Aku sadar akan kelemahan dan keburukanku itu semua. Aku
ingin mengubahnya, tapi tetap saja sulit. Hingga akhirnya aku ditakdirkan
diterima di Indonesia Mengajar sebagai Pengajar Muda angkatan 5. Selama
training, aku berdoa kepada Tuhan agar aku bisa menjadi manusia yang rendah
hati, menghargai orang lain, empati, dan mempunyai hubungan personal yang baik
dengan orang lain. Terlebih selama penempatan, aku sangat berharap akan berubah
menjadi orang seperti itu, dan menghapus sikap burukku yang dulu. Menghapus
titik-titik hitam dalam hatiku. Menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan.
Tuhan sepertinya tahu apa yang aku butuhkan. Aku butuh
menjadi orang yang rendah hati, tidak keras kepala, dapat menghargai orang
lain, dan empati terhadap sesama. Menjadi orang yang bisa memimpin dan
dipimpin. Ikhlas, sabar, dan positif. Tuhan memang benar-benar mendengar
harapanku. Selama training, aku belajar banyak tentang bagaimana menghargai
orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, menghilangkan ego pribadi,
memimpin dan dipimpin. Aku belajar dan semakin memahami banyak sikap yang
memang aku butuhkan. Aku perlu untuk berubah. Aku perlu untuk semakin baik.
Tuhan tahu itu.
Awalnya memang sulit.
Aku bersama 51 orang yang ditempatnya
dulu adalah bintang. Suara mereka didengar dan keberadaan mereka dinantikan.
Ketika 52 orang bertemu dengan sorot bintangnya masing-masing, pasti benturan
ego pribadi akan terjadi. Aku sering mengalami tekanan batin akibat hal itu
terutama diawal pelatihan. Kami tidak pernah lepas dari diskusi alot baik itu
di kelompok besar maupun kecil. Tidak ada hal yang tidak didebatkan. Banyak
argumen.
Aku tahu apa yang aku butuhkan untuk tumbuh, berkembang, dan
menjadi lebih baik. Aku harus memperbaiki diri disini. Kemudian, aku berusaha belajar
tentang bagaimana mengendalikan diri, mengerem ego, dan berusaha mendengarkan
pendapat orang, menerima pendapat, dan dipimpin orang lain. Itu memang tidak
mudah awalnya, kadang masih sering hatiku tergancal akibat ide dan pendapatku
tidak diterima atau diganti begitu saja oleh orang lain. Namun, aku tahu, aku
harus sabar, dan harus terus mau belajar. Jika aku ingin menjadi orang yang
lebih baik, ya berusahalah untuk menerima itu. Aku bukan yang terbaik atau
ingin menjadi yang terbaik, karena esensi sebuah training adalah menjadi baik
bersama.
Training terus berjalan, begitu juga aku semakin mampu
mengendalikan hati untuk tidak seperti diawal. Aku banyak bertarung dengan
hatiku sendiri selama itu. Aku menahan untuk tidak marah, tidak sakit hati, dan
tidak mengutuk dalam hati. Memipin itu tidak selalu didepan, dihadapan banyak
orang. Memimpin itu bisa ditengah dan dibelakang. Filosofi yang sangat masuk
akal bagiku sebagai alasan untuk mengelola hatiku sendiri. Aku harus tumbuh dan
berkembang selama training ini. Tidak boleh tidak. Aku harus belajar memahami
orang lain dan belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Akhirnya aku mulai
sering mengamati orang lain, meski masih sulit untuk mendeskripsikan
kepribadian mereka. Aku ingin lebih mempunyai empati dan respect terhadap
orang. Menghargai dan mendengarkan mereka siapapun dia.
Ya, perlahan, aku belajar. Tuhan memberi kesempatan ini, aku
pikir, sebagai jawaban atas harapanku yang ingin menjadi pribadi yang lebih
baik. Aku diminta DIA untuk belajar menghargai orang lain, menerima pendapat
orang lain, dan belajar bisa dipimpin dan memimpin. Di kirimlah aku di training
intensif Pengajar Muda 5 ini agar aku belajar akan itu semua. Aku butuh untuk
kebaikanku sendiri. Aku masih mempunyai banyak titik hitam dalam hati yang
harus perlahan di hapus. Masih banyak yang perlu aku pelajari untuk jadi
pribadi dewasa. Sekarang, aku belum terlalu dewasa, bahkan kepada diriku
sendiri.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar