Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 14 Maret 2011

Road to USA (1)

Jumat, 11 Maret 2011

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya dating juga. Hari ini kami dijadwalkan terbang ke Amerika Serikat, namun sebelumnya kami harus mengikuti sesi pembekalan jam 13.00 di aula hotel. Sebelum jam 13, kami para grantees IELSP Cohort 8 Virginia Tech University mengadakan diskusi dikamar hotel nomer 55. Diskusi kami isi dengan mencabarkan rencana-rencana selama perjalanan nanti dan rencanan ketika kamu sudah tiba di Kota Blaksburg, kota dimana kami akan tinggal dan belajar selama kurang lebih 2 bulan. Disela-sela obrolan kami, tidak jarang aku tertawa, tersenyum mendengar guyonan teman-temanku yang lain. Diskusi dan obrolan kami ini cukup semakin membuatku semakin paham tentang kondisi selama perjalanan nanti, dan apa yang harus aku lakukakan nantinya, karena sebelum sharring dengan teman-teman, sedikit sekali pemahamanku mengenai perjalanan ke luar negeri. Memang, diskusi itu dapat membuat kita semakin cerdas dan paham, sebab semua orang menyatukan pemikirannku masing-masing sehingga dapat menambah pengetahuan bersama.

Setelah sholat jumat di masjid dekat parkiran bandara, aku langsung menuju ruang cockpit hotel, tempat aku akan mendapatkan pengarahan tentang teknis keberangkatan, dengan terburu-buru karena sudah disms untuk segera masuk ruangan. Selama pembekalan teknis, aku dan teman-teman diajari metode dan cara mengisi berbagai formulir, baik dari pemerintah Indonesia maupun Amerika. Dan tentu saja cara-cara masuk dan keluar dari dan ke imigrasi di Negara transit. Kami juga diberi berbagai dokumen, mulai dari tiket pesawat, formulir keberangkatan dan kepulangan dari imigrasi Indonesia, custom declaration, form secondary inspection, dan foto kopi dokumen-dokumen pendukung lainnya. Mas Yudis, pendamping dari IIEF menjelaskan kepada kami rute perjalanan kami, yakni dari Jakarta-Narita-Washington Dulles, kemudian naik bis ke Virginia. Kami dibimbing untuk mengisi formulir satu demi satu dengan teliti, dan jangan sampai ada yang salah. Selain itu, kami juga diberi bekal uang didalam amplop yang sudah ditulis secara rinci diluar amplop, ada biaya arport tax, biaya makan, serta yang membuatku lumayan senang adalah uang 100 dolar. Uang dolar secara nyata baru aku lihat dan pegang pertama kali ini, 1 lembar 100 dolar ukurannya lebih kecil dibandingkan ukuran uang rupiah Indonesia. Kami juga diberi tahu siapa pendamping kami sepanjang perjalanan ke Amerika dan siapa teman seperjalanan kami. Sesi briefing ini memakan waktu cukup lama, dan bla bla akhirnya briefing berakhir jam 16.00, akhirnya kami para laki-laki diijinkan lebih dulu meninggalkan ruangan.

Sesampainya didalam kamar, aku membenahi kembali barang-barang didalam tas. Membuat agar efektif dan efisien sehingga barang-barang yang kubawa bisa masuk kedalam tas tanpa membuatku repot untuk membawanya nanti sepanjang perjalan. Mas Yudis datang mengecek barang-barang bawaan kami. Aku serahkan abon daging pemberian kakaku kemarin, serta memberikan penjelasan barang-barang apa saja yang aku bawa termasuk keris yang aku beli di pasar Bringharjo, Yogyakarta, tapi yang sudah aku hilangkan besinya. Pengecekan barang clear. Tepat jam 17.00, aku keluar kamar dengan membawa semua barang bawaaanku menuju ruang cockpit, tempat kami sebelumnya mendapatkan pengarahan. Kami dikumpulkan kembali kedalam ruangan, lalu diperkenalkan dengan pendamping kami selama perjalanan nanti. Kemudian, inilah momen yang membuat kami sedikit mengelus dada, Mas Yudis menyampaikan kepada kami bahwa Jepang, tepatnya di Kyoto ditimpa gempa dan tsunami. Bencana itu mengakibatkan kerusakan luar biasa dan kematian warga Jepang yang cukup banyak, sehingga menurut informasi terbaru, semua bandara di Jepang tutup. Termasuk bandara Narita di Tokyo, bandara kami untuk transit menuju Washington. Bisa ditebak ujung ceritanya, kemungkinan besar penerbangan kami akan mengalami gangguan, bisa saja didelay, ditunda, atau bahkan dibatalkan. Karena waktu chek out sudah tiba, dan sembari menunggu informasi terbaru lainnya mengenai kondisi bandara di Jepang, kami diminta keluar dan menunggu didepan hotel.

Aku dan beberapa teman mencari makan terlebih dahulu dan rencana mau sholat maghrib dan isya. Aku makan di rumah makan sederhana, yang menyediakan makanan khas Indonesia banget. Aku menghabiskan uang untuk makan sebesar 31 ribu, kalau tidak salah.hehe.

Setelah selesai makan kami kembali ke depan hotel, tanpa sholat karena waktunya yang sudah sangat mepet dengan waktu yang ditentukan oleh pendamping. Setelah menunggu beberapa lama, Mas Yudis datang kepada gerombolan kami, dan memberikan informasi bahwa penerbangan kami dibatalkan tanpa status kelanjutan yang jelas. Paling cepat besok (sabtu) pagi kami dapat terbang dan paling lambat hari senin baru bisa mendapatkan pesawat menuju USA. Aku tidak sedikitpun kecewa, karena aku piker ini adalah rencan terbaik yang Allah berikan kepadaku, coba bayangkan jika gempa dan tsunami itu terjadi saat aku berada di Jepang dengan teman-teman, wahhh, mengerikan pastinya. Aku tahu rencana Allah lebih indah dari yang dibayangkan. Kami akan diinapkan diwisma PKBI di Jakarta Selatan, untuk menuju ke sana kami disewakan bus. Memakan waktu dan tenanga yang lumayan besar untuk membawa barang bawaan kami, memasukan dan menatanya kedalam bus. Perjalanan menggunakan bus yang cukup melelahkan, selain cukup jauh dan lama, aku pun harus berdiri selama perjalanan. Membuat kaki ku lumayan capek dan pegel. Aku dan Rizki, my back-up baddy, mendapatkan kamar nomer 107, kamar paling barat dan terpisah dari kamar teman-temanku yang lain. Saat menulis tulisan ini, aku sedang berada dikamarku, 107. Ruangan yang cukup luas, ada 2 tempat tidur, 1 lemari besar, meja dan kursi, TV, kamar mandi, dan alat-alat standar sebuah penginapan. Namun tidak semewah dan senyaman di Jakarta Airport Hotel, hehe.

Itulah kisah ku dihari Jumat, hari ke-2 perjalanan dan petualanganku menuju USA. Awalnya aku cukup nervous dan grogi dengan kenyataan bahwa aku akan menuju luar negeri, USA lagi. Hari jumat, 11 Maret yang aku pikr akan menjadi hari menyejarah kerena untuk pertama kalinya aku akan terbang ke Jepang dan Amerika ternyata harus ditunda, karena kehendak Allah melalui gempa dan tsunami. Aku tetap semangat dan senang dengan semua ini, meski tidak sesuai rencana awal, namun aku tetap yakin bahwa aku akan segera mendaratkan kakiku ditanah Amerika. Pasti, InsyaALLAH..Aku akan menyerap ilmu dan belajar sebanyak-banyaknya ketika aku di Virginia nanti, aku sudah tidak sabar, kemudian kembali ke kampus, menyelesaikan tanggungjawab untuk lulus, mengelola keorganisasian mahasiswa Undip, dan tentu saja menyebarkan pengetahuan yang aku tahu kepada teman-teman dan adek-adek, jurusan, fakultas, dan universitas yang aku sangat cintai ini agar menjadi sedikit menjadi seperti yang aku impikan. Barangkali itu sedikit kontribusi yang dapat aku lakukan demi almamater tercinta, aku bangga menjadi mahasiswa UNDIP. UNDIP….JAYA!!! UNDIP….JAYA!!! UNDIP….JAYA!!!dan tentu tidak aku lupa kepada para ikhwah FPIK, ukhti dan akhi, kawan-kawan yang telah menunjukan jalan kebenaran dan cita-cita, I love you all. Semoga semuanya lancar, amiiiinnnn.

3 komentar:

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu