Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Selasa, 06 Juli 2010

Petualangan Tak Terlupakan:Semarang-Jakarta-Bogor-Depok

Hari itu adalah Jumat, 2 Juli 2010. Hari mulai gelap ditandai semakin hilangnya matahari dari langit Universitas Diponegoro, di sebuah kampus berlantai tiga, tepatnya didalam ruang dipojok lantai tiga gedung itu, sekretariat BEM FPIK biasa aku dan teman-teman sebut, aku sedang membicarakan banyak hal dengan teman-teman yang kebetulan telah usai membahas agenda LKMM Dasar. Sembari bercerita dan berdiskusi banyak hal, sesekali kami bercanda satu sama lain. Aku ingat-ingat betul, kalau hari Sabtu, 3 Juli 2010, aku harus bertemu dengan Bapak Rokhmin Dahuri, eks mentri Kelautan dan Perikanan di kantornya, Lembaga Kajian Sumberdaya Laut dan Pesisir Pasca Sarjana IPB. Karena belum mendapat teman untuk berangkat kesana, aku pun sibuk mencari siapa yang mau aku ajak pergi menemui beliau. Akhirnya, Asep dan Wildan adik tingkatku mau aku ajak ke Bogor, dengan biaya sendiri tentunya. Meski sebetulnya Urfan dan Toro juga mau ikut namun, mereka berhalangan karena kehujanan dan ketinggalan kereta.

Aku tiba di stasiun Poncol jam 20.00, hari sudah sangat gelap, stasiun dipenuhi orang yang duduk-duduk dan berlalu lalang kemana-mana. Aku membeli tiket perjalanan kreta ekonomi jurusan pasar senen seharga 26.000. Setelah mendapat tiket, aku dan Asep masuk, dan menunggu kereta di deretan bangku yang telah disediakan. Tidak lama kemudian Wildan menyusul masuk stasiun dan kami pun menunggu kereta bersama-sama. Kereta yang kami akan naiki tertera dikarcis berangkat dari Poncol jam 20.46, namun ternyata molor sampai sekitar jam 21.15-an. Seperti biasa, seketika kereta tiba, maka berjubel orang berebut masuk kedalam kereta, seperti orang yang kesetanan mereka tidak menghiraukan orang lain, saling menghardik sehingga suasana sangat riuh dan menegangkan. Tiba didalam kereta, aku melihat lautan manusia memadati bangku serta ruas jalan diantaranya. Sungguh sangat tidak menyenangkan, suasana yang sangat menyebalkan, aku pikir sepert itu. Setiap orang saling dorong, mengumpat, berdesakan, mementingkan diri sendiri untuk kenyamanan sendiri sehingga tidak heran jika suasana jadi panas dan menjengkelkan. Apalagi ditambah banyaknya pedagang yang lalu lalang menawarkan barang dagangannya, membuat suasana yang serba sempit itu jadi semakin sempit. Aku dan kedua adik tingkatku tidak mendapat tempat duduk, apalagi tempat berdiri yang nyaman. Posisiku berdiri pun sangat tidak mengenakkan, membuat suasana hati dipenuhi kedongkolan. Huffft, benar-benar tidak menyenangkan. Aku lama berdiri, namun terlalu lama kaki ini tidak bisa diajak berlama-lama, sehingga aku beranikan untuk duduk diatas tempat aku beridiri yang sebenarnya untuk jalur lalu lintas orang. Seketika aku bisa duduk, aku ingin sekali merebahkan kepala dan memejamkan mata untuk tidur, namun keinginan itu hanya sebentar saja, karena belum lama sudah terdengar pedagang-pedagang itu bersuara tiada henti menjajakan barang yang mereka jual. Apalagi jika mereka mau melewatiku, tak hayal aku jadi korban senggolan dan himpitan mereka. Hehhhhffft, pengen marah rasanya saat itu. Kondisi seperti itu berjalan terus yang pada akhirnya kami tiba di Stasiun Jatinegara jam 07.00 pagi.

Kami pun pergi ke mushola terdekat untuk cuci muka, dan melepas lelah sejenak. Kami putuskan setelah itu pergi ke rumah kakakku yang tidak jauh dari Jatinegara untuk mandi dan istirahat sebentar. Kami sempat berganti angkot dua kali karena salah jalan, aku memang tidak tau harus naik angkot jalur berapa, tapi aku beranikan saja mencoba yang penting ada tulisan Klender, atau Pondok Kopi, eehh ternyata salah dua kali. Yang ketiga kami naik metromini jurusan Pondok kopi, alhamdulilah bener.

bersambung.........................

Senin, 05 Juli 2010

Sebatas Mimpi

Sembari menulis aku mendengarkan lagu yang dilantunkan oleh Nano, sebuah lagu yang indah, apalagi aku sangat suka mendengar reff-nya. Terkadang terbayang apa yang aku rasakan didalam hati, tidak pernah bisa aku ungkapkan, sebatas mimpi. Itulah mungkin yang membuat aku suka mendengarkan lagu ini. Meski, keseluruhan lirik lagu ini sangat tidak sesuai dengan apa yang aku rasakan, namun reffnya cukup merefleksikan apa yang aku rasakan. Cukup hanya untuk aku kagumi saja reff lagu ini. Yaa, hanya sebatas mimpi saja, betapapun kuatnya hatiku untuk menolaknya, coba dengan keras menghilangkannya tapi bayangannya tetap muncul, meski sangat tersamar sekali. Aku pun tidak menganggapnya sebuah masalah besar, hanya bumbu-bumbu saja. Aku sadar betul siapa diriku.....dan hanya reff lagu ini yang begitu indah menemani ku menerawang jauh kedalam hati apa yang kurasa....

*Sebatas Mimpi*

Saat pertama
Ku dekati dirimu
Menuruti semua inginmu

Dan tiba waktumu
‘tuk beri jawaban
Ternyata kau anggap aku
Hanya teman

Reff:
Bawalah aku ke dalam mimpimu
Aku tak ‘kan kecewakan kamu
Walaupun itu semua
Hanya sebatas mimpi

Jadikan aku kekasih hatimu
Aku menginginkan kamu
Sungguh-sungguh merasa
Ku jatuh cinta

Telah berbagai cara
‘tuk dapatkan hatimu
Tetap saja kau anggap aku
Hanya teman

Yach, mungkin agak lebay, tapi setiap mendengarkan reff lagu ini, aku jadi terbayang-bayang. Ah, gak usah terlalu dipikirkan. Suatu saat pasti Allah swt. punya jawabnya, dan aku tidak ingin terlalu mengandai-andai, aku paham kualitas keimananku masih sangat jauh dibawah dia. Wallohualam, aku serahkan sepenuhnya pada proses dari Allah swt.

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu