Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 21 Oktober 2012

“Andira Ingin Kuliah”


“Anak-anak, jika kalian dewasa nanti, kalian ingin menjadi seperti apa?” tanyaku. Tangan-tangan mungil itu teracung diudara. Semua, tak terkecuali, ingin sekali bersuara. Seorang anak yang duduk didepanku persis berkali-kali melonjak-lonjak sambil tiada henti berucap “Pak, Pak, Pak, saya Pak, saya, saya”. Dia berhasil membuatku menjatuhkan pilihan. “Iya, silakan”. Bibirnya tersungging malu-malu.  “Saya ingin kuliah Pak!”. Entah bagaimana, sejuk suasana hati ini seketika mendengar jawabannya. Itulah ketika awal perkenalanku dengannya. 

Andira, bocah lelaki cilik ketiga dari kanan, tersenyum saat sesi foto perpisahan.

Andira, begitulah nama itu biasa disebut oleh teman-temannya. Bocah laki-laki kelas 2 SD yang selalu aktif dan antusias ketika aku mengajar didalam kelas. Ia senang sekali jajan es teh dikantin sekolah. Ia suka berlari-larian ketika waktu istirahat. Ia ingin selalu bisa tampil didepan. Ia kerap menyeletuk sesuatu berdasar dari apa yang aku ucapkan. Cukup sering juga, ia keluar dari kursi belajarnya demi dapat berkejaran dengan temannya meski saat itu aku sedang berdiri dihadapannya. 

Ia mempunyai banyak jawaban untuk satu pertanyaan yang aku lontarkan. “Agar kita dapat belajar dengan baik dikelas, suasana belajar kita harus bagaimana ya?”, tanyaku saat pertama kali masuk dikelas 2. “Tertib, Pak” jawab Andira bersemangat. “Lalu apa lagi ya?” balasku lagi sembari mengarah keseluruh kelas. “Jangan menggangu teman lainnya” masih dari si-Andira lagi. Matanya berbinar-binar tiap kali menjawab pertanyaanku. Dia akan selalu menjawab pertanyaanku meskipun bukan ia yang aku minta. Begitulah dia. 

Ia tak pernah absen mengacungkan tangan setiap kali aku bertanya kepada siswa apalagi saat aku memberi kesempatan untuk tampil didepan. “Ayo, siapa yang ingin memimpin teman-temannya menyanyikan lagu ini?”, tanyaku lantang suatu ketika sambil menunjuk deretan lirik lagu anak yang sudah aku tulis dipapan sebelumnya. Akan ada beberapa anak yang mengacungkan tangan. Tersenyum-senyum menatapku. Terkadang ada yang sampai berdiri dan menggoyang-goyangkan tangannya ke depan-belakang. 

Andira, tanpa aku beri ijin lebih dulu, akan bergegas maju, dan secedengan cepat berdiri disampingku. Setelah itu teman satu mejanya pun akan turut menemani didepan. Oke. Baiklah. Dan ternyata, di beberapa kesempatan, ia akan selalu begitu. Keduanya akan menatap mataku sambil tersipu-sipu malu. Ia maju lebih dulu, yang penting tampil. Sepertinya ia lebih tahu arti “lebih baik minta maaf daripada minta ijin”. 

Andira, seperti kebanyakan anak pada umumnya, mempunyai rasa keingintahuan yang sangat besar. Aku ajak anak-anak kelas 2 membaca buku di perpustakaan. Aku ingin mereka menyukai buku dan menjadikan buku sebagai teman baik mereka. Mainan anak itu tidak cuma boneka, mobil-mobilan, robot atau play station. 

Aku memlih sebuah buku tentang transportasi dengan berbagai macam gambar didalamnya. Anak-anak duduk melingkar disekitarku. “Mengapa mobil bisa bergerak?, karena apa?”, tanyaku ramah kepada anak-anak sambil melihat wajah mereka satu demi satu. “Karena ada mesinnya Pak”, jawab Andira. “Mengapa mesin mobil bisa menggerakkan mobil?”, tanyaku lagi. “emmm, itu pak, itu, emmmm, bensin!?” serunya setengah berteriak dengan wajah berseri-seri. “Benar, mobil dapat bergerak karena mengonsumsi bahan bakar bensin. Jika mobil tidak diisi bensin, mobil tidak bisa digerakkan” jelasku dengan intonasi naik turun memandangi wajah mereka. Intonasi dan mimik muka yang menggambarkan emosi sangat manjur menarik perhatian dan konsentrasi siswa. 

“Pak, ini apa?” tanya Andira menunjuk sebuah gambar mesin mobil. “Saya pernah naik kereta ke Bandung, Pak” celoteh Andira ketika melihat gambar kereta. Disuatu kesempatan lain “Pak, manusia pertama siapa?” tanyanya ketika aku memperlihatkan gambar manusia di buku Sains. Bahkan pernah ia bertanya “Pak, Allah melihat dengan apa?”. Ia selalu menanyakan apapun. Rasa ingin tahunya sangat besar. Terkadang komentar dan pertanyaannya itu justru membuatku takut. Takut? ya, aku takut salah karena bisa jadi ia akan meyimpan jawabanku dalam memori jangka panjangnya. Belum tentu kan jawabanku sesuai untuk anak-anak. 

Ia akan berteriak “Pak, Pak, lagi, lagi, baca lagi” ketika lembaran kertas yang aku baca sudah sampai dihalaman akhir. Kemudian dia akan bergegas berlari kearah tumpukan buku dirak perpustakaan untuk mencari buku yang baru. Ia pun akan memilih satu buku lalu berlari kembali menghampiriku. Segera ia akan menyodorkan buku pilihannya kepadaku sambil berkata “Pak, ini Pak, baca lagi!”. Ia pun akan memaksaku dengan rengekannya bahkan tak gentar mengintimidasi teman lainnya agar buku yang ia pilih lah yang akan aku baca selanjutnya. 

Tak terasa waktu PPM berlalu. Aku mengajar dikelas yang berbeda-beda. Tapi, tetap saja ada rasa kangen mengajar di kelas 2, mengajar Andira si bocah kecil yang banyak ingin tahu itu. 

Tidak hanya kuliah dan bergelar sarjana, aku pikir bocah seperti Andira akan mendapatkan lebih dari apa yang ia tahu sekarang di kemudian hari, saat ia dewasa dan mandiri nanti. 

Aku berdoa semoga Tuhan menjaganya, menemani perjalanannya, dan menuntun setiap jengkal langkahnya di jalan kebenaran dan kebaikan. Hingga suatu ketika ia akan menjadi manusia idamannya dan hingga ia tahu bahwa kekuatan penglihatan Allah jauh diluar jangkauan imajinasi manusia. Dan sampai ia menyaksikan sekaligus melakukan dalam era kebangkitan Indonesia di masa mendatang. Amin. 

Jumat, 19 Oktober 2012 ketika perpisahan dengan guru dan seluruh siswa SD N 05 Cikaobandung tiba. Matahari menyengat seperti biasa. Tak ada satupun awan mendung menutupinya. Anak-anak berjajar rapi dilapangan sambil sesekali mengusap kucuran keringat di wajah mereka. Perlahan satu demi satu siswa menyalami tanganku. Senyum mengembang. Berbagai ekspresi muka kupandang. Giliran Andira pun tiba, “Belajar yang rajin ya nak, kamu akan kuliah suatu ketika”.


-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu