Suhu politik di Republik ini makin memanas seiring dengan telah disahkannya dua pasang capres-cawapres dalam pemilu presiden 9 Juli 2014 nanti. Makin banyak tokoh-tokoh nasional yang mulai merapat ke salah satu pasangan calon. Tidak terkecuali pendiri Gerakan Indonesia Mengajar: Anies Baswedan yang notabene sebelumnya adalah peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Keikutsertaan beliau di konvensi, memang sempat menimbulkan polemik dan diskusi yang panjang di kalangan internal IM waktu itu, khususnya bagi kami, Pengajar Muda, yang sedang bertugas. Kami khawatir jika nantinya kami disebut sebagai agen atau bahkan tim suksesnya Anies. Sedangkan IM adalah murni gerakan sosial-pendidikan, bukan alat politik. Namun, tokoh tetap tokoh, figur tetap figur, yang sinarnya berimbas pada semua tempat dimana ia berada.
Selesai bertugas sebagai Pengajar Muda dan masuk dunia kerja profesional, riwayat saya di Indonesia Mengajar mau tidak mau akan selalu terhubung dengan sang pendiri gerakan. Tidak ada kata lain yang digunakan oleh teman baru saya saat mengenalkan saya kepada teman lain atau keluarganya selain "Panca dulu Pengajar Muda Indonesia Mengajar lho" dan setelah itu pasti "Itu yang ketuanya si Pak Anies Baswedan". Ya, selalu. Bahkan dibeberapa kejadian saat bertemu orang di lingkungan kerja, mereka akan berkata "Ohh, anak buahnya Pak Anies ya". Tidak jarang pula, ada orang yang langsung membicarakan keikutsertaannya di konvensi, atau berkata "Ohh...berarti dukung si *nama salah satu capres*". Well, kata yang terakhir ini sering membuat saya tidak nyaman.
Mau bagaimanapun, Indonesia Mengajar tidak akan lepas dari nama beliau. Silakan saja baca semua tulisan biografi Pak Anies, disana pasti tertulis nama Indonesia Mengajar. Dan karena di Indonesia, nilai seorang figur itu begitu kuat, Pengajar Muda yang terlibat langsung dalam gerakan itu pun akhirnya terkena imbas dari sinar ketokohan beliau.
Sebelum mendaftarkan sebagai Pengajar Muda, saya tidak terlalu mengenal siapa itu Anies Baswedan. Ketika muncul motivasi untuk mendaftarkan diri setelah membaca buku Indonesia Mengajar, barulah saya mulai mencari tahu siapa Anies dan apa itu Gerakan Indonesia Mengajar. Dari tulisan dan video yang saya temukan tentang Anies Baswedan, saya memang mengakui beliau adalah tokoh inspiratif. Namun bukan karena namanya saya mendaftarkan diri, saya termotivasi karena pesan dan semangat tujuan Gerakan Indonesia Mengajar. Seandainya IM bukan diinisiasi oleh Pak Anies pun, saya tidak akan ragu akan tetap mendaftarkan diri.
Saya ingin mengatakan kepada orang-orang ini bahwa, saya bukan anak buah Pak Anies. Saya mengaguminya, itu iya. Tapi saya bukan anak buah apalagi agen kampanyenya. Saya ikut Indonesia Mengajar bukan karena beliau. Status sebagai alumni Pengajar Muda bukan berarti kami dapat dicap sebagai orang yang mengikuti semua keputusan dan semua pemikiran Pak Anies. Tidak!. Saya akui kualitas pemikiran Pak Anies adalah brilliant. Saya banyak sekali belajar dari beliau, terutama pesan beliau bahwa anak muda harus terlibat aktif dalam pembangunan bangsa. Saya setuju sekali. Namun Pengajar Muda sebagai individu dan duta aktif Indonesia Mengajar adalah manusia merdeka yang memiliki cara paham dan cara berpikir sendiri. Tidak semua tentang Pengajar Muda dan Indonesia Mengajar itu tetang Pak Anies dan pemikiran beliau.
Ikut Indonesia Mengajar bukan berarti kita menjadi agen atau tim kampanye beliau. Jika ada beberapa alumni PM yang terlibat aktif mendukung beliau dalam dunia politik, itu pilihan mereka. Pun sama ketika Pak Anies memutuskan aktif dalam dunia politik bahkan sekarang mendukung salah satu pasangan calon presiden, itu adalah pilihan pribadi beliau. Bukan kolektif orang yang terlibat di Indonesia Mengajar, dan bukan berarti kami di lingkungan Indonesia Mengajar sebagai agen kampanye beliau.
Pilihan saya sebagai Pengajar Muda bukan karena ketokohan Pak Anies. Saya mengaguminya sebagai seorang tokoh yang mampu memberikan pencerdasan politik dan sosial kepada para pemuda, namun bukan berarti saya sebagai alumni Pengajar Muda adalah anak buah beliau yang mengikuti semua keputusan beliau sekaligus sebagai agen kampanyenya. Itu pilihan juga bukan?. Saya memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut ketika ada yang membicarakan ketokohan beliau. Biarlah orang menilai sendiri.
Orang dinilai karena kontribusinya bukan karena kedekatan atau kekerabatan dengan orang lain. PM akan tumbuh bukan karena sinar orang lain, tapi karena apa yang telah dan akan dilakukan PM itu sendiri.
Orang dinilai karena kontribusinya bukan karena kedekatan atau kekerabatan dengan orang lain. PM akan tumbuh bukan karena sinar orang lain, tapi karena apa yang telah dan akan dilakukan PM itu sendiri.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar