Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 19 Agustus 2018

Tentang Pahlawan yang Memperjuangkan Kemerdekaan Hidup Saya



Pernahkah kamu terbangun dari tidur, kemudian seketika berpikir “betapa beruntungnya hidup saya saat ini”. Saat kamu berjalan-jalan berkeliling kota misalnya, lalu kamu melihat sekelompok pekerja proyek konstruksi, seketika ada rasa syukur terbersit dalam pikiranmu “Beruntungnya hidup saya dibandingkan mereka”. Saat kamu melihat ribuan orang berjejal mengantri masuk sebuah acara Job Fair di Ibu Kota, kemudian seketika itu terbayang dikepalamu “Wow, beruntungnya saya saat ini”. Atau misalnya pernahkah kamu bertemu dengan teman-teman masa kecilmu, lalu berpikir seketika bahwa hidupmu jauh terasa lebih mudah dan “Alhamdulilah, nikmat mana di hidupmu yang kau dustakan”. Ya, saya seringkali berpikir hal semacam itu. Saya adalah satu dari sekian orang yang paling beruntung di dunia. 

Semua itu tidak lepas dari seseorang yang begitu berjasa dan berarti bagi hidup saya, yang telah mendorong saya meraih pendidikan. Pendidikan, bagi saya, mengantarkan kita pada kemerdekaan hidup yang sesungguhnya. Orang itu lah yang membawa kemerdekaan, membawa kehidupan. Tanpanya, saya tak akan pernah merdeka.

Beliau bukan terlahir dari keluarga kaya, disebut mampu pun tidak juga. Terlahir dari keluarga yang pas-pasan, keluarga petani kecil biasa di desa. Sama seperti kebanyakan orang di masa itu, untuk bertahan hidup Anda harus bekerja keras. Mengolah sawah yang tak seberapa, menjual apapun yang kau bisa, dan sekolah?. Ah lupakan. Waktu itu, hanya orang-orang yang beruntung dan bertahta yang memasukan sekolah dalam metode pengembangan anak-anaknya. Terlahir sebagai perempuan dan dari keluarga petani, sekolah hanya akan jadi beban. Pikir orangtuanya waktu itu.  Akhirnya, sekolah SD pun hanya sampai kelas 2, selebihnya hari-hari beliau habiskan untuk membantu orang tua; menafkahi keluarga. Membaca dan menulis bukan menjadi keahliannya hingga masa tua tiba. Beliau tak pernah punya ijasah sekolah. Beliau hanya tahu, kerja keras di sawah dan ladang adalah dan satu-satunya cara untuk memberi masa depan yang lebih baik untuk anak-anaknya. Ia boleh tidak sekolah, tapi semua anaknya harus sekolah; setinggi-tingginya.


Beliau menjadi sosok yang keras, tekun, & ulet. Ia rela menghabiskan sepanjang hari bekerja di sawah. Ia hidup begitu sederhana, baginya baju yang menempel dan alas tidur yang layak sudah lah cukup.Selain itu, anak-anak beliau yang rajin belajar dan tidak pernah absen sekolah adalah segala-galanya, melebihi kebutuhan akan baju baru dan liburan keluarga. 

Terkadang saya bingung ketika memikirkan bagaimana beliau bisa membantu anak-anaknya mengerjakan PR jika membaca dan menulis saja beliau tak pandai. Akhirnya saya menyadari, Anda tak perlu harus bisa membaca dan menulis untuk mengajarkan anak Anda tentang arti kedisiplinan, ketekunan, dan kerja keras. Setiap malam ia akan tunggui anak-anaknya saat mengerjakan PR. Ia akan paksa anaknya untuk mengerjakan setiap PR hingga selesai, meskipun membuat anaknya merengek & menangis. Baginya, masa depan anak-anaknya harus lebih baik dan untuk meraih masa depan itu, pendidikan adalah jawabannya.
Beliau adalah bagian dari cerita kehidupan saya yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Bahkan sampai saya mati pun. Beliau yang memaksa saya untuk terus belajar, berprestasi di sekolah, & mendukung apapun kegiatan sekolah saya. Bagi remaja seusia saya waktu itu, bekerja setelah lulus sekolah atas adalah hal umum. Sekolah Kejuruan menjadi favorit kami, karena ada sedikit jaminan dan keterampilan yang Anda punya sehingga akan mempermudah Anda mencari kerja. Sekolah, lalu mencari kerja ke kota, begitulah mimpi setiap remaja kampung saya. Saya pun memikirkan hal yang sama. Tapi tidak bagi beliau, beliau mendorong saya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Beliau ingin saya sekolah setinggi-tingginya. Tapi bagi saya, pendidikan tinggi seperti sebuah mimpi. Mimpi siang bolong pun tidak. Bagi anak yang tumbuh dari keluarga kecil di desa, kuliah adalah sesuatu yang sangat langka dan diluar imajinasi.

Saya selalu ingat kata-kata beliau saat mendorong saya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi “Tidak usah khawatirkan biaya. Biar orang tua yang memikirkan. InsyaALLAH bisa. Orang tua Cuma bisa memberi pendidikan untuk masa depan anak. Daftar kuliah, pilih yang terbaik dimanapun insyaALLAh orang tua mampu”. Itulah momen hidup yang tak pernah saya lupa. Akhirnya saya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Saat saya sampaikan bahwa saya lulus seleksi, raut muka beliau seperti tak percaya. Matanya berair. Saya bertekad tak akan mengecewakan beliau. Beliau lah semangat saya untuk mendapatkan gelar sarjana. Sebuah gelar yang prestisius di desa kami, bahkan bagi keluarga kami sendiri.

Ya, beliau adalah Ibu saya. Pahlawan sebenarnya bagi saya, yang telah membawa kemerdekaan sesungguhnya. Jika kemerdekaan adalah tentang membawa perubahan dari kegelapan, penjajahan kepada cahaya, dan kemandirian maka beliaulah pahlawan kemerdekaan bagi hidup saya. Saya bisa menjalani hidup saya yang lebih mudah saat ini, karena pendidikan. Karena pendidikan yang telah beliau upayakan untuk saya dapatkan. Jika ada orang bilang bahwa untuk keluar dari kegelapan dan kemiskinan adalah dengan pendidikan, maka saya bisa katakan bahwa saya sendiri yang telah mengalaminya. Dengan pendidikan, Anda mendapatkan kemerdekaan. Pendidikan memberi Anda kehidupan. Anda dapat mengakses banyak kesempatan untuk meraih hidup yang lebih baik dengan pendidikan.

Kembali saat saya merasa betapa beruntungnya hidup saya, semua tak pernah ada tanpa jasa Ibu saya. Pendidikan saya memberi saya kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik. Tanpa pendidikan yang diperjuangkan oleh Ibu saya untuk saya, saya tak akan pernah sampai di tempat saya saat ini, bahkan sekedar untuk menuliskan tulisan ini. Ibu, manusia terbaik yang telah diturunkan oleh Tuhan kepada saya. Pahlawan sesungguhnya bagi kehidupan saya. Jika pahlawan kemerdekaan berjuang menghadirkan negara yang damai dan mandiri untuk anak cucunya, maka Ibu adalah pahlawan kemerdekaan yang menghadirkan hidup yang damai dan mandiri untuk saya.

Selamat Ulang Tahun Republik Indonesia ke-73


-Catatan Perjalanan Hidup-



1 komentar:

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu