajaran untuk menjadi dewasa sumbernya dari kehidupan sehari-hari. Sayangnya, sebagian orang tidak dapat memetik pelajaran dari peristiwa...
BalasHapusTulisan yang bagus...
Terimakasih Aftina, punya blog gak?
BalasHapus