Kelompok penempatan terbentuk. Halmahera Selatan, menjadi
daerah penempatanku bersama 7 orang lainnya. Timku: 8 orang dengan semua hal
yang berbeda-beda, unik. Didalam tim ini, aku semakin dalam memaknai semua sikap
yang harus aku perbaiki. Aku semakin mengerti bagaimana menerima perbedaan,
menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat orang lain, ikhlas dan sabar
saat dipimpin dan memimpin, dan berpikir positif terhadap orang lain. Aku hanya
ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan untuk jadi yang terbaik.
Bukan yang mendominasi, tapi yang berkontribusi. Bukan selalu jadi pemimpin
didepan, tapi bisa menjadi pemimpin ditengah dan belakang. Aku belajar banyak
hal dari timku.
Merangkai kerekatan dengan yang lain dalam tim ini awalnya
tidak mudah. Aku memang cenderung menghindar dari pribadi yang sering membantah
pendapatku. Aku merasa kurang nyaman jika harus berdiskusi dengan karakter
orang yang juga sepertinya, mendominasi dan banyak pendapatnya. Aku terus
belajar meski cukup sulit. Aku lebih suka berkompromi dengan orang seperti itu.
Aku rasai sukar memang untuk beberapa saat karena timku terdiri dari orang yang
majemuk. Aku masih merasa tidak nyaman ketika didominasi orang lain. Tapi
justru disitu letakku belajar mengendalikan emosi hati dan antusiasme diri. Meski
tidak mudah, namun aku tetap belajar.
Semakin hari, aku bisa mengendalikan diri. Aku tahu banyak
celah dalam diri untuk diperbaiki, dan tahu bagaimana memperbaikinya, dan
sekarang aku sedang dalam tahap memperbaiki itu. Aku rasa aku mengalami banyak
progress dalam hal ini, demikian pula beberapa temanku berkata.
Saat merenungi perjalan hidupku ini, rasanya Tuhan memang
mengirimkanku di Indonesia Mengajar untuk memperbaiki banyak celah dalam hatiku
ini. Titik-titik hitam dalam hatiku perlu dihapus. Tuhan tahu apa yang hamba
Nya butuhan.
*************
SD penempatan diumumkan. SD N Waya, Halmahera Selatan akan
menjadi tempat pengabdianku selama kurang lebih satu tahun kedepan. Data
transisi sudah aku peroleh. Aku cukup tercengang membaca data-data tersebut.
Meski kurang begitu detail, gambaran kasar desa penempatan sudah tergambar di
kepala. Aku beberapa kali berbisik menyebut nama Allah, karena sedikit khawatir
dengan desa dan SD penempatan.
Kepala sekolah dan guru yang kurang mendukung keberadaan PM.
Kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pendidikan. PM sebelumnya yang
menjadi wali kelas 1. Sinyal dan listrik yang nampaknya masih sulit. Jarak ke
kota kabupaten yang cukup jauh. Semua itu seperti ujian yang memang sudah
ditulis di sekenario Allah untuk menghapus titik-titik hitam dalam hatiku.
Perjuanganku di desa nan jauh disana itu nampaknya akan
benar-benar menguji keikhlasan, kesabaran, dan keistikomahanku. Aku ingin
menjadi pribadi yang rendah hati, sederhana, apa adanya, mampu memimpin dan
dipimpin, menghargai orang lain, mendengarkan orang lain, dan empati, namun
terlebih dulu aku harus mampu melewati dan menguasai semua tantangan yang sudah
Allah siapkan untukku di desa penempatan. Aku harus menghadapi jika ingin
menjadi pribadi dambaanku. Di desa itu, aku akan terjun di kawah candradimuka,
tantangan hidup sekaligus wajan pembelajaran hidup menuju pemimpin yang
sesungguhnya. Jika awalnya aku hanya bisa berbicara di tataran intelektual,
kini aku harus bergelut dengan orang yang bahasa intelektual saja mungkin tidak
tahu sama sekali. Ini benar-benar ujian menjadi pribadi yang aku dambakan.
Jalan menuju apa yang didambakan memang tidak akan pernah mudah.
Tuhan paham benar itu. Karenanya IA berikan SD Waya buatku. IA
berikan apa yang aku butuhkan. IA berikan sarana yang memang aku butuhkan untuk
menjadi pribadi yang lebih baik, seperti yang aku dambakan. Waya, bukan sesuatu
yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan, karena Tuhan pasti tahu apa yang
hambaNYA butuhkan.
Selamanya, kita akan mendapatkan apa yang memang kita
butuhkan, bukan yang kita inginkan. Apa yang menurut kita buruk, bisa jadi itu
yang terbaik dari Allah untuk kita. Kita akan mendapatkan apa yang kita
butuhkan, bukan yang kita inginkan. Tuhan paham betul akan itu. Percayalah.
Nikmati saja, dan jadilah seperti yang kamu tuju melalui sarana orang-orang
didesa penempatan. Selamat belajar, berproses menjadi Panca Dias Purnomo yang
jauh lebih dewasa dan bijaksana. Menjadi manusia seutuhnya.
Rabu, 10 Oktober 2012
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar