Selasa, 15 Maret 2011
Bandar Udara “San Fransisco International Airport”
Finally, aku menginjakan kaki juga di tanah Amerika. Perasaan yang belum pernah terbayangkan bisa sampai di USA, woooo…..Saat mendengar pengumuman dari flight attendance bahwa kami akan segera tiba di San Fransisco, aku merasa sangat bahagia, aku buka penutup jendela disampingku, dan aku lihat gumpalan – gumpalan awan yang sangat indah. Awan ditas tanah Amerika, dan sekarang aku diatasnya. Sepanjang maneuver landing pesawat, mataku tidak pernah lepas memandang awan yang dan langit diluar pesawat. Amazing. Ditambah lagi, langit yang berwarna kemerahan akibat terkena sinar matahari pagi, so cool man.
Pesawat kemudian semakin mendekati daratan, saat pilot menggerakan pesawat untuk turun, makin terasa perut semakin sakit dan telinga berdenting – denting menahan tekanan udara yang entah kenapa bisa begitu. Aku tidak tahu. Perasaan yang sama setiap kali pesawat akan landing atau take off. Dan, akhirnya pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandar udara San Fransisco. Waktu setempat kalau tidak salah menunjukan pukul 08.30 pagi. Perlahan pesawat mendekat ke terminal pemberhentian. Kami keluar satu demi satu setelah mengemasi barang diatas cabin. Aku melewati lorong dingin yang menghubungkan pesawat dengan gedung bandara. Keluar dari lorong itu, kami berbelok ke kiri, disisi tembok sebelah kiri, kami melihat ada tulisan besar berwarna biru seperti logo facebook : welcome to san fransisco, tak pelak lagi kami langsung berlomba – lomba berfoto ria didepan tulisan itu. Mbak Endah meminta kami agar tidak terlalu banyak mengambil foto karena jam 10.00 sebagian dari kami harus segera terbang menuju ke Washington dulles.
Kami masuk ke imigrasi terlebih dahulu, nahhh disinilah aku mulai merasa agak deg-degan, karena bagi para pendatang non amerika, amerika adalah Negara yang sangat ketat menerapkan security chek kepada setiap orang yang akan masuk kedalam Negara itu. Negara besar yang terlalu paranoid. Kami membuat antrian didepan loket – loket imigrasi, model loket imigrasinya hampir sama seperti yang ada di bandara Soekarno Hatta, sedikit ada tambahan kaca yang memisahkan petugas dengan penumpang. Entah kenapa, petuas imigrasi itu terlihat sangar, tampak dari mukanya mereka sangat tidak bersahabat. Dengan baju hitam khas polisi amerika mereka menanyai teman- temanku satu demi satu. Aku lihat teman – temanku sedang bercakap – cakap dengan mereka, entah ditanyai tentang apa, yang jelas muka mereka sangat dingin.
Giliranku tiba, aku maju melewati garis pembatas antrian menuju loket, kalau tidak salah nomer 23. Dia menatapku dengan dingin, wajah bulat dan tubuh gendut hitamnya cukup mengerikan. Wajahnya mirip seperti penjahat – penjahat di film amerika, hehe. Aku menyerahkan passport dan DS-194 yang sudah aku pegang sejak tadi. Dengan tatapan dan mimic muka tetap dingin, dia menyuruhku untuk meletakan keempat jari kananku kecuali jempol diatas alat scanner, kemudian jempol kananku dan dilanjutkan dengan tangan kiriku. Dia memintaku untuk melepas kacamataku dan meletakan wajahku didepan kamera. Sebenarnya aku berharap dia akan bersikap lebih hangat kepadaku, yaa minimal bertanya kepadaku mau apa di USA, atau pertanyaan yang tampak bersahabat lainnya, namun ternyata ekspektasiku terlalu tinggi. Dia malah bertanya, “kamu bawa uang berapa?”, ya elah ini orang padahal dia sudah melihat kalau visa ku adalah visa J-1, visa untuk pelajar. Aneh ni orang, , ngapain coba pelajar bawa uang banyak – banyak, emang aku pengusaha.hahaha. Setelah dia memeriksa semua dokumen yang aku bawa sembari mencocokannya dengan layar monitor komputernya, dia mengucapkan “welcome to America”, aku jawab standar saja “thanks you sir”. Alhamdulilah kartu DS-194 nya disobek dan diserahkan kembali kepadaku, berarti aku tidak masuk ke secondary inspection. Agak lega sekarang. Keluar dari imigrasi ada petugas bandara yang mengarahkan kami melewati jalan menuju pengambilan luggage. Aku bertemu dengan teman – teman ku yang lain, kami saling membagi pengalaman di imigrasi tadi dan kadang tertawa kecil karenanya. Syukur, tidak ada seorang pun dari kami yang kena secondary inspection. Di tempat pengambilan barang aku berbincang sebentar dengan polisi wanita yang berasal dari Filipina, kebanyakan orang asia memang lebih ramah terutama jika bertemu orang asia lainnya. Aku lihat petugas bandara di San Fransisco berwajah asia, multi cultural sekali memang Negara amerika.
Aku masuk ke antrian security chek, disinilah custom clearance kami diminta, kemudian kami ditanya koper mana yang mengandung makanan. Setelah barang kami melewati alat pemindai, kami dipanggil untuk membuka koper yang kami bawa. Koperku dibuka oleh seorang petugas berwajah cina atau jepang, dia melihat ada satu kantong kresek berisi full mie instan. Dia membaca komposisi mie instan itu, kemudian bertanya kepadaku apakah ayam itu artinya chiken, aku jawab ia, kemudian dia menjelaskan kepadaku bahwa semua bahan yang mengandung chiken tidak diperbolehkan masuk disini. Ya sudah, aku ikhlaskan makananku itu diambil olehnya.
Beres di secury chek, aku berjalan menelusuri jalan menuju connecting flight bersama beberapa teman yang sudah selesai di periksa. Bandara san fransisco tampak bersih dan canggih seperti bandara internasional Negara maju lainnya. Barang bawaan kami dichek satu kali lagi sebelum koper kami hilang dimasukan kedalam lorong barang.
Singkat cerita, setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya bisa masuk kedalam pesawat menuju ke Washington Dulles international Airport. Aku duduk bersama seorang bapak tua gendut dari Filipina yang sudah lama tinggal di San Fransisco.
Masih banyak cerita yang belum aku tulis, karena sudah saatnya bekerja kembali, aku harus sdikit menunda penyelesain tulisanku ini, to be continued...
Jangan Baper
-
Jangan baper kalau kerja.
Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau
atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar