Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 27 September 2010

The Learning Centre Of Life : Campus

Hari ini aku semakin banyak menemukan hal-hal (things) yang mengingatkanku akan keberadaanku dikampus, tempat belajarnya para mahasiswa, kaum intelektual bangsa. Hal-hal yang aku temui itu silih berganti berdatangan, saling tumpuk dan akhirnya semakin menguat menjadi jawaban dan inspirasi dari serangkain langkah hidup ini. Informasi yang aku peroleh melalui membaca, berinteraksi dengan orang lain, mengikuti diskusi atau kajian, melihat sebuah peristiwa, dan aktifitas-aktifitas lainnya semakin memberi arti tentang makna hidup dalam sebuah pencarian dan pencerahan.

Dunia kampus, tempat yang selama ini aku geluti tidak hanya memberikan pencerahan dan pencerdasan tentang akademik saja, melainkan lebih dari itu : sosial, politik, kebijaksanaan, kedewasaan, personality, empower the nation dan yang tidak kalah penting adalah akhirat (agama). Kampus bukan hanya tempat untuk mendapatkan titel akademik saja, atau bukan hanya tempat untuk belajar bidang ilmu tertentu, namun kampus adalah, menurut saya, PUSAT PEMBELAJARAN HIDUP. Mahasiswa, yang notabene adalah penghuni kampus, penghuni yang memanfaatkan segala sumber daya yang ada didalamnya, dinobatkan menjadi para pewaris kekuasaan (pimpinan) dan penentu arah bangsa ini. Kampus lah tempat mencetak para kader-kader calon pemimpin bangsa yang akan mengarahkan kemana nasib bangsa ini kedepannya. Kampus adalah wadah penggemblengan sekaligus pembelajran bagi mahasiswa yang nantinya diharapkan mampu menggantikan dan meneruskan serta membaharui/memperbaiki kualitas negara dan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika kualitas pemimpin bangsa ditentukan oleh media yang menggemblengnya yaitu KAMPUS. Kualitas pemimpin yang dihasilkan oleh dunia kampus pun pada akhirnya akan berkorelasi dengan tingkat kualitas negara yang dihasilkan dari kepemimpinan mereka. Tidak berlebihan juga, jika aku katakan, nasib bangsa ini ditentukan oleh Kualitas KAMPUS. Kampus menjadi ibu dan orang tua dari para calon pemimpin bangsa. Kampus ibarat orang tua yang menentukan bagaimana karakter, moral dan tingkah laku si anak.

Masa pendidikan didalam kampus menjadi masa yang sangat krusial bagai seseorang, yang akan menentukan kualitas diri seseorang ketika menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemimpin dan penggerak bangsa ini. OLEH karena itu, mahasiswa harus mampu menyerap segala ilmu dan potensi yang ada didalam kampus dan mempersiapkan diri sebaik mungkin agar saat memasuki dunia yang sesungguhnya ia mempunyai kapasitas (layak) memegang tanggungjawab yang berat: memajukan bangsa dan negara. Aku pernah membaca sebuah artikel tentang kemahasiswaan dan dunia kampus, disana ditulis bahwa kampus mempunyai 4 elemen utama dalam menggerakan potensi dan meraih tujuan perguruan tinggi, yaitu: 1) kelas dan laboratorium, 2)perpustakaan, 3)organisasi mahasiswa, 4)tempat ibadah. Keempat elemen tersebut merupakan hasil dari penguraian tujuan pendidikan dikampus (wadah pencetak kader pemimpin bangsa). Mahasiswa adalah pembaharu, kaum pembawa perubahan dan perbaikan. Kita sering mendengar IQ, EQ, dan SQ. Manusia yang dihasilkan dari dalam kampus, diharapkan mempunyai kecerdasan akademis yang baik, kecerdasan emosi yang baik (kepekaan sosial, personality, komunikasi, kepemimpinan), dan bermoral atau berakhlak yang baik. Kelas, laboratorium, dan perpustakaan, merupakan elemen kampus yang mendukung mahasiswa dalam mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Mempunyai IPK tinggi dan melek ilmu serta teknologi salah satu dari manfaat keberadaan elemen ini. Organisasi mahasiswa adalah tempat mengasah dan meningkatkan kualitas kecerdasan emosi, kepandain berkomunikasi, memimpin, manajerial, dan personality diperoleh dari elemen ini. Sedangkan, penumbuhan moral dan etika yang baik, berujung pada pembentukan karakter positif berasal dari elemen sarana ibadah mahasiswa (masjid kampus, dan lainnya).

Namun demikian, banyak dari kita belum memahami sebenarnya arti Kampus sebagai pusat Pembelajaran hidup. Sore tadi,aku membaca sebuah artikel, dan penulis memaparkan 4 hal yang menjadi dosa besar mahasiswa:1) jarang membaca, 2)enggan berdiskusi, 3)enggan bersosialisasi,4)tidak mau menulis. Keempat dosa besar mahasiswa tadi ironisnya membudaya didalam kampus, sehingga sukar untuk keluar dari kebiasaan-kebiasaan itu. Mahasiswa yang baru masuk akan terbiasa juga dengan budaya (common culture) tersebut sehingga pada akhirnya kebiasaan itu terpelihara dengan lestari dan bahkan hal tersebut dianggap hal yang wajar, dan jarang ada yang peka terhadap hal itu. Kampus yang seharusnya menjadi wadah pencetak kader bangsa yang bermutu, justru malah menjadi wadah pencetak manusia para pembawa masalah yang melestarikan budaya non produktif negatif bangsa ini. Kampus dewasa ini belum mampu mencetak para manusia pembawa solusi bagi berbagai persoalan bangsa, namun kebalikannya, malah melestarikan budaya bobrok bangsa dan bahkan menciptkan masalah-masalah baru. Jangan, tidak lagi!

Akhirnya, semoga kita semakin sadar bahwa kampus adalah pencetak kader pemimpin bangsa, sehingga kita yang ada didalamnya harus belajar dengan sungguh-sungguh, berlatih giat meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri agar bangsa ini segera keluar dari berbagai masalah yang menghimpitnya. Tentunya, semoga kita mampu menjadi pembaharu dan pembawa angin segar ditengah-tengah semrawutnya bangsa dan umat ini. Ingatlah bahwa kita adalah pemimpin, Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal : “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya

Wallahualambishowab...

Minggu, 05 September 2010

Makna Kesempatan, Nikmat, dan Syukur

Momen terakhir bersama teman-teman KPN 2010, disebuah hotel sederhana di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, kami saling berbagi cerita bersama. Dari tukar pengalaman dan ispirasi itulah, aku menemukan sebuah jawaban yang sangat tepat dari salah satu teman tentang perjalanan hidup selama ini. Detik itu juga, kalimat yang diucakan temanku dan maknanya aku ingat dalam-dalam dipikiran dan hatiku. Saat itu, kami berkumpul bersama, saling bercanda, dan berbagi cerita serta inspirasi dengan yang lain. Salah satu temanku, Puspa, mahasiswi dari Provinsi Bali bercerita tentang sedikit hikmah hidupnya sebelum ia berangkat mengikuti program Kapal Pemuda Nusantara 2010. Dalam ceritanya, dia menuturkan bahwa dulu ia telah diterima PMDK di Fakultas Psikologi UGM. Namun, kedua orang tuanya tidak mengijinkan dirinya untuk melanjutkan kuliah di UGM, karena terlalu jauh dengan Bali, orang tua, dan keluarga apalagi dia adalah seorang wanita. Padahal, temanku itu sangat menginginkannya, namun apa boleh dikata, karena hormat dan cintanya dengan orang tua, maka ia memutuskan tidak mengambil kesempatan itu dan akhirnya ia mendaftarkan diri disebuah universitas kecil di Bali, jurusan pendidikan.

Dia mengatakan, “Mungkin jika aku memutuskan tetap melajutkan sekolah di UGM, mungkin hari ini aku tidak akan mengikuti kegiatan KPN. Walaupun akhirnya aku kuliah di universitas kecil dan tidak ternama, namun disana aku diberi banyak kesempatan untuk berkembang dan berprestasi. Berkat universitas itulah aku bisa masuk PIMNAS, dekat dengan dosen, dan banyak ikut kegiatan ekstrakulikuler”. Kalimat yang ia sampaikan, memberikan jawaban atas apa yang aku jalani juga, yaaa kata kuncinya adalah KESEMPATAN.
Sahabat sekalian, barangkali saat ini kita tidak berada dalam sebuah lingkungan yang dinilai orang sarat dengan prestasi dan kebanggaan. Barangkali saat ini kita sedang menuntut ilmu dan mengembangkan diri pada tempat yang tidak sehebat perguruan tinggi atau jurusan lain, namun yakinlah bahwa itu adalah jalan terbaik yang diberikan Allah kepada kita.

Allah lebih tahu jalan mana yang terbaik untuk umat-Nya. Jika kita mendambakan masuk keperguruan tinggi favorit dan jurusan favorit di negeri ini, Belum tentu detik ini kita menjadi orang seperti sekarang. Aku bisa mengatakan seperti itu, karena aku mengalaminya. Aku alumni sebuah SMP terfavorit di kabupatenku, sebuah sekolah dengan seabrek prestasi dan setumpuk siswanya yang penuh bakat dan kepandaian. Namun, di sekolah itu aku tidak menjadi siapa-siapa, malah aku lulus dengan nilai yang bisa dikatakan terjelek diantara yang lain, aku tidak menemukan siapa diriku disana, semuanya gelap. Allah membawaku masuk di sekolah kejurusan dengan jurusan yang jika aku menyebutkannya: tetangga, teman-teman, dan bahkan keluargaku yang lain, akan tertawa menyindir dan mengejek. Jurusanku di SMK adalah Budidaya Ikan Air Payau (BIAP), kamu juga pasti tertawa bukan?silakan saja tertawa, tapi bagiku jurusan itulah tempat aku tumbuh dewasa, tempatku menemukan jatidiri, tempatku menemukan keberanian, dan tempatku menemukan visi hidup ini. Jurusan itu pulalah yang membawaku diterima di Universitas Diponegoro, universitas ternama di Indonesia. Sahabat sekalian, meski jurusan yang aku tekuni itu bukanlah yang terbaik dan terfavorit, namun aku banyak mendapat kesempatan untuk berkembang. Jika bukan karena BIAP, maka, aku tidak akan pernah punya keinginan untuk kuliah di universitas.

Sekarang pun, sama!!!. Jurusan perikanan, mungkin bukan jurusan favorit dan kebanggaan dibandingkan jurusan-jurusan yang lain di Universitas Diponegoro. Jurusan perikanan UNDIP, mungkin juga masih kalah membanggakan dibandingkan universitas-universitas lain. Namun, sahabat, di jurusan inilah, aku semakin mematangkan hidupku, mematangkan kedewasaanku, mematangkan visi dan cita-cita serta dijurusan inilah aku banyak sekali diberi kesempatan untuk berkembang dan berpestasi. DAN, mungkin jika aku diterima atau melanjutkan kuliah dijurusan atau universitas yang lain, aku tidak akan mendapatkan kesempatan untuk berkembang seperti sekarang ini. Percaya kan??? Sekali lagi, Allah swt. Maha Tahu jalan terbaik mana yang tepat untuk hamba-Nya. Perikanan, Budidaya Perairan, Universitas Diponegoro lah tempat yang terbaik yang Allah berikan untukku untuk memaknai hidup ini, disinilah kesempatan itu terbuka lebar untukku, yang sangat mungkin tidak akan pernah aku peroleh di jurusan atau universitas lain.
Sahabat, syukurilah apa yang telah Allah berikan kepada kita, tidak hanya dengan mensyukurinya dengan kalimat syukur dan puji kepada Allah, namun makna syukur sejatinya adalah menggunakan segala kenikmatan itu untuk selalu melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-Nya, yaitu dengan perkataan, keyakinan didalam hati, dan perbuatan atau tindakan sehari-hari. Syukur adalah refleksi sikap perilaku kita dalam menyikapi nikmat yang Allah berikan.

Sahabat, oleh karenanya, jangan pernah minder, menyesal, dan kecewa, jika saat ini mungkin sahabat sekalian (dianggap) berada dalam lembaga, lingkungan, atau institusi (yang dinilai) bukan yang terbaik dan terfavorit, karena yakinlah pastinya bahwa tempat itulah yang nantinya akan memberikan banyak kesempatan bagi sahabat untuk berkembang, berprestasi dan menemukan arti hidup ini. Maka, paculah potensi sahabat sekalin untuk terus menemukan kesempatan-kesempatan itu dalam lingkungan sahabat sekalian. Kesempatan untuk berkembang, kesempatan untuk berprestasi tidak datang dengan mudah begitu saja, namun ia datang karena kita mencari dan menjemputnya. Maknailah setiap langkah perjalan hidup dengan bijaksana sehingga dalam setiap langkah perjalanan hidup itu kita menemukan betapa besar kuasa dan nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Janganlah kita menjadi manusia yang layak disindir Allah dalam surat Ar-Rahman :”Maka nikmat Tuhammu yang manakah yang kau dustakan?”.

Semoga bermanfaat,

Panca Dias Purnomo
Student of Aquaculture Study Program
Fisheries Department, Faculty of Fisheries and Marine Science
Diponegoro University
E pancadp@gmail.com, W http://pancagarden.blogspot.com

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu