Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Jumat, 30 April 2010

Mawapres UNDIP 2010

Kamis-Sabtu, 29 April-01 Mei 2010, pemilihan Mahasiswa Berprestasi UNDIP 2010 dilakukan di Hotel Grand Wahid Salatiga. Pengalaman sangat luar biasa, karena bertemu dengan orang-orang hebat seantero Undip. Kami berjumlah 17 orang, yaitu mawapres S1 dengan 11 orang sedangkan mawapres D3 6 orang. Semua mawapres memiliki keahlian dan spesifikasi berbeda-beda, dari segi kepribadian, prestasi, organisasi dan tentunya mental. Yang paling menyolok adalah dari karya tulis yang kita bawakan, hampir semua membawakan karya tulis berdasarkan disiplin ilmu masing-masing, disanalah letak keindahannya, bahwa wawasan kita semakin terbuka dengan gagasan menarik yang disampaikan oleh mawapres yang lain. Semuanya kreatif.

Saya akan mencoba menggambarkan kondisinya, Sebagai peserta yang diberikan fasilitas selama perlombaan dengan sangat istimewa, aku mengucap syukur kepada Allah yang memberikan kesempatan ini, dan terimakasih kepada Undip atas fasilitas mewah yang diberikan. Kami, peserta mawapres Undip, diinapkan dihotel berbintang bahkan yang terbesar dan termewah di Salatiga untuk menjalani masa pembinaan dan seleksi pemilihan. Tidak seperti pemilihan mahasiwa berprestasi sebelumnya yang hanya diuji satu demi satu, kali ini kami dikumpulkan dalam satu forum, mempresentasikan hasil karya tulis kepada semua juri dan mawapres yang lain, intensif berkomunikasi memakai bahasa inggris, sehingga setiap mawapres mampu saling belajar dari kelebihan dan kekurangan mawapres. Kami pun lebih saling mengenal, saling berbagi ide, diskusi satu sama lain, bertukar pikiran tentang banyak hal. Meskipun sangat terasa aura kompetisi diantara peserta, namun tidak mengurangi kehangatan interaksi antar peserta, justru semakin lama, persaudaraan itu muncul dengan kuat.

Luar biasa, moment yang tidak akan terlupakan seumur hidup, dimana saya bertemu orang - orang hebat dengan segala keahlian dan kelebihannya. Saya belajar banyak dari setiap mawapres tentang segala sesuatu yang ternyata banyak saya tidak tahu. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dari proses ini, saya semakin menambah ilmu, meningkatkan kapasitas diri dan mampu semakin mengenali diri sendiri. Semoga siapapun yang terplih mewakili Undip, nantinya dapat membawa nama harum Undip di tingkat nasional.

Saya berharap setelah ini, kekuatan untuk terus berprestasi dan meningkatkan kapasitas diri semakin menggebu gebu. Kemudian, kami, termasuk saya, pun harus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan tongkat estafet mawapres di fakultas masing-masing. Kami bertanggung jawab mengkader penerus mawapres ini.

Terus berprestasi, meningkatkan kapasitas diri, jadi orang hebat luar biasa.

By: Panca Dias Purnomo
Ketua BEM FPIK Undip 2010
Mahasiswa Budidaya Perairan 2007

Selasa, 27 April 2010

MENYIKAPI DIRI SEBAGAI MAHASISWA

Oleh:
Panca Dias Purnomo*)

Maaf Pak Rektor,
Maaf Pak Dekan,
Maaf Pak Dosen,
Maaf juga Bu Dosen,
Dan maaf kawan-kawanku mahasiswa.
Aku mahasiswa.
Mau bertanya pada mahasiswa
Tanya yang bisa gelitik indraku
Apa kamu mahasiswa?
Apa mahasiswa itu?
Siapa yang sebut kamu mahasiswa?
Apa kamu mahasiswa?
Yang kerjanya hanya tongkrong di kantin
Bercanda di gelapnya malam
Baca buku hanya sampulnya saja
Kuliah pakai sandal
Di kelas bermain ponsel.
Apa mahasiswa itu?
Apa yang seperti kalian?
Yang sukanya diam kalau liat kosong
Mengancam dari belakang tanpa sebut nama
Ikut demo relakan jam kuliah
Ikut organisasi untuk pasang nama
Siapa yang sebut kamu mahasiswa?
Alah, paling-paling kawanmu yang jadi pengangguran
Orang tuamu yang senang buang duit untukmu
Dosen kalau di kelas saja
Lalu apa bedanya dengan siswa?
Kalau kuliah minta antar-jemput
Bermanja-manja dengan boneka
Nodong duit orang tua kalau beli pulsa.
***Diambil dari Suara Remaja Suara Merdeka ***


Petikan “puisi” diatas mungkin adalah kenyataan yang benar – benar terjadi pada kehidupan mahasiswa Indonesia sekarang ini. Tidak hanya di Perikanan Undip, namun di FPIK, Undip, dan semua universitas di Indonesia. Memang tidak semua mahasiswa seperti itu, namun mayoritas hal ini ada. Lalu bagaimana seharusnya mahasiswa itu kawan?mari kita simak bersama.
Kawan – kawan mahasiswa apa arti mahasiswa itu?apakah mahasiswa adalah orang yang hanya duduk di bangku kuliah saja?apakah mahasiswa itu yang kerjaannya cuma tidur di kos?apakah mahasiswa itu kerjaanya cuma bisa nyontek pas ujian?apakah mahasiswa itu cuma kerjaannya hura – hura dan nongkrong2 di mall?apakah mahasiswa itu kerjaannya cuma nitip absen kuliah?apakah mahasiswa itu orang yang ogah mikiran negara? Apakah arti mahasiswa itu kawan?

Realita ini benar – benar tejadi kawan. Mahasiswa sekarang ini cenderung hidup dalam budaya yang melemahkan dan tidak produktif. Kenapa melemahkan?ya, seharusnya mahasiswa adalah kumpulan pemuda berintelektual tinggi yang dapat menggunakan ilmu pengetahuannya untuk memecahkan permasalahan bangsa ini. Permasalahn bangsa tidak hanya terdapat di lingkup pemerintahan saja, namun dilingkungan sekitar kita kawan – kawan, yaitu kampus. Mahasiswa seharusnya mampu menjadi part of solution bukan malah jadi part of problem di negara ini. Maka, tidak heran jika sekarang ini mahasiswa menjadi titik lemah bangsa ini, bagian dari masalah bangsa, dan tidak bisa menunjukan manfaatnya untuk bangsa padahal mahasisawa adalah para kaum berpendidikan. Mari kita bercermin kawan, dimana posisi kita?di bagian part of solution ataukah part of problem?

Kenapa tidak produktif?ya, mari kita lihat. Berapa dari kawan – kawan mahasiswa yang jujur mengerjakan soal ujian dengan kemampuannya sendiri?berapa jumlah mahasiswa yang benar – benar mencari literatur lain yang diajarkan dosen?berapa jumlah mahasiswa yang peduli terhadap kemajuan jurusan dan fakultasnya?berapa jumlah mahasiwa yang ikut kegiatan kemahasiswaaan?berapa jumlah mahasiwa yang menghasilkan karya untuk kemajuan umat manusia?

Sekarang bandingkan, berapa jumlah mahasiswa yang nyontek saat ujian?berapa jumlah mahasiswa yang kerjaannya cuma nongkrong2 nggak jelas?berapa jumlah mahasiswa yang tidak peduli dengan kegiatan kemahasiswaan di kampusnya?

Tanpa saya beri jawabannya, kawan – kawan pasti telah dapat mengira-ira hasilnya. Dan ini adalah realita kehidupan mahasiswa kita, kawan. Fakta, dan benar – benar terjadi. Betapa mahasiswa saat ini adalah orang yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mahasiswa menjadi apatis, pragmatis, dan hedonis. Mementingkan diri sendiri, dan tidak empati dan simpati pada oran lain.

Hal ini telah menjadi budaya kawan – kawan, sehingga betapa kita bisa lihat mahasiswa yang banyak membaca buku di kampus, rajin berangkat kuliah, mengerjakan ujian tidak nyontek, ikut berbagai kegiatan mahasiswa, banyak memberi solusi di kelasnya, justru anehnya, mahasiswa ini akan dianggap mahasiswa diluar kewajaran, dianggap mahasiswa abnormal. Bukan begitu kawan?karena mahasiswa ini tidak seperti mahasiswa lain pada umumnya yang budaya kesehariannya adalah kuliah, kantin, kos, dan kongkow2. Tidak produktif menjadi keseharian yang tidak disadari oleh mahasiswa itu sendiri karena sudah menjadi “Budaya Umum”. Jika, kita masih merasa seperti ini mari kita ubah budaya kita menjadi budaya yang produktif dan menguatkan.

Lalu, bagaimana seharusnya mahasiswa itu kawan?
Mahasiswa adalah kaum intelektual, calon pemimpin bangsa, dan pada tangannya lah arah bangsa ini ditentukan.

Mahasiswa adalah agent of change potensial

Secara fitrah, masa mahasiswa merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal dalam akselerasi kebangkitan masyarakat. Peran sosial tercermin dalam kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki mahasiswa. Pemikiran politik kritis mereka terhadap pemerintahan sangat didambakan rakyat. Di mata masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) tatkala masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban berbasis kultur riset-teknologi dan moral terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib rakyat kelak, bergantung pada kondisi mahasiswa sekarang ini.

Kiprah mereka sangat didambakan dalam mengukir peradaban bangsa ini. Mereka merupakan tonggak kejayaan rakyat. Peranan mereka sangat didambakan oleh masyarakat sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik.

Seorang mahasiswa harus mengerahkan potensinya untuk menyokong dan mempropagandakan nilai-nilai kebaikan. Mahasiswa tentunya akan berada di garis terdepan untuk membela, memperjuangkan, dan menyerukan nilai-nilai akhlakul karimah. Seorang mahasiswa tidak layak hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah kemunduran rakyat yang sangat memprihatinkan ini. Padahal mahasiswa berhutang kepada rakyat, SPP, sarana dan segala fasilitas di kampus kita semuanya masih disokong oleh subsidi yang diambil dari pajak rakyat. Ingat itu kawan! Seorang mahasiswa jangan sampai menjadi penghalang kemajuan bangsa dan perjuangan menuju kebangkitan Indonesia. Lakukan sesuai kemampuan dan keahlian masing - masing. Bangsa ini membutuhkan perbaikan di semua bidang. Di tangan mahasiswa lah semua itu bisa tercapai. Bersemangatlah dan lakukan yang terbaik.

*)Ketua BEM FPIK UNDIP 2010
Mahasiswa Budidaya Perairan angkatan 2007
Written at 3/8/2009

Self Control Learning (SCL), Kadang Terlupakan

Oleh: Panca Dias Purnomo*)

Teringat saat mendengar saudariku yang baru pertama kali aku lihat, panggilannya Tina mahasiswa berprestasi Fakultas Psikologi Undip 2010 saat memaparkan tentang konsep belajar berbasis SCL (self control learning). Walaupun pada saat itu aku tidak memperhatikannya secara penuh dan barangkali pemahamanku tentang konsep itu tidak murni 100% benar, namun setidaknya aku mendapat pelajaran yang sangat berharga sesuai kapasitasku untuk menangkap penjelasan konsep itu. Kenapa aku tertarik untuk me-review-nya?karena konsep itu yang saat ini aku anggap sangat cocok bagi kondisiku sekarang. Semoga menjadi pelajaran berharga bagi semuanya.

SCL disini bukan Student Centre Learning, melainkan Self Control Learning, yang menurut daya tangkapku pada intinya adalah belajar sesuatu apapun dengan didasarkan pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri sendiri, sehingga ia bisa fokus, berkonsentrasi meraih tujuan yang ia inginkan. Contohnya mudahnya adalah saat seorang mahasiswa akan menempuh ujian, ujian itu tinggal 1 hari lagi, padahal mahasiswa tersebut belum belajar sama sekali. Ia memutuskan untuk belajar malam hari sebelum ujian dilaksanakan. Namun saat malam hari tiba, ia ingin bermain PS dikomputernya barang sebentar, setelah satu jam bermain, ia masih menunda untuk belajar, dan pada akhirnya ia tidak jadi belajar karena terlalu asyik bermain PS. Mahasiswa tersebut berarti tidak mempunyai Self Control Learning yang baik, karena kewajibannya untuk belajar terkalahkan oleh keinginannya untuk bermain. Kendala yang dihadapi oleh setiap orang adalah ketidakmampuan untuk fokus dan konsentrasi pada suatu hal yang dikerjakan. Terkadang seseorang ingin memalingkan suatu urusan penting dengan sesuatu yang dianggapnya dapat menyegarkan pikirannya, misal dengan bermain, berwisata, tidur, nonton tv, ngobrol, dan lain-lain. Dan tidak jarang orang yang justru terlena jauh akibat keinginannya rehat barang sebentar. Rehat yang dianggap dapat meringankan bebannya itu justru akhirnya membuat suatu hal penting yang harusnya ia kerjakan menjadi terlupakan dan tidak optimal. Maka dari itu, fokus atau konsentrasi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil apapun dengan maksimal.

Jika pada saat Tina menerangkan konsep SCL itu untuk pelajar, penerapannya di sekolah, diterapkan oleh guru, maka kalau aku pikir SCL tidak hanya bermanfaat untuk belajar di sekolah atau kampus, namun juga pada proses kehidupan nyata yang sesungguhnya maupun pada konteks kehidupan yang lain.

Kemampuan seseorang untuk mengontrol diri, tetap fokus, konsentrasi pada tujuan dan visi hidup sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang ingin memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Self Control Learning dapat diterapkan pada proses belajar tentang arti kehidupan, tidak hanya dikelas atau kampus. Menurutku SCL berhubungan erat dengan hawa nafsu manusia dan keimanan, serta kekuatan hati dan pikiran seseorang. Orang dengan SCL yang baik mampu mengendalikan dirinya sendiri untuk tetap fokus dan konsentrasi pada tujuan-tujuan hidupnya. Orang yang seperti itu, umumnya mempunyai pengendalian diri terhadap hawa nafsu yang baik. Orang dengan tingkat iman yang tinggi bisanya mempunyai self control yang besar.

Kemampuan untuk mengendalikan diri, tetap fokus pada tujuan dan visi hidup harus kita bangun terus menerus, sehingga kemampuan itu mengakar kuat dalam diri kita, menjadi tameng dan pelindung dari godaan-godaan yang muncul dari luar maupun dalam diri kita sendiri. Mari membangun kemampuan mengontrol diri untuk tetap fokus pada visi hidup yang diyakini membawa manfaat. Tidak hanya digunakan pada proses belajar di kelas, melainkan diterapkan pada semua aspek kehidupan ini untuk meraih mimpi dan cita-cita (terimakasih pada sdri Tina, aku baru sadar manfaatnya, maaf kalau tidak sesuai dengan konsep SCL yang sebenarnya). FOKUS dan KONSENTRASI, jangan buang-buang waktu hanya untuk hal-hal yang tidak penting, jangan terlena oleh waktu senggang.

*)Mahasiswa Budidaya Perairan Undip angkatan 2007

Rabu, 21 April 2010

MENJADIKAN SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN SEPERTI BATIK

Oleh: Panca Dias Purnomo*)

Batik saat ini telah menjadi warisan budaya dan busana kebanggan warga negara Indonesia. Demam memakai batik dalam acara sehari-hari mewabah di semua kalangan masyarakat, tidak mengenal batas profesi, usia, sosial, dan status pendidikan. Bahkan instansi – instansi pemerintah dan swasta di republik ini telah mewajibkan karyawannya untuk memakai batik pada hari tertentu. Batik tidak lagi hanya menjadi milik para orang tua yang akan pergi kondangan, resepsi, atau arisan, namun batik pun menjadi trend di kalangan anak muda yang gaul dan fungky. Geliat bisnis batik pun mulai bangkit kembali.

Semua itu mucul karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat indonesia untuk melindungi dan melestarikan budaya batik, saat Malaysia mulai merongrong keberadaan batik sebagai warisan budaya mereka. Dari situ masyarakat Indonesia berbondong-bondong menolak klaim Malaysia dan mulai sadar untuk melestarikan budaya batik. Kemudian dengan sendirinya, batik menjalar kesemua lapisan masyarakat, daaan, byaaaar, batik ada dimana mana.
Apa hubungannya dengan kelautan dan perikanan?
Ya, sektor kelautan dan perikanan adalah sektor sangat menjanjikan sebagai penggerak utama ekonomi bangsa ini. Bayangkan, Indonesia adalah negara dengan luas lautan terbesar di dunia ini, yaitu sekitar 5,8 juta km2, 75% dari total wilayah Indonesia. Indonesia mempunyai garis pantai terpanjang ke dua di dunia setelah Kanada, yakni sejauh 81.000 km, jumlah pulau terbanyak didunia dengan pulau besar dan kecilnya mencapai 17.508 buah. Dari luas lautan itu dapat ditangkap ikan setiap tahun sejumlah 6,4 juta ton, dan potensi laut untuk kegiatan budidaya seluas 24,53 juta Ha. Luas lautan yang begitu besar meyimpan berbagai macam kekayaan laut lainnya seperti pengembangan bioteknologi kelautan, pariwisata bahari, pertambangan dan energi, industri dan jasa maritim, benda berharga muatan kapal tenggelam, energi pasang surut, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), dan masih banyak lagi (Rokhmin Dahuri, 2009, Cetak Biru Pembangunan Kelautan Dan Perikanan Menuju Indonesia Yang Maju, Adik Makmur, Dan Mandiri).

Potensi sangat besar itu justru ibarat meninabobokan masyarakat Indonesia sehingga banyak masyarakat Indonesia yang lupa, tertidur nyeyak dengan gunungan emas didalam lautannya. Pembangunan Indonesia sejak masa orde baru memang mengarah kepada pembangunan bangsa berbasis kedaratan, seperti sektor pertanian dan industri darat. Sejauh ini sektor kelautan dan perikanan baru menyumbang 20% PDB Indonesia, namun negara dengan lautan lebih sedikit dibanding Indonesia mampu menyumbang lebih dari 40% PDB, contohnya Jepang, Cina, Korea Utara dan Norwegia. Pembangunan selama bertahun-tahun itu membuat sektor kelautan dan perikanan terabaikan. Ketidakseimbangan pembangunan tersebut berimbas pada tidak diperhatikannya nelayan dan pembudidaya ikan di wilayah pesisir, sehingga nelayan dan pembudidaya ikan menjadi bagian masyarakat yang terkenal miskin, terbelakang, tidak berpendidikan, dan penuh dengan penderitaan. Image/persepsi buruk nelayan dan pembudidaya ikan ini terbentuk bertahun-tahun ditengah-tengah masyarakat dan merasuk jauh kedalam otak manusia, padahal sekali lagi Indonesia adalah negara dengan potensi kelautan dan perikanan terbesar di dunia, bahkan sejak dahulu banyak bukti bahwa nenek moyang negara ini adalah pelaut, Indonesia adalah negara maritim, dan negara kepulauan.

Eronis memang, pemimpin negara ini belum juga tersadar untuk mengelola potensi kelautan dan perikanan ini seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyat, lihat saja banyak program pemerintah untuk membangunkan raksasa kelautan namun belum juga membuahkan hasil, seperti GERBANG MINA BAHARI-nya Megawati, Revitalisasi Perikanan-nya SBY, hingga Produsen perikanan terbesar 2015-nya Fadel Muhammad. Ironis memang, ditengah-tengah besarnya potensi itu, justru masyarakatnya menganggap rendah dan memalukan profesi yang berhubungan dengan kelautan dan perikanan. Mahasiswa yang belajar kelautan dan perikanan pun belum sepenuhnya bangga pada bidang yang mereka tekuni.

Haruskah laut dan ikan serta kekayaan alam didalamnya dicaplok dan diklaim oleh bangsa lain terlebih dulu agar sektor kelautan dan perikanan mewabah dimasyarakat seperti batik?Haruskah laut dan seisinya dihabiskan oleh negara lain lebih dulu agar pemimpin negara ini bergerak nyata menjadikan sektor kelautan menjadi penggerak utama pembangunan bangsa?

Pemimpin bangsa ini harusnya mempunyai visi seorang Ocean Leadhership--meminjam istilah Dr Arief Satria--yaitu pemimpin yang mampu membawa arah pembangunan bangsa ini berbasis kelautan. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya kekayaan laut Indonesia sebagai sumber kesejahteraan bangsa. Mengubah mindstream dan cara berpikir masyarakat untuk menghormati lautan dan menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai sektor terhormat, kebanggaan, unggulan. Dengan demikian, kelautan dan perikanan akan mewabah seperti mewabahnya batik di kalangan masyarakat.

Kemudian, masyarakat pun--termasuk mahasiswa--akan berkata bangga bahwa Indonesia adalah negara maritim, negara kelautan dan perikanan, yang besar, maju, dan terhormat karena lautan dan seisinya.
*) Ketua BEM FPIK UNDIP 2010
Mahasiswa Budidaya Perairan angkatan 2007

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    6 bulan yang lalu