Seperti biasa, aku terbangun pukul 04.45. Langsung mengambil
air wudhu, kemudian sholat subuh berjamaah dengan beberapa teman. Selesai
sholat dan berdoa, masih pukul 05.10, ah masih banyak waktu sampai pukul 06.00
pagi pikirku. Aku pun tidur lagi. Hiruk pikuk barak pria mulai terasa pukul
05.45. Aku akhirnya terbangun kembali dan segera bergegas menuju kamar mandi.
Beberapa teman ada yang sudah nampak rapi. Aku sesegera mungkin menyelesaikan
urusan di kamar mandi, dan berganti pakaian. Kami harus berangkat pagi-pagi
karena pukul 07.00 kami mesti sudah tiba di SD tempat kami berlatih mengajar.
Setelah sarapan dan berkoordinasi sebentar dengan tim PPM, aku meminta tolong
seorang abang katering untuk mencarikan angkot agar perjalanan kami lebih mudah
dan cepat. Akhirnya, kami berangkat beramai-ramai pukul 06.30 dengan angkot
sewaan.
Kurang lebih 15 menit kemudian kami sampai di sebuah gang
yang akan membawa kami ke SD tujuan. Beberapa siswa sekolah berseliweran
memasuki gang tersebut. Kami melewati jalan setapak bertekel sepanjang 50
meter. Diujung jalan nampak sebuah komplek sekolah dengan papan nama sekolah
bertulis SD N 5 Cikaobandung. Terlihat banyak anak berpakain putih hitam
berlarian dilapangan sekolah. Menurutku, gedung sekolah ini berukuran sedang,
biasa saja dan tidak nampak mewah. Standar sekolah di desa. Gedung SD ku jaman
dulu juga mirip-mirip seperti ini, kenangku. Gedung sekolah berbentuk L, dimana
gedung horisontal yang menghadap ke lapangan dan pintu utama adalah ruang
kelas, sedangkan gedung vertikal menghadap ke barat adalah ruang guru. Tidak
banyak pepohonan didalam sekolah ini. Halamannya dipisahkan oleh pagar terbuat
dari kayu. Di luar pagar ada sebuah warung kelontong tempat menjual jajanan
anak-anak.
Kami memasuki gerbang sekolah, nampak anak-anak yang
berlarian kesana-kemari memperhatikan lekat-lekat kami. Mereka sepertinya
keheranan dengan kehadiran kami, terbukti beberapa mereka berhenti berlarian
hanya untuk melihat gerak-gerik kami. Dengan mudah kami menemukan ruang guru.
Kami mengetuk pintu ruang guru, mengucap salam, dan seorang ibu guru berpakain
oranye (yang aku tahu setelah itu adalah seragaman guru) tersenyum ramah
membalas salam kami. Beliau sudah menerka jika kami dari Indonesia Mengajar
ternyata. Beliau pun kemudian mempersilakan kami duduk.
Ibu Eli adalah nama beliau. Kami memperbincangkan banyak
hal, mulai dari asal daerah kami, kuliah dimana, hingga sejarah bagaimana Ibu
Eli menjadi guru. Beliau orang yang sangat menyenangkan dan ramah. Beliau
ternyata pernah mengajar di suatu daerah terpencil saat awal meniti karir
sebagai guru. Beliau asli orang Purwakarta. Tepat pukul 07.00, beberapa siswa
putri menggelar karpet di teras ruangan guru. Karpet itu akan digunakan sebagai
alas untuk membaca surat Yasin. Kegiatan ini selalu dilaksanakan setiap hari
Jumat.
Beberapa guru pun mulai berdatangan. Seingatku, ada 3 orang
ibu guru yang masuk kedalam ruang guru, tersenyum, menyapa, menyalami kami,
kemudian meletakkan tas dan pergi keluar ruangan kembali. Ibu Eli masih dengan
ramah menemani perbincangan kami. Beberapa saat kemudian terdengar suara ramai
anak-anak membaca Basmallah, Al-fatihah, kemudian Surat Yasin. Sekitar 5 menit
kemudian, Ibu Eli menawari kami untuk bergabung dengan anak-anak membaca surat
Yasin bersama. Kami langsung saja mengiyakan. Ketika kami melewati kerumunan
anak-anak untuk mencari tempat yang kosong, terdengar suara bacaan mereka mulai
tidak kompak. Ibu Eli yang sudah lebih dulu mendapatkan tempat duduk, menyeletuk
“Terkesima ya melihat bapak ibu guru?”. Terdengar beberapa ibu guru dan
anak-anak tertawa kecil, kami hanya tersenyum sambil duduk bersama anak-anak.
Alhamdulillah, setidaknya diawal kami sudah membawa kesan yang baik kepada
penghuni sekolah ini, pikirku. Kami pun mulai menyesuaikan membaca surat Yasin
yang tengah dibacakan bersama-sama, terkadang ada bait ayat yang aku hafal
namun sering pula banyak bait ayat yang tidak aku hafal. Beberapa siswi yang
duduk disebelah kanan dan kiriku sambil memegang buku kecil berisikan Surat
Yasin ditangannya nampak tertawa kecil dan berbisik-bisik terutama saat aku
melirik kearah mereka. Ah, anak-anak, mereka sering kali terlihat malu-malu.
Aku berasa seperti selebriti karena lirikan malu-malu mereka. Aku balas lirikan
mereka dengan senyuman teramah dengan tetap berkomat-kamit mengikuti bacaan
surat Yasin semampuku.
Selesai Surat Yasin dibacakan, semua siswa menyalami
guru-guru, termasuk kami kelima Pengajar Muda V. Kami kembali masuk kedalam
ruang guru dan mengambil tempat duduk sama seperti saat kami datang. Sudah ada
beberapa guru yang juga duduk dikursi kerjanya masing-masing. Beberapa diantara
mereka mulai mengajak berbincang-bincang, selain Ibu Eli ada Ibu Hamsah dan
Ibu Ais. Ada 10 guru di sekolah ini,
delapan diantaranya adalah perempuan sedangkan sisanya adalah laki-laki
termasuk si kepala sekolah, Bapak Saudi. Sekitar 10 menit kami
berbincang-bincang ngalur ngidul, datanglah sang kepala sekolah. Beliau
tersenyum dan menyalami kami dengan sangat ramah lalu mengambil tempat duduk didekat
kami. Beliau memperkenalkan diri dan guru-guru lainnya yang ada di ruang guru. Pun
kemudian meminta kami mempekenalkan diri satu demi satu kepada kepala sekolah
dan guru yang ada didalam ruangan.
-Catatan Perjalanan Hidup-
wah, ngajinya panjang amat,ya..ampe baca QS Yassin.. :)
BalasHapus