Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Sabtu, 05 Juni 2021

18 Mei 2021, Welcome on earth

Pagi itu, setelah sekian hari ditunggu-tunggu kapan kontraksi itu datang...akhirnya istri saya bilang perutnya mules. Saat saya berpikir untuk mulai merapikan perlengkapan saya untuk bekerja di rumah, saya cepat-cepat whatsup bos saya untuk minta ijin hari itu. 

Istri saya masih sempat beberes rumah; menyapu, merapikan kamar tidur, membersihkan toilet, dan melipat baju. Katanya nanti kalau pulang kerumah bawa dedek bayi, rumahnya sudah rapi dan nyaman. Baiklah, itu memang jadi kebiasaannya. 

Saya bersiap, meminta si kakak untuk merapikan diri juga dan akhirnya sekitar jam 8 pagi kami berangkat ke rumah sakit tempat kami biasanya melakukan kontrol kehamilan. 

Kami langsung menuju ruang IGD. Petugas meminta istri saya ke ruang rawat IGD. Saya pergi ke ruang administrasi bersama si kakak untuk mengurus pendaftaran dan sebagainya. Saya berusaha sabar dan tidak meluap-luap waktu itu, karena pengalaman saya yang ngurus administrasi di rumah sakit ini lelet dan bikin emosi. Setelah semua urusan administrasi selesai saya kembali ke ruang IGD. 

Hari menjelang siang dan kami dipindah ke ruang persalinan. Namuun sebelum pindah itu, ternyata covid ini membuat ribet, istri dan saya harus melalui test antigen dulu. Dan seperti biasa, proses administrasi utk sekedar test antigen lama sekali. Saya dioper sana sini. Itulah, saya coba untuk menahan mood saya sepanjang hari itu. 

Kata bidannya, berangsur-angsur pembukaannya makin besar dan mules-mules istri saya semakin sering. Di ruang persalinan, saya menunggu bersama si kakak. Tapi karena memang peraturannya hanya 1 orang yang boleh menunggu pasien, saya harus melobi security dan perawat agar anak saya diijinkan untuk sementara berada di kamar pasien. Akhirnya malam itu, saya titipkan si kakak ke temen sekaligus tetangga saya. Hati saya agak remuk sebenernya, anak saya selalu tidur bersama orangtuanya dan gak pernah bermalam dirumah siapapun. Tapi karena kondisi, apa boleh buat. 

Hari berjalan lambat, mules-mules istri saya masih terus berlanjut. Sejam sekali perawat dan bidan datang untuk melakukan pengecekan. Dan akhirnya habis maghrib, istri saya dipindah ke ruang tindakan. Sebelum itu, bidan memberi cairan yang katanya bisa membantu mempercepat pembukaan. Semoga bekerja dengan baik. 

Mulesnya makin kencang dan suara istri saya makin meronta. Ia menggunakan tahan nahas dan tarik nafas, dan yang saya tau ia sedang menahan sakit yang datang. Dokter datang dan memeriksa. Ia pun bilang tunggu aja ya, ini sudah makin lebar. Jangan dipaksa. Tunggu aja, katanya. Saya agak lega. Cepat atau lambat si bayi akan hadir di dunia. Memikirkan itu, saya jadi sedikit grogi. 

Menjelang jam 20 malam, peralatan dokter disiapkan di depan istri saya. Saya tau dokter akan segera beraksi. Dokter datang dan segera beraksi. Istri saya mengejan, dokter bertugas membuka jalan. Kepalanya tak keluar-keluar. Saya melihat dengan mata terbuka, sembari memegang tangan istri saya. Memberi doa dan semangat. Mulut saya kering. Saya takut, khawatir. Ia begitu tersiksa. Mukaku dan mukanya pucat. Hanya suara dokter yang terdengar memberi intruksi, sesekali ke istri saya untuk mendorong dan sesekali kepada bidang untuk minta alat ini itu. 

Kepalanya mulai terlihat, tapi istri saya sudah gak mampu mengejan. Akhirnya mesin vacum dinyalakan dan kepala bayi disedot perlahan. Perut saya nyeri melihat proses itu. Setelah kepala keluar, bayi ditarik oleh si dokter. Saya menahan nafas dan dunia terasa berhenti. Saya hanya bisa berkata lirih tetap semangat, itu bayinya mau keluar. 

Dan tak lama, si cabang bayi keluar bersama dengan semua cairan rahim. Ia berwarna putih karena masih tertutup semacam air ketuban. Tali pusar diputus, dan si bayi menangis keras malam itu. Saya bersyukur dan tak terasa mata saya basah. 

Saya memegang istri saya kuat dan entah tak terperi apa yang ingin saya katakan. 

Malam itu, anak kedua kami lahir di dunia. Ia dibersihkan dan dibiarkan tertidur diatas data istri saya. Saya memperhatikannya dari dekat dan bagaimana keajaiban hidup itu sungguh terjadi. Saya melihatnya sendiri malam ini. 

Terimakasih atas kelahiran anak kami ya Tuhan....

Malam yang tak akan pernah saya lupakan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu