Singkat cerita, setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya bisa masuk kedalam pesawat menuju ke Washington Dulles international Airport. Aku duduk bersama seorang bapak tua gendut dari Filipina yang sudah lama tinggal di San Fransisco. Di tinggal di San Fransisco sejak tahun kalo tidak salah 1975, bahkan sebelum aku lahir. Orang tuanya asli Filipina, makanya terlihat dari wajahnya kalau beliau orang asia. Beliau sangat ramah dan bersahabat selama penerbangan kami ke Dulles, beliau mengajakku berbincang mengenai Indonesia, menceritakan sedikit mengenai Amerika, San Fransisco, tentang Filipina, dan bahkan dia sampai mengeluarkan peta Amerika Serikat dan menunjukan kepadaku beberapa Negara bagian yang dia sarankan untuk dikunjungi dan obyek wisata apa saja yang bagus disana. Dia menyarankan kepadaku untuk mengunjungi Grand Canyon di Colorado, the sounds is good. Betapa baiknya bapak itu. AKu ditawari makan siang, dan beliau yang membayarkannya untuku, harganya sekitar 4 dolar. Makanan orang amerika semuanya buatan pabrik dan mengandung banyak zat kimia. Mungkin itu alasan kenapa orang amerika terlalu banyak mengidap penyakit.
Sampai di Dulles International Airport kami segera menuju tempat pengambilan barang dengan melihat petunjuk “Lugage Claim”. Bapak dari Filipina pun akan mengambil barang, sehingga kami bersama menuju ke tempat pengambilan barang. Di Dulles, sebagai Bandar udara internasional yang modern dan canggih, setiap penumpang diberikan pelayanan berupa kereat listrik otomatis hampir sama seperti di Changi Singapura. Untuk menuju tempat pengambilan luggage, kami harus menaiki kereta itu untuk berpindah ke terminal lainnya. Benar – benar sangat modern. Sebelum kami tiba di pengambilan barang, kami bertemu dengan kedelapan teman kami yang sudah tiba terlebih dahulu. Kami disambut dengan teriakan mereka, selain itu mereka juga sudah bersama dengan Cris director IIEF yang akan membantu kami selama kami di Amerika. Dia juga bersama dengan Khan, pria berwajah asia, dan beraksen china, sebagai asisten IIEF. Mereka sangat ramah dan baik. Kemudian kami mencari barang bawaan kami masing – masing.
Tidak lama setelah kami berkumpul semua, Amanda dan Tim, asisten dan director program di VTLCI (Virginia Tech Language and Culture Institute) datang dan menyapa kami. Mereka sangat ramah dan baik, mereka menyalami kami satu persatu, memperkenalkan diri, dan membuat beberapa joke untuk membuat suasana lebih cair dan menyenangkan. Orang amerika yang sudah aku kenal ini sangat menyenangkan. Amanda dan Tim, layaknya orang Barat kebanyakan, mempunyai tubuh yang tinggi besar. Aku taksir usia mereka sekitar 40 an tahun untuk Tim dan 35 an tahun untuk Amanda, aku tidak tahu pastinya. Sedikit lama mengobrol sana sini, Tim kemudian mengajak kami untuk sedikit relaks. Dia mengajak kami ke kafe untuk membeli kofi dan makanan kecil lainnya sambil ngobrol. Dari obrolan kami itulah aku bisa membayangkan suasana kampus VT dan kota Blacksburg. Setelah lama mengobrol, akhirnya Mbak Endah, pendamping perjalanan kami datang juga, dengan begitu sesegera mungkin kami menuju bus yang sudah menunggu kami diluar bandara Dulles. Kami membawa barang bawaan masing – masing, lalu aku buka pintu keluar bandara, dan woooo, dingin sekali..dingin yang luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku lihat kota Washington dimalam hari, kota yang padat dengan gedung dan jalan raya, mobil mewah berseliweran dimana mana. Ini adalah ibu kota Amerika bung. Kami segera masuk kedlam bus krena semakin tidak kuat menahan dingin. Tidak lupa sebelumnya mengambil beberapa gambar dengan kamera.
Bus kami berjalan menjauh dari bandara, tujuan selanjutnya adalah Blacksburg Virginia. Aku semakin tidak percawa aku sekarang di Amerika. Amanda membagikan bungkusan makanan kepada kami, setelah aku buku isinya ada sandwich, apel, jus oranye, dan roti coklat. Rasa sandwich yang aku makan, sepertinya yang baru pertama kali ini, benar – benar aneh sehingga tidak kuasa aku untuk menghabiskannya. Disepanjang perjalanan kami bediskusi banyak hal, in English tentunya. Mulai sekarang kami harus membiasakan diri berbicara dengan bahasa inggris. Oke, bukan masasalah. Hanya perlu kebiasaan saja.
Mataku sudah sangat capek rasanya, berat, mulut kering, kaki sedikit semutan, mungkin karena aku sudah menempuh perjalanan melintasi benua yang sangat jauh. Jam 12 aku menyerah dari obrolanku dengan Ansar, temanku dari ITS. Aku tidur menyandari di kursi bus yang terus melaju tanpa aku tahu dimana sekarang dan kondisi jalannya seperti apa. Diluar sana gelap. Jam 01.30, kami berhenti di depan hotel yang akan kami tempati satu malam ini. Kamar hotel ini benar – benar mewah luar biasa, hotel airport Jakarta sekalipun kalah jauh. Aku mandi jam 2 malam, dan tidurrrr….hehe..Hari ini kami ada jadwal orientasi dan mengurus segala dokumen kelengkapan study kami di VTLCI.
Jangan Baper
-
Jangan baper kalau kerja.
Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau
atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
4 tahun yang lalu
I want to feel it :) Subhanallah .
BalasHapus