Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Sabtu, 08 September 2012

Sedikit Tentang Keponakanku

Hampir sudah satu minggu ini aku hidup di Jakarta. Untuk kesekian kali, merasai nafas hidup di kota ini, dan khususnya hidup di tengah-tengah keluarga sedarahku. Ya, banyak saudara-saudara kandungku yang tinggal di Jakarta, itu pula sebabnya setiap tahun aku pasti pergi ke Jakarta dan tinggal beberapa hari disini. Aku tinggal berpindah-pindah, dari rumah kakak satu ke kakak yang lain. Masing-masing kakakku sudah berkeluarga, mempunyai anak dan rumah sendiri. Anak-anak mereka, atau keponakan-keponakanku, adalah salah salah satu sebab mengapa Jakarta jadi kota yang ingin aku kunjungi. Tawa mereka, kekonyolan mereka, saat mereka merajuk, marah, bahkan menangis menjadi momen-momen yang sering aku rindui untuk aku temui. Di dalam darah mereka, mengalir darah yang sama dengan yang aku punya. Sehingga terkadang, aku sering sekali menerawang akan jadi apa ya mereka kelak nanti, ya saat mereka dewasa nanti. Dan saat memikirkan itu, aku jadi tersenyum-senyum sendiri.

Saat mengetuk pintu rumah kakakku, kemudian melihat mereka tersenyum malu-malu memandangku, kemudian masih dengan sikap malu-malunya mereka salami dan cium tanganku. Mereka, terutama keponakanku yang masih balita, setelah itu akan langsung mengajak bermain. Entah mereka mengeluarkan mainan baru mereka, atau cukup dengan mengajak berkelahi, atau dengan menggelayut diatas pangkuanku. Kata-kata polos yang mereka ucapkan sering berhasil membuatku tak hentinya tersenyum bahkan tertawa. Mereka sangat lucu, menggemaskan, dan pintar. Huff, jadi om atau paman buat mereka saja aku sudah sangat bahagia seperti ini. ;-D.

Keponakanku bersama dengan mbah buyutnya @Bekasi, Idhul Fitri 2012

Sering juga aku tanyai mereka tentang  apa saja yang berbau belajar. Aku ajak mengobrol mereka dengan pertanyaan yang memungkinkan mereka untuk lebih memahami matematika dan bahasa. Tapi ya namanya anak kecil, kadang jawaban mereka asal-asalan, dan kadang ada juga yang benar. Aku yakin mereka sebenernya bisa dan tahu, tapi terkadang mereka masih malu-malu. Seperti itu lah yang sering membuatku rindu kepada mereka. 

Setiap tahun bertemu mereka, tidak pernah aku seterkejut ini. Karena apa?Karena tahun ini, ya saat aku bertemu kembali dengan mereka pada momen setelah lebaran tahun ini, aku semakin tersadar bahwa sudah banyak sekali perbedaan dalam diri mereka yang aku temui.  Tidak terasa, sepertinya baru kemarin, sekarang mereka sudah besar, dan sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ya padahal baru terasa seperti kemarin, eh sekarang mereka sudah pandai merajuk. ;-D

Aku mempunyai 8 keponakan dan kedelapannya mempunyai cirinya sendiri. 

Dika, nama keponakanku paling pertama. Dia anak pertama dari kakak pertamaku. Umurnya 14 tahun, kelas 8. Dia sedikit pendiam dibandingkan dengan keponakanku yang lain, alias tidak banyak tingkah. Saat dulu masih kecilpun dia anak yang tidak terlalu aktif. Dia sangat patuh dan penurut. Dia juga salah satu bintang kelas, alias siswa terpandai di antara teman-temannya. Mungkin dia akan menjadi scientist atau ilmuwan suatu ketika. hehe. 

Devi, adalah keponakanku yang kedua. Dia adalah adik kedua Dika, alias anak kedua dari kakak pertamaku. Dia seorang perempuan yang sudah sangat cantik saat masih anak-anak, jadi bisa aku garansi, dia bakal jadi bidadari saat dia besar nanti. ;-D. Dia berumur sekitar 11 tahun dan dia sangat gemar menari dan menyanyi seperti boy-band dan girl-band yang sekarang ini sedang marak di acara televisi Indonesia. Mungkin dia akan menjadi seorang artis suatu ketika.hehe. Dia sangat perempuan sekali,yaitu suka dandan dan masak-masakan, serta super kalem, tidak seperti Dimas adiknya. 

Dimas, adalah keponakanku yang ketiga. Dia baru berumur sekitar 4 tahun. Keponakan kecilku yang satu ini adalah jagoan. Dia sangat suka sekali dengan tokoh-tokoh film kartun yang berbau super hero, seperti power rangers, naruto, ben ten, dan transformer. Karena dia malah jadi sangat agresif dan bergaya seperti super hero, akhirnya sang ayah melarang dia melihat video super hero karena dianggap mengajarkan kekerasan pada sang anak. Maklum, masih bocah. Dulu aku juga begitu..hehe. 

Keponakanku selanjutnya, dari kakak perempuanku yang kedua adalah Vaza, 12 tahun. Vaza ini adalah keponakanku yang hiper aktif, maniak games, dan bisa dibilang nakal untuk ukuran anak jaman sekarang. Prestasi sekolahnya pun pas-pasan, sehingga tidak jarang ia sering kena marah orangtuanya. Tapi, dia adalah salah satu keponakan yang cukup menurut dengan om-nya (aku). Dia sangat senang setiap kali aku berkunjung kerumahnya, dan selalu bertanya "Om, nginep sini kan?" dan heboh saat aku datang. Dia memang cukup dekat denganku, lantaran aku suka mengajaknya main waktu dia pulang kerumah mbah (orangtuaku) di Purworejo. Meski kemampuan akademiknya pas-pasan, mungkin suatu saat dia akan sukses di dunia non-akademis, seperti atlet atau musician, mungkin. hehe.

Kiki, dia adalah adiknya Vaza. Baru berumur sekitar 7 tahun, tapi dia sudah sangat cerewet seperti gadis remaja. Berbeda dengan kakaknya, prestasi akademiknya lumayan bagus. Dia cukup pintar, terbukti dari angka seratus yang sering aku lihat dilembar tugas sekolahnya. Dia juga sangat mudah diajak belajar dan suka jika diminta menunjukan hasil pengerjaan PR-nya. Dia juga selalu menyambutku dengan gegap gempita setiap kali melihatku. Meski malu-malu, tapi sebenarnya dia pengen sekali bermain dan dipeluk om-nya. hehe. Mungkin karena dia suka ngomong, suatu saat dia bisa jadi presenter terkenal. ^^

Munif, keponakanku yang lain, usianya baru sekitar  9 tahun. Dia adalah bintang kelas, dan mudah memahami pelajaran. Tapi dia harus diingatkan berkali-kali baru mau belajar. Dia masih sangat suka membeli mainan anak-anak dan juga sangat gemar jajan. Karenanya tidak heran badannya cukup gembul dibandingkan anak-anak seusianya. Keponakanku yang satu ini sangat mengidolakan om-nya alias aku. hehe. Dia selalu bilang pengen menjadi seperti aku (yang aku masih belum mengerti kenapa). Dia selalu nampak tidak rela setiap kali aku akan pulang dari rumahnya, ia pasti akan merajuk untuk ikut dan memintaku tinggal lebih lama. ;-D. Dia punya potensi untuk jadi orang pintar. 

Adrian, baru sekitar 5 tahun. Dia sangat lincah, cerewet, dan aktif. Dia suka sekali bermain dengan sang kakak; Munif. Dia pandai sekali menirukan gaya berkata-kata orang dewasa. Bahkan ketika merajuk pun, sering kudengar dia berkomunikasi dengan gaya seorang dewasa. Dia juga sudah pandai membaca huruf-huruf arab. Saat aku melihatnya mengaji, ternyata dia sudah di iqro 4. Aku kagum pada kecepatannya belajar. Jadi, aku yakin, saat dia selesai dari PAUD, dia akan sudah lancar membedakan huruf dan menulis. Dia sangat senang bermain dan terutama memintaku untuk mengangkat, menggendong, dan mengajak berkelahi. hehe. 

Keponakanku terahir, adalah Khansa, perempuan 4 tahun putri pertama dari kakak perempuanku yang keempat. Dia sangat unik dibandingkan yang lain. Unik yang pertama adalah badannya super besar, aku kira diumurnya yang masih sangat kecil dia menderita obesitas. Perut, kaki, tangan, wajah, dan pipinya serba bundar. Meski demikian, ia sangat menggemaskan. Unik yang kedua adalah dia sangat gemar ngemil dan minum susu. Mungkin ini juga sebab dia menjadi besar seperti itu. Karena badannya yang besar, ia selalu menang dalam setiap 'perkelahian' dengan teman-temannya. Yang aku salut padanya adalah dia sering memintaku mengajarinya menulis saat aku dirumah. Meski baru bersekolah di PAUD,  dia sudah tahu caranya belajar. Dia selalu mengeluarkan buku tulis, dan memintaku mengajarinya menulis huruf A, B, C, dan seterusnya juga angka 1, 2, 3 dst. Meskipun ujungnya dia sendiri yang akan mengelak belajar, tapi dia juga sendiri yang memulainya. Dia adalah keponakanku yang super menggemaskan. 

Itulah kedelapan keponakanku yang selalu bisa membuat hari-hariku di Jakarta menyenangkan ditengah-tengah kondisi Jakarta yang "suram" ini. 

Saat aku bertemu lagi dengan mereka, (satu tahun kedepan), pasti akan aku lihat perbedaan-perbedaan lain di antara keponakanku itu. Entah perkembangan fisik, verbal, psikis, motorik, maupun perkembangan yang lain. Dan jika saat melihat mereka datang kembali, keterkejutan akan kembali menyeruak lagi dalam diriku. Sungguh aku sangat bahagia dan senang menjadi om kalian, mungkin sekarang kalian belum bisa mendeteksi perasaan itu, tapi suatu ketika, kelak, ketika kalian dewasa, kalian akan mengerti bagaimana rasanya. 

Karenanya, keponakanku semua, tumbuhlah dengan baik ya?. Jadilah anak yang sehat, rajin, tekun, sholeh-sholehah, dan disukai banyak orang. Aku akan selalu memandangi kalian dengan penuh takjub dan tentu saja iringan doa tulus dari hati untuk kalian, penerus garis leluhur kita. ;-D


-Catatan Perjalanan Hidup-

1 komentar:

  1. wah, sama-sama, ya, Ca..
    kita punya banyak keponakan (An punya 9), hampir semua di Jakarta juga dan keponakan pertamaku juga kelas 8 ^^
    lucu-lucu pula tingkah mereka..
    panggilannya apa,ni, om Panca? haha

    BalasHapus

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu