Tidak terasa ya, besok adalah hari dimana aku akan bertemu dengan ke-52 calon Pengajar Muda angkatan V di Gerakan Indonesia Mengajar. Rasanya sudah tidak sabar lagi aku bersua dengan mereka. Meskipun aku belum pernah bertemu dengan mereka, tapi aku merasa sudah mengenal dan dekat dengan mereka (cieeee, sok banget ya?). Mungkin karena kita sering bercanda dengan komentar-komentar konyol kita di grup, jadilah sudah terjalin ikatan diantara kita. Itulah mengapa, saat bertemu dengan beberapa calon pengajar muda (Jumat/07-09-12), kita mudah saja langsung akrab. Memang, grup seperti itu sangat membantu dalam mempererat tali emosi dan chemistry diantara anggotanya.
Aku tidak sabar menunggu datangnya esok hari.
Aku tidak sabar menunggu datangnya esok hari.
Setelah esok hari tiba, kami akan secara resmi mengikuti training menjadi Pengajar Muda secara intensif dalam beberapa pekan kedepan. Kami akan digojlok dengan berbagai macam materi, entah itu fisik maupun mental, entah itu tentang wawasan keilmuan maupun hal-hal teknis. Bayangan apa saja yang akan aku lalui nanti masih juga samar, belum jelas. Mungkin aku akan berada ditengah hutan nantinya, bertahan hidup tanpa makanan. Mungkin juga nanti aku akan dilatih secara militer ala tentara. Atau mungkin nanti aku akan berkelompok dengan teman-teman dan melakukan permainan yang menyenangklan. Yang pasti, apapun itu aku akan menikmatinya.
Alhamdullilah, bagaikan menemukan oase di padang pasir yang mampu menghapus dahaga, pagi ini aku mendapatkan banyak curahan oase ilmu dan pencerahan terkait dengan training Indonesia Mengajar oleh sesepuhnya Indonesia Mengajar. Beliau adalah Mbak Retno Widyastuti Community Engagement Officer IM. Ini adalah pesan beliau kepadaku saat pagi tadi kita mengobrol via Facebook:
intinya, slama training, banyak2lah belajar
baik secara pedagogis, maupun ttg hidup
kalian adalah kumpulan orang2 terbaik
adi ada kecenderungan untuk "bersaing"
tapi esensi dari training ini bukan untuk kompetisi
tapi bagaimana caranya memanfaatkan waktu training untuk membekali diri
dengan optimal
bukan kompetisi, apalagi eksistensi diri
sama2 en saling lah kalian menyemangati, untuk tumbuh
lagi2, semangat penumbuhan
intinya adalah pintar2lah
adaptasi en baca sikon
bukan pasif, bukan juga
hiperaktif
sisi lain training di IM bukan sekedar belajar untuk mengajar
tetapi juga penempaan leadership skill
daku banyak belajar tentang ini selama 1,8 tahun
ini kesempatan untuk mengelola diri en menempa leadership lebih baik lg
dan lihatlah seseorang, bukan dari sekedar latar belakang dan kemilaunya
tapi lihatlah akhlak en soft skillnya (leadership dll)
dan tidak ada tinggi rendah di training
kalian semua sama
karena lagi2, hakikatnya bukan kompetisi antar kalian
tapi kompetisi di dalam diri sendiri
cara berkompromi dengan hati
jadi, semangat penumbuhan diusung ya
sama2 tumbuh dan berkembang
tiap orang ada proses tumbuhnya masing2
dan satu lagi, ingat2, utamakan proses dan keberlangsungan
bukan hasil
karena klo kalian melihat hasil, itu akan jadinya berkompetisi
what IM wanna do adalah menempa kalian dalam berproses
proses dalam menjalani hidup
enjoy
!
smoga sukses en lancar
NIKMATI
apapun yang terjadi
Aku terbuat ingat sebuah training yang pernah aku ikuti sekitar dua tahun lalu di Jakarta yang pelaksanaannya menurutku cukup kacau gara-gara banyak peserta yang ingin menunjukan eksistensi diri, mengabaikan semangat penumpuhan, sehingga akibatnya esensi materi training tidak tercapai (jika kurang tepat dikatakan tidak, setidaknya bisa dikatakan belum). Memang bisa dikatakan para peserta training waktu itu adalah orang-orang 'hebat' (atau mereka yang mengaku hebat) dari daerahnya masing-masing. Kaarenanya, itu mungkin yang membuat suasana training jadi seperti arena kompetisi dan adu argumentasi. Atmosfer training yang terbentuk kurang kondusif untuk sarana belajar dan menyerap ilmu, justru seperti arena pertandingan untuk menunjukan siapa yang paling intelek, paling berwawasan, dan paling layak untuk memimpin yang lainnya. Itu terlihat dari argumen-argumen yang mereka lontarkan selama training.
Meski demikian, aku banyak mengambil pelajaran dari pelaksanaan training tersebut. ;-D.
Bisa saja hal seperti itu aku alami lagi jika di training IM nanti, para peserta (termasuk aku) tidak bisa mengendalikan dan berkompromi dengan diri sendiri. Semoga tidak. Aku harap memori training dua tahun lalu itu adalah yang terakhir dan semoga tidak berulang di training IM nantinya. Amin. Cukup sudah training 2 tahun lalu itu memberi pengalaman berharga bagiku dalam bersikap didalam sebuah training. Dan wejangan dari Mbak Chiku diatas semakin mencerahkan segalanya bahwa training IM nanti bukan lah ajang untuk berkompetisi, mencari yang terbaik, melainkan adalah ajang untuk belajar, berkembang dan tumbuh bersama. Semangat penumbuhan yang harus kita usung kawan, dalam setiap training apapun maupun proses perjalanan hidup ini.
So, mari para Calon Pengajar Muda, kita tumbuh, berkembang, dan belajar bersama. Menjadi lebih dewasa dan lebih mendalam memaknai kehidupan di setiap jengkal perjalanan hidup ini. Nikmati prosesnya!. Enjoy!.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Pertamax
BalasHapusMohon doanya supaya kita sama-sama diberikan yang terbaik oleh-Nya :D
Mari prof.fajar, kita belajar bersama..^^
Hapus