Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 05 Desember 2011

Konsepsi Mahasiswa Ideal ([1]

Oleh:
Panca Dias Purnomo ([2]

Masalah Mendasar Indonesia Kita?
Sebuah penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan maju tidaknya sebuah negara ternyata tidak dipengaruhi oleh umur atau usia negara tersebut. Mesir dan India adalah negara yang telah berusia lebih dari 2000 tahun, namun saat ini masih banyak penduduknya yang tergolong miskin. Australia, Singapura, Kanada dan New Zealand adalah negara yang baru berusia sekitar 150 tahun dalam membangun negaranya, tapi sekarang ini mereka tergolong negara maju dan penduduknya tidak lagi miskin. Kekayaan sumber daya alamnya yang dimiliki oleh sebuah negara juga tidak menjamin negara tersebut menjadi kaya. Jepang adalah negara yang hampir 80% wilayahnya adalah pegunungan dan tidak dapat mencukupi untuk peningkatan pertanian dan peternakan. Namun Jepang, saat ini, adalah raksasa ekonomi dunia. Swiss tidak mempunyai ladang coklat, hanya 11% wilayahnya yang dapat ditanami, tapi Swiss justru menjadi penghasil coklat dan susu terbaik didunia. Para eksekutif tinggi di seluruh dunia baik dari negara maju maupun berkembang, sepakat bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecerdasan manusia, baik yang berasal dari negara maju maupun berkembang. Warna kulit juga tidak mempengaruhi. Para imigran yang dianggap pemalas di negara asalnya ternyata dapat menjadi sumber daya potensial di negara-negara maju di Eropa. Lalu apa yang menentukan negara kaya dan miskin? Ternyata yang menentukan maju/kaya atau terbelakang/miskinnya sebuah negara atau bangsa adalah dari attitude atau karakter masyarakatnya. Masyarakat di negara kaya/maju mempunyai karakter yang menjunjung nilai-nilai dasar kehidupan, seperti: saling menghormati, menghargai, jujur, patuh pada peraturan, tepat waktu, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, dan gemar menabung. Di negara terbelakang/miskin ternyata hanya sedikit orang atau minoritas yang mempunyai perilaku atau karakter seperti itu.

Termasuk salah satunya adalah di negara kita, Indonesia. Permasalahan utama negara Indonesia adalah terletak pada sumber daya manusianya, yang masih sering menganggap ketidakjujuran sebagai kewajaran, susah melihat orang lain senang, saling menyalahkan, tidak menghargai waktu, tidak disiplin dan bertanggung jawab, serta  bermalas-malasan. Cobalah ketika ada seminar atau pelatihan atau kah forum diskusi, minta kepada peserta untuk menyebutkan 10 permasalahan yang umum terjadi di Indonesia. Kesepuluh permasalahan yang disebutkan kemudian dianalisa dan didiskusikan, kemudian dimasukan kedalam tiga kategori yakni visi, sistem dan sumber daya manusia (SDM). Dari beberapa pengalaman saya, kebanyakan (mayoritas) permasalahan yang telah disebutkan adalah masuk kategori sumber daya manusia (SDM)[3].
Uraian diatas kiranya cukup memberikan gambaran kepada kita bahwa ternyata masalah dasar negara ini adalah terletak pada manusia yang ada didalamnya, bukan pada peraturan, sistem, dasar negara, atau visi negara ini. Masalah rendahnya etos kerja, bobroknya moral masyarakat dan penyelenggara pemerintah, kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, bahkan kasus separatisme yang muncul di beberapa daerah adalah hasil dari masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Mayoritas masyarakat Indonesia masih terbelenggu oleh rendahnya mutu karakter atau attitude-nya.
Sebagai mahasiswa, dan juga sebagai bagian dari masyarakat yang ada di Indonesia ini, akankah kita menyadarinya?Atau mungkinkah juga kita adalah bagian dari sumber permasalahan bangsa ini?Sebagai bagian dari masyarakat yang minoritas, mahasiswa harus mampu menjadi pemimpin perubahan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul, berdaya saing, dan berkarakter dengan mengusung perbaikan karakter/attitude yang ditranformasikan kedalam pergaulan sosial kita.

Potensi Besar Mahasiswa Sebagai Sumber Energi Perbaikan
Mahasiswa adalah fase emas[4] dalam kehidupan manusia, karena pencerahan dan pematangan jati diri dan visi hidup pada umumnya dicapai pada periode usia mahasiswa.  Soekarno, presiden RI pertama, menyebutkan dalam bukunya Soekarno-Penyambung Lidah Rakyat, beliau mengalami masa pematangan hidup saat menempuh pendidikan insinyur di TBS, Bandung antara tahun 1920-1926. Banyak tokoh besar pendiri bangsa ini yang bermula dari dunia kampus, sebuh saja Moh. Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Adam Malik, Soepomo, Ki Hadjar Dewantara, dan masih banyak lagi. Mahasiswa adalah bagian dari fase hidup manusia dimana manusia dapat dengan dalam menggali jati diri dan visi menuju kematangan berpikir dan bertindak.
Disisi lain, potensi besar yang dimiliki mahasiswa adalah diantaranya: usia, idealisme, energi, intelektualitas, dan kesempatan belajar. Mahasiswa pada umumnya adalah meraka yang berusia diantara 18-24 tahun. Pada usia ini, mahasiswa adalah tergolong kaum muda yang mempunyai semangat berkobar-kobar. Kaum muda mempunyai semangat untuk mengubah kondisi di sekitarnya menjadi seperti yang diinginkan (idealis). Mahasiswa juga mempunyai energi atau tenaga yang besar, bersemangat dan bermotivasi tinggi. Mahasiswa adalah mereka yang mengenyam pendidikan pada level tertinggi, yaitu perguruan tinggi, sehingga mereka mempunyai kesempatan yang jauh lebih luas untuk menggali ilmu sedalam-dalamnya. Iklim perguruan tinggi memudahkan mahasiswa untuk memperluas cakrawala keilmuan mereka melalui sarana yang tersedia lebar untuk mereka. Mahasiswa mempunyai kapasitas keilmuan yang tinggi karena berada di lingkungan kampus dengan sumber ilmu tidak terbatas. Dengan segala kelebihannya dan potensinya ini, tidak mengherankan jika sejarah umat manusia tidak pernah lepas dari peran pemuda dan mahasiswa didalamnya. Terlalu banyak contoh tentang hal itu. Jadi jelaslah bahwa mahasiswa selaku bagian dari pemuda, adalah kekuatan besar sekaligus garda terdepan dalam mentransformasi karakter/attitude mayoritas masyarakat Indonesia yang masih terbelakang ini menjadi karakter masyarakat unggul dan berdaya saing .

Peran Mahasiswa dalam Arus Perbaikan Bangsa
Ada sebuah potongan lagu yang cukup menarik perhatian saya ketika sedang membaca beberapa artikel, yakni “Hanya mengejar kepentingan diri sendiri, lalu cuek akan derita sekitarnya. O o astaga apa yang sedang terjadi. O o astaga hendak kemana semua ini. Bila kaum muda sudah tak mau lagi peduli. Mudah putus asa dan kehilangan arah”. Potongan lirik lagu tersebut cukup jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa kaum muda, dalam hal ini mahasiswa, mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan arah bangsa. Apakah maju ataukah justru mundur. Keduanya ada ditangan pemudanya-mahasiswanya.
Peran aktif mahasiswa-pemuda telah termaktub secara jelas di Pasal 17, UU. No 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, yaitu kekuatan moral,  kontrol sosial, dan agen perubahan. Mahasiswa-pemuda sebagai kekuatan moral adalah menumbuhkembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaan; memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental-spiritual; dan meningkatkan kesadaran hukum. Mahasiswa sebagai kontrol sosial adalah memperkuat wawasan kebangsaan; membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak, dan kewajiban sebagai warga negara; membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum; meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik; menjamin transparansi dan akuntabilitas publik; dan memberikan kemudahan akses informasi. Mahasiswa sebagai agen perubahan adalah memimpin perubahan kearah yang lebih baik disegala bidang kehidupan manusia: sosial, politik, ekonomi, kewirausahaan, pendidikan, kesehatan, hukum, pendidikan, riset dan teknologi, kesenian, kebudayaan, olahraga, dll. Mahasiswa mempunyai peran yang sangat strategis dan vital dalam perbaikan bangsa Indonesia.
Karena itu,mahasiswa-pemuda harus mampu menunjukan kapasitas sosial, politik, dan moral serta kapasitas keilmuan yang nyata kepada seluruh elemen masyarakat di Indonesia ini agar peran vitalnya dalam keikutsertaan perbaikan bangsa semakin diakui. Kapasitas-kapasitas tersebut harus dimanifestasikan dalam tindakan yang praktis dan solutif sehingga masyarakat benar-benar merasakan dan mengakui peran vital mahasiswa-pemuda seperti cerita sejarah perubahan bangsa ini yang kita tahu. Saya sepakat dengan apa yang ditulis oleh Bapak Imam Gunawan (2010)[5] yang berbunyi:
Kaum muda harus menjadi kekuatan politik alternatif, artinya kaum muda tidak hanya diharuskan sanggup mengorganisir masyarakat sipil, tetapi juga mampu menunjukkan kapasitas politik di mata masyarakat politik, militer dan internasional bahwa kaum muda adalah solusi bagi kepemimpinan politik dan regenerasi politik Indonesia, artinya di sini kaum muda harus memiliki kemampuan berbicara soal strategis, misalnya security sector reform, pembaruan agraria, industrialisasi, kedaulatan pangan dan sebagainya yang mana itu harus didukung oleh kemampuan melakukan komunikasi politik dan komunikasi massa lainnya.

Perspektif Mahasiswa Ideal
Rangkaian paragraf diatas semoga dapat memberikan perpekstif awal kepada pembaca bagaimana seharusnya/idealnya mahasiswa Indonesia. Pemikiran tentang mahasiswa ideal telah banyak ditulis maupun disampaikan oleh banyak sekali sumber. Selain itu, sangat mudah menemukan sumber bacaan tentang mahasiswa ideal dari berbagai media. Karena itu, saya akan mencoba menjelaskan secara singkat konsep, ide maupun pikiran tentang mahasiswa ideal yang bisa saya temukan, sekaligus mencantumkan nara sumbernya. Kemudian saya akan mencoba menarik benang merah dari setiap konsep, ide dan pikiran tersebut agar pembaca dapat menemukan konsep holistik mengenai mahasiswa ideal yang sebenarnya.
Mahasiswa ideal dapat dilihat dari beberapa kaca mata atau sudut pandang, diantaranya adalah:
Ø  Perspektif Peran dan fungsi
Mahasiswa ideal adalah mereka yang dapat menyadari, memahami, dan menjalankan peran yang diberikan kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Diperlukan kapasitas yang cukup untuk menjalankan peran-peran tersebut dengan baik. Terdapat 3 kelompok besar kapasitas yang diperlukan: 1) kapasitas akhlak dan moral, 2) kapasitas sosial politik, 3) kapasitas keilmuan dan keprofesian.[6] Ketiga kapasitas ini yang nantinya akan mendukung mahasiswa dalam menjalankan perannya sebagai the guardian value, the director of change, dan iron stock. Untuk menjadi penjaga nilai-nilai keadilan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan nilai dasar kehidupan yang positif lainnya serta sekaligus sebagai motivator dan inspirator kemajuan dari dalam masyarakat, mahasiswa harus mempunyai kebaikan akhlak dan moral. Pemahaman dan kemampuan dibidang sosial dan politik akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan konflik sosial, menggerakan massa, berpikir kritis, dan berargumen sebagai pemimpin perubahan ke arah lebih baik. Sebagai seorang calon pemimpin bangsa dimasa depan yang akan menduduki posisi penting, seperti ilmuwan, peneliti, dosen, guru, pejabat negara, wirausahawan, dan lain sebagainya, maka penguasaan ilmu dan keahlian dibidang study yang digeluti mutlak dikuasai oleh mahasiswa.

Ø  Perspektif Tri Dharma Pergurun Tinggi
Tri dharma perguruan tinggi adalah, 1) pendidikan, 2) penelitian, 3) pengabdian masyarakat.Pendidikan adalah proses pembetukan karakter manusia agar menjadi sebenar-benar manusia. Kalau digunakan dalam istilah psikologi, ada kesesuaiannya dengan aspek atau domain kognitif, domain emosi, dan domain psikomotorik atau konatif. Selain itu tidak hanya sebatas pada transfer of knowledge semata, melainkan juga harus mengandung transfer of value[7]. Penelitian, adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian kita. Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan atau program yang memberikan pengaruh positif kepada peningkatan kualitas hidup masyarakat[8]. “Community development occurs when people strengthen the bonds within their neighborhoods, build social networks, and form their own organizations to provide a long-term capacity for problem solving” (H.J. Rubin & I.S. Rubin, 1998, p.3)”.

Mahasiswa yang menyangkup ketiga fungsi tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Menurut saya, ketiga dasar falsafah pergurun tinggi dalam menjalankan fungsinya, harus diikuti oleh seluruh mahasiswa yang ada didalamnya. Mahasiswa harus mengamalkan ketiga falsafah tersebut dalam setiap aktivitas kesehariannya sebagai masyarakat perguruan tinggi. Dalam fungsi pendidikan, mahasiswa harus bisa menjadi pendidik dan peserta didik yang baik serta harus mampu menyadari dengan sungguh-sungguh pentingnya peran pendidikan (education) dalam membangun kejayaan bangsa dan masyarakat. Fungsi ini dijalankan dalam bentuk kuliah, praktikum, pengerjaan laporan, dan belajar mandirinya mahasiswa mengenai bidang keilmuan masing-masing. Penelitian termanifestasi dalam diri mahasiswa sebagai seorang researcher yang mendasari semua ucapan, tulisan, dan tindakannya berdasarkan fakta ilmiah. Selain itu, sebagai seorang subyek sekaligus obyek penelitian, mahasiswa mempunyai eagerness (keinginan) untuk memahami dinamika sosial dan alam melalui pendekatan ilmiah. Mahasiswa harus pernah menulis ilmiah, jauh lebih baik selain menulis skripsi. Pengabdian masyarakat tercermin dari karakter mahasiswa sebagai golongan elit masyarakat yang peka dan peduli terhadap kondisi masyarakat. Semua kapasitas yang dimiliki setiap mahasiswa, idealnya, semuanya itu termuarakan untuk kemajuan masyarakat. Kepekaan dan kepeduliaan itu dapat ditunjukan dengan beberapa cara, seperti aksi turun ke jalan, bakti sosial, pasar murah, pengobatan gratis, desa binaan dan lain sebagainya.

Ø  UNDIP Alumni Competencies Profile
Tageline yang diusung oleh manajemen universitas yang ditujukan kepada seluruh mahasiswa UNDIP, terkait dengan profile kompetensi mahasiswanya adalah COMPLETE: Communicator, Professional, Leader, Entrepreneur, Thinker, and Educator. Keenam kompetensi tersebut adalah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh seluruh mahasiswa UNDIP.

Ø  Perpektif Kompetensi
Secara khusus, kompetensi yang perlu dimiliki oleh mahasiswa dalam menghadapi era globalisasi dikelompokkan menjadi kemahiran berat, ringan, dan kompetitif. Kemahiran berat difokuskan pada penguasaan mahasiswa terhadap disiplin ilmu yang ditekuninya; kemahiran ringan berkaitan dengan kemampuan kreativitas, inovasi, penguasaan berbagai bahasa, komunikasi dan analisis; dan kemampuan kompetitif berkaitan dengan mendapatkan keputusan kerja, ketelitian dan bekerja sama dalam tim[9].
Kemampuan soft skill mencakup: kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan kognitif, kemampuan komunikasi; dan kemampuan interpersonal dan bekerja sama. Masing-masing kemampuan dapat dikembangkan menurut karakter masing-masing bidang. Aspek soft skills tentang kompetensi lulusan yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran dapat kita lihat proporsinya seperti pada  aspek pengembangan hard skills mencakup dua hal, yaitu penguasaan disiplin ilmu dan pengetahuan mengenai teknologi. Sementara itu aspek pengembangan soft skills mencakup: Kemampuan komunikasi secara tertulis atau lisan, kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (tim), kemampuan berfikir sintetis, kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan dalam memahami keragaman budaya, kemampuan bekerja secara mandiri, dan kemampuan berfikir analitik[10].

Ø  Perspektif Idealisme, Intelektualisme dan Aktivisme[11]
Idealisme merupakan suatu sifat menghasratkan sesuatu yang ideal. Ideal bererti sempurna atau unggul. Mahasiswa pada umumnya memandang dan memikirkan sesuatu secara “yang seharusnya” sehingga sering muncul kritikan pada kondisi-kondisi tertentu yang menurut mahasiswa tidak sesuai dengan kondisi ‘ideal’. Intelekualisme adalah pengabdian kepada penggunaan intelek atau daya berfikir, seorang intelektual didefinisikan sebagai golongan terpelajar, cerdik pandai atau cendekiawan. Mahasiswa adalah manusia yang berilmu pengetahuan. Mahasiswa (kaum intelektual) berperanan menyampaikan pandangan secara bebas tanpa dipengaruhi atau terikat dengan pihak-pihak berkepentingan. Aktivisme merupakan suatu kekuatan atau ‘force’ yang menggerakkan suatu perubahan di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Apabila mahasiswa tahu apa yang diperjuangkan dan mau mengaplikasikan pengetahuan yang diyakininya, maka ia mampu menciptakan perubahan.

Ø  Perspektif Kaderisasi KM Universitas Diponegoro
Profil mahasiswa ideal tingkat I di Universitas Diponegoro dari semenjak masuk menjadi mahasiswa baru, PPMB (program penerimaan mahasiswa baru) fakultas dan jurusan, kemudian LKMM Pra Dasar sampai dengan pelantikan dan aktualisasi di lembaga mahasiswa berdasarkan buku pedoman kaderisasi mahasiswa KM Universitas Diponegoro adalah:
  1. Mampu memulai perumusan visi hidup berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa
  2. Mengenal Universitas Diponegoro dan segala seluk beluknya
  3. Mencintai dan bangga terhadap almamater, serta berkeinginan kuat untuk memajukan almamater
  4. Paham tentang potensi diri, manajemen waktu dan diri, serta cara sukses menjadi mahasiswa ideal di kampus UNDIP
  5. Memahami peran, fungsi, dan posisi strategis mahasiswa 
  6. Mampu mengenal budaya kampus dan memaknainya
  7. Memenuhi kompetensi sebagai calon kader di KM UNDIP: memiliki kesadaran berorganisasi, paham tentang peran, tugas, dan pokok lembaga mahasiswa, kreatif (terjadinya eksplorasi pemikiran) sehingga memiliki pendapat solutif, motivasi untuk terus berkembang, mengenali kultur fakultas / sekolah dan program studi yang diambilnya
  8. Mempunyai semangat kekeluargaan kepada teman seangkatan maupun senior
  9. Memahami arti pendidikan sebagai investasi masa depan bangsa

Benang Merah
Dari beberapa kacamata atau sudut pandang yang telah saya uraikan menurut beberapa pemikiran mengenai mahasiswa ideal yang ditulis oleh beberapa sumber, dapat ditarik sebuah benang merah yang menghubungkan semua prespektif tersebut yaitu bahwa mahasiswa ideal adalah mereka yang 1) seimbang, 2) menyeluruh (complete) dan 3) mempunyai added value (nilai tambah).
Menurut saya, ketiga aspek tersebut adalah kondisi mahasiswa ideal yang sesungguhnya, bahwa mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang mampu menyeimbangkan semua perpekstif tentang mahasiswa ideal itu didalam dirinya. Mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang mampu merangkum seluruh perpektif tentang mahasiswa ideal tersebut menjadi satu, yakni mencangkup atau menyeluruh kedalam dirinya. Selain itu, mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang mempunyai nilai lebih (added value) berupa kelebihan khusus yang menonjol dan membedakan dirinya dengan mahasiswa lainnya.
Seimbang (balance). Keseimbangan tersebut diantaranya adalah Akademik-nonakademik, dunia-akhirat, Individual-sosial, Softskill-hardskill, dst. Karena keseimbangan itu indah. Mahasiswa ideal adalah mereka yang paham dan menjalankan peran dan fungsi mahasiswa dengan baik dan SEIMBANG. Mereka yang mampu menyeimbangakan antara kapasitas akhlak, sosial politik, keilmuan, dan mampu menjalankan falsafah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat secara baik dan seimbang, maka layak disebut ‘ideal’. Seimbang artinya tidak pincang, berjalan dengan sinergis dan harmonis. Ada bukan untuk menghilangkan namun ada untuk melengkapi.
Menyeluruh (Complete ), mahasiswa ideal adalah mereka yang mampu menguasai segala sisi, peran, fungsi, dan falsafah mahasiswa yang sesungguhnya dengan sebenar-benarnya. Dia menguasai seluruh aspek, meskipun setiap mahasiswa mempunyai kecenderungan masing-masing, Tidak hanya berotak encer saja, melainkan juga berjiwa sosial dan spiritual selangit agar hubungan horizontal dan vertical tetap terjaga dengan baik.

Nilai tambah (Added value),  Sekarang ini, mahasiswa semakin sadar akan pentingnya membuat dirinya sendiri menjadi ideal, sebab permintaan pasar mengharuskan mahasiswa selama kuliah, berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Kesadaran mahasiswa untuk tidak sekedar kuliah saja jika ingin sukses sudah banyak dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Sudah banyak mahasiswa yang ber-IPK tinggi, aktif organisasi, punya banyak prestasi, mandiri, dan segala aspek lainnya. Karena itu, mahasiswa ideal sebaiknya ialah yang mempunyai nilai tambah tersendiri yang orang kebanyakan tidak mempunyainya. Nilai lebih itu misalnya attitude, skill maupun knowledge yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Peran Organisasi Mahasiswa
Penelitian Hartanti (2006) membutkikan bahwa mahasiswa yang aktif di organisasi mahasiswa cenderung mempunyai konsep diri yang baik terhadap dirinya sendiri, dan hal tersebut berkorelasi positif dengan kemampuan interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan membuka diri kepada orang lain[12]. Organisasi mahasiswa membantu mahasiswa untuk selalu berinteraksi intensif dengan lingkungan dan orang lain. Interaksi  yang  intensif  dengan  lingkungan  akan  semakin meningkatkan  kompetensi interpersonal  anggota organisasi mahasiswa,  karena  dalam  interaksi yang dilakukannya dengan orang lain, kemampuan untuk behubungan dengan orang lain yang  berbeda  karakternya  akan  semakn meningkat.
Penelitian ini juga menyebutkan bahwa Kategori  tinggi  ini menunjukkan  bahwa  pengurus organisasi mahasiswa cenderung memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif menjadikan pengurus organisasi mahasiswa memiliki pandangan dan perasaan yang  stabil  tentang dirinya, mengetahui kelebihan  dan  keterbatasannya  serta  tidak  menggantungkan  diri  kepada  orang  lain.  Konsep diri yang positif juga akan mampu mempengaruhi kemandirian individu.
Dengan bergabung dengan organisasi, mahasiswa akan terbantu untuk semakin cepat menemukan jati diri, kepribadian, dan semakin matang dalam berpikir dan bertindak. Seluruh individu mahasiswa adalah agent perubahan. Bila setiap pengurus organisasi kemudian mau menggunakan model multilevel dalam berorganisasi maka sedikit demi sedikit mahasiswa yang mau terlibat dalam organisasi akan semakin bertambah[13].
Tempat di Kampus yang mendukung penciptaan mahasiswa ideal: 1) Kelas, 2) Laboratorium/tempat praktek, 3) Perpustakaan, 4) Tempat Ibadah, 5) Student centre/pusat kegiatan mahasiswa. Kelima tempat tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan kampus. Peran dan fungsi kelima tersebut harus dapat dioptimalkan dalam usaha untuk membentuk mahasiswa yang ideal.

Adakah Kondisi Ideal?
Akan sangat susah membuat kondisi menjadi ideal, namun kondisi tersebut dapat diusahakan menjadi ‘mendekati’ ideal. Karena itu, mahasiswa ideal mungkin tidak akan pernah kita jumpai atau mungkin akan muncul banyak perdebatan dalam menentukannya. Namun, setidaknya sebagai mahasiswa, kita semua harus berlomba-lomba untuk menjadi mahasiswa se-ideal mungkin menurut perpektif yang secara mayoritas disepahami.
Wallohualam, semoga bermanfaat


[1] Disampaikan pada acara SDT (Student Development Training) HMJ Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unviversitas Diponegoro Semarang, Sabtu 12 November 2011
[2] Ketua BEM FPIK UNDIP 2010, Komisi Ahli Internal BEM KM UNDIP 2011, E-mail: panca.purnomo@gmail.com, Blog: http://www.pancagarden.blogspot.com
[3] Saya mendapatkan pengalaman tersebut dari pelatihan pengembangan karakter dan kepemimpinan pemuda tingkat nasional yang diadakan oleh KEMENPORA (Kementria Pemuda dan Olahraga) pada tahun 2010 di Jakarta. Waktu itu, salah seorang staff ahli KEMENPORA sebagai pembicara meminta secara acak 10 peserta untuk menyebutkan permasalan mendasar menurut mereka. Setelah 10 permasalahan tersebut dimasukan kedalam 3 kategori yakni visi, sistem, dan SDM. Mayoritas 10 permasalahan yang telah disebutkan masuk dalam kategori SDM. Hal tersebut saya lakukan di beberapa pertemuan saat saya menjadi pembicara, dan hasilnya memang permasalahan yang disebutkan oleh peserta kebanyakan adalah termasuk kategori SDM.
[4] Setiyo Yuli H. Perubahan Paradigma Mahasiswa. Universitas Brawijaya
[5] Imam Gunawan. 2010. Peran Strategis Pemuda Indonesia yang Menyejarah. Makalah untuk Pelatihan Pengembangan Karakter Pemuda Indonesia pada 26 Oktober 2010, diselenggarakan oleh  Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Jakarta.
[6] Aditya Satrya Wibawa. 2008. Mahasiswa Ideal. http://aditya87.wordpress.com/
[7] Haryanto. Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara . Universitas Negeri Yogyakarta
[8] Ian Achmad Januar. 2011. Mahasiswa Mengabdi Kepada Masyarakat 5W1H. http://pengmashmeitb.wordpress.com/
[9] Ariffin, Y. M. “Peran Media dan Komunikasi“, Dalam Mahasiswa Abad 21. (Bangi: Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia, 2006), p 171.
[10] Bandi Sobandi. 2009. Optimalisasi Soft Skill Melalui Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan. Universitas Pendidikan Indonesia
[11] A. Amri. 2010. Ciri-Ciri Mahasiswa. http://uniprof.files.wordpress.com/2010/01/
[12] Hartanti. 2006. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kompetensi  Interpersonal Pada Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Diponegoro (UKM Undip). Universitas Diponegoro
[13] Hermanto SP.  Analisis Kondisi Lingkungan. Universitas Negeri Yogyakarta


Donwload file .pdf nya disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu