Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 14 Maret 2011

Road to USA (3)

Senin 14 Maret 2011

Bandara Narita Tokyo, Jepang

Gempa dan tsunami yang terjadi di jepang benar-benar membuat segala rencana yang telah disusun untuk keberangkatan kami ke Virginia berubah total. Seharian kemarin, kami menghabiskan waktu di hotel. Sekitar jam 11 kami bertolak menuju bandara setelah sebelumnya mendapatkan pengarahan awal mengenai perubahan jadwal keberangkatan kami. Terjadi banyak kesimpang siuran informasi yang kami peroleh mengenai rencana keberangkatan kami, namun aku tetap saja enjoy lah, yang penting berangkat. Kami tiba di bandara sekita pukul 12.30, setelah mengemasi barang masing – masing dengan trolly, kami mengikuti petunjuk pendamping untuk berkumpul di depan sebuah café didekat Jakarta Airport Hotel, hotel tempat kami pertama kali menginap. Setelah itu, kami diberi komando oleh pendamping untuk sholat dan makan siang. Kelompokku dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama makan dan sholat, kelompok kedua menunggu barang-barang dan mengerjakan tugas dari IIEF di meeting point. Kami saling berganti kemudian.

Kami direncanakan akan terbang pukul 20.05 menuju Singapura dengan pesawat Luthfansa, maskapai penerbangan Jerman dengan tujuan akhir Frankfurt. Sembari menunggu hingga ada informasi untuk chek in, kami berkumpul didepan counter Lion Air dengan membuat lingkaran. Namun, karena belum tertarik untuk bermain permainan yang teman – teman sebut dengan “jujur atau tantangan”, maka aku putuskan untuk membaca komik jepang detektif conan terlebih dahulu. Hampir selesai komik itu aku baca, teman – temanku mengajak aku untuk bergabung karena hanya tinggal aku yang belum ikut bermain dengan mereka. Jadi, masing – masing dari kami diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada salah seorang yang lain tentang segala hal, bebas, tidak terbatas, dan yang ditanya wajib menjawab dengan jujur. Permainan ini cukup membuat kelompok melingkar kami ini menjadi pusat perhatian pengunjung bandara, karena suara dan canda kami yang kadang langsung meledak tanpa aba-aba terlebih dahulu. Hemm, jadi agak gaduh memang, biasalah anak – anak. Oya, sebelum kami bermain permainan itu, aku tidur siang dulu didekat dinding dibelakang koper – koper yang kami tumpuk di atas trolly.

Setelah permainan selesai, dan diisi dengan kegiatan masing-masing, tidak terasa sudah pukul 18.00, dan seperti pemberitahuan sebelumnya, kami akan terbang pukul 20.05. Kami cukup gelisah karena sudah jam 18, tapi kok belum ada pemberitahuan..Ketegangan kami, lumayan terbayar setelah dari pendamping memberitahukan kepada kami untuk segera chek in kedalam counter Luthfansa. Ketegangan kami saat chek in terasa benar, karena kami berkelompok, dan mengejar waktu boarding juga, ujungnya suasana jadi hectic dan panic..

Barang dan passport kami dicek satu demi satu melalui security chek. Setelah lolos dari security, kami langsung menuju counter yang ada didepan kami..Cukup menunggu giliran dipanggil, kami lalu menunjukan passport kami, kami diberi tiket, dan kami barang yang akan diletakan dibagasi ditandai oleh petugas. Barang carry on ku diberi semacam penanda yang ditempel di pengait tas punggungku oleh petugas yang sama. Setelah semua hiruk pikuk saat chek in selesai, kami diarahkan untuk sehera menuju gate D05. Namun sebelumnya, kami harus melewati imigrasi Indonesia terlebih dahulu, kami berbaris rapi, menunggu giliran, memperlihatkan passport, tiket, dan kartu keberangkatan. Sebelum masuk kedalam gate D05, kami harus melewati security chek lagi terlebih dahulu. Jaket, tas, dan laptop, serta handphone harus kami keluarkan dan kami letakan diatas tray yang kemudian diperiksa melalui semacam kotak pengintai isi barang. Badanku diperiksa dengan alat yang kalau tidak salah namanya metal detection. Jarak antara imigrasi dengan pintu gate D05 lumayan jauh. Didepan pintu masuk D05, ada dua orang petugas wanita yang sangat ramah meminta passport, tiket, dan kartu kedatangan kami. Disini, kartu kedatangan kami diminta oleh mereka dan hanya menyisakan salah satu sisi yang lain, yaitu kartu kedatangan. Kemudian, untuk beberapa saat kami menunggu di ruang tunggu. Baru sebentar menunggu, sudah ada komandao kepada kami untuk segera masuk kedalam pesawat. Kami berjalan kedalam pesawat melalui semacam lorong dingin. Disitulah, semakin terasa berbagai perasaan campur aduk didalam diri ini, senang, tegang, tergesa-gesa, panic, dan sebagainya, sehingga sensasinya perasaannya saat melewati lorong hingga masuk kedalam pesawat susah untuk dijabarkan.

Aku duduk diatas seat 54C. Pesawat jerman ini sangat besar, tidak seperti pesawat penerbangan domistik Indonesia yang pernah aku naiki. Ada 3 kelompok kursi yang dipisahkan oleh 2 garis diantaranya. Dua kelompok kursi dengan masing-masing 3 deret kursi dan satu kelompok kursi ditengah dengan 4 deret kursi. Terlihat lebih canggih memang isi pesawat ini, dibandingkan yang pernah aku lihat. Sebelum take off, setiap kami diberi headseat yang masih terbungkus didalam plastic. Aku buka plastiknya, lalu kurangkai headset itu hingga bisa digunakan, sebab busa untuk menutup telinga masih terpisah satu dengan yang lainnya. Aku masukan plug headseat kedalam tempatnya yang berada di lengan sandaran kursi terbangku. Aku pasang diantara kedua telingaku, terdengarlah suara music dan terkadang beberapa informasi sebelum pesawat benar – benar terbang. Aku lihat sekeliling, dan aku dapati kebanyakan penumpang pesawat ini adalah warga jerman, terdengar dari bahasa yang meraka gunakan. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh kru penerbang juga bahasa jerman, begitu juga beberapa majalah yang tersedia. Aku menyempatkan diri untuk mengabadikan momen itu dalam foto yang aku ambil sendiri saat aku duduk. Menyenangkan, dan amazing.

Singkat cerita, satu setengah jam setelah kami tinggal landas, kami tiba di bandara Singapura : Changi. Kami benar – benar tampak terlihat seperti orang desa, karena kami saling berlarian, berlomba mencari gambar dengan kamera yang kami bawa. Setelah kami keluar dari gate, ada dua wanita berbaju ungu, keduanya mengenakan rok pendek, dan satu lelaki berambut putih yang cukup tua, mencegat dan memberikan informasi kepada kami mengenai kelanjutan penerbangan kami. Ternyata meraka adalah pegawai bandara yang disediakan untuk membantu proses penerbangan kami menuju destinasi selanjutnya, Narita Jepang. Seperti layaknya orang yang baru saja melihat spesies manusia baru, kami pun mengajak kedua wanita itu untuk berfoto, sebelum mereka menunjukan kepada kami jalur selanjutnya. Mereka akan mengantar kami sampai ke terminal pemberangkatan menggunakan kereta laying yang sangat canggih, belum pernah aku lihat dan coba sebelumnya di Indonesia. Sepanjang perjalanan itu, kami saling bercanda, heran, dan terkagum – kagum dengan apa yang kami lihat itu. Didalam kereta, ada sekelompok orang berkulit hitam yang dari postur tubuhnya tampak seperti atlet bola basket. Mereka berbicara dengan bahasa inggris aksen amerika, aku pikir mereka adalah orang USA.

Sampai di tempat chek in, kami langsung antri seperti biasa dan maju satu demi satu, menunjukan passpot kami. Kami mendapatkan tiket untuk terbang ke Narita Jepang. Di counter tempat chek in itu ada beberapa kursi dan hiasan bunga – bunga seperti taman. Sudah bisa ditebak, kami berfoto ria disitu dan sibuk mencari – cari obyek yang bagus untuk kami abadikan. Selain itu, aku mengajak berbincang dengan lelaki berambut putih yang mengantarku tadi, aku tidak menanyakan namanya, tapi darinya aku tahu sedikit informasi mengenai bandara Changi dan singapura. Dia juga menanyakan kepada kami tentang tujuan kami ke USA.

Setelah semua urusan chek in beres, kami menuju ke gate pemberangkatan. Seperti biasa, kami masih harus melewati pos pemeriksaan barang. Jaket, laptop, tas, dan handphone kami lepas. Tubuh kami diperiksa semua dengan alat deteksi. Setelah semua barang kami tata, kami berjalan menuju tempat pemeriksaan karcis. Karcis yang aku pegang disobek oleh petugas dan aku hanya diberikan potongan kecil dari tiket itu yang berisi informasi mengenai dimana tempat dudukku. Aku mendapat seat 46A, tempat duduk di pinggir jendela di lambung kiri pesawat.

Aku duduk disebelah wanita asli jepang, dari mukanya kelihatan, namun terpisah oleh satu kursi ditengah yang entah kenapa kok kosong tidak ditempati. Ada sedikit perbedaan dibandingkan pesawat pertamaku dari Jakarta ke singapura tadi, yaitu didepan ku ada monitor kecil serba guna, dan dibawahnya terdapat hand stick yang bisa dibuat untuk mengetik, bermain game, pokoknya sebagai pusat kendali monitor. Seperti penerbanganku pertama tadi, kami diberi headset.

Pesawat sudah tinggal landas, dan aku sempatkan bertanya kepada wanita disebelahku kira –kira berapa jam perjalanan ke narita, dia jawab sekitar 7 jam. Diawal perjalanan itu, aku menyalakan monitor lalu bermain games. Disela permainan games ku, aku disodori minuman jus oranye dan kacang. Lumayan buat ngemil. Aku menontin movies, lalu tertidur. Aku terbangun saat para pramugari sedang sibuk memerikan makan malam kepada para penumpang. Aku ditawari, kalau tidak salah, namanya bucket dan Japanese food, aku bilang bucket saja, kemudian tanpa kuduga si pramugara bilang “you are not muslim sir?”, aku bilang aku muslim, terus dia bilang kalo bucket terbuat dari daging babi, lalu dia menawarkan fish makanan jepang, ya sudah aku mengangguk setuju.

Menu makan malam di pesawat Singapore Airlines cukup banyak, ada 2 roti, Japanese food, teh, jus, dan beberapa bumbu, keju, dan selai jeruk. Aku makan semua tanpa sisa, karena memang aku lapar, aku juga meminta tambahan air karena mulutku terasa kering dan haus.

Dan akhirnya, tidak terasa kami sudah mendarat di Bandar udara Narita, Tokyo, Jepang. Dan untuk pertama kalinya, kakiku menginjak tanah Jepang. AKu sangat senang dan bangga ketika pertama kali memasuki airport ini, diujung pintu keluar pesawat ada dua orang wanita yang mencegat kami, seperti di singapura kemarin. Mereka memanggil nama kami satu demi satu, kemudian memberikan informasi penerbangan kami selanjutnya. Kemudian mereka menemani rombongan kami. Barang kam di chek lagi, lalu kami masuk kedalam ruang tunggu penerbangan, yang jaraknya lumayan jauh dari awal kami mendarat tadi. Tulisan ini, aku tulis di ruang tunggu penumpang sembari menunggu waktu chek ini dan keberangkatan kami. Selain itu, aku juga berjalan – jalan disepanjang lorong bandara ini meski tidak sampai ujung, hanya ingin tahu saja. Bandara Narita besar, bersih, dan terlihat lebih canggih dan modern dari Bandar udara yang pernah aku lihat. Dimana – mana aku lihat orang jepang, dan aku merasa jadi makhluk asing disini, dengan postur dan wajahku yang berbeda dari kebanyakan orang disini..hehe. Hampir setiap pembicaraan yang aku dengar adalah dalam bahasa jepang…ini lah Negara kelahiran doraemon, sinchan, baja hitam RX, dan banyak tokoh yang dikagumi anak Indonesia lainnya..oh ya, naruto juga, hehe…

Luar biasa, amazing tidak banyak yang bisa aku ungkapkan, semua ada didalam hati ini, aku gak pernah menyangga aku akan sampai di jepang meski Cuma di bandaranya saja. InsyaALLAH ini adalah langkah awalku untuk menjadi orang dengan reputasi dan kemampuan level internasional…semoga, amiinnnn…

Okay, masih banyak pengalaman didepan yang akan menungguku, saat terbang ke Amerika nanti, saat ketemu dengan host family, saat kuliah di Virginia Tech, dan masih buanyak lagi….aku semakin tidak sabar, dan semoga aku mendapatkan result yang baik membanggakan.

Allohuakbar!

5 komentar:

  1. barakallahu lakum...semoga selamat dan sehat selalu..Amin.

    BalasHapus
  2. Fauzi Mi'raizki.
    subhanallah....begitu mengasyikan perjanan mas panca. semoga dapat menjadi motivasi untuk adik2 mu khususnya saya untuk mengikuti jejak mas panca.
    semoga selamat sampai tujuan, doa kami selalu menyertai perjalanan mu..aminn...
    salam dari temen2 BEM FPIK UNDIP dan Mentoring.. :)

    BalasHapus
  3. Mas Badi : Sip mas, amiiinnn..

    Fauzi: SIp dek, terus semangat ya dek...

    BalasHapus
  4. mas, kl bs di edit, trus tunjukin foto2 yg mas panca ambil pk kamera.. biar bayangan kita makin real.. :-)

    BalasHapus
  5. Dek sakina : aku sudah sedikit2 kasih foto di blogku ttg kampus VT atau Blacsburg tapi memang gak sering..
    aku lebih suka banyak mengupload tulisan daripada foto, kalau foto: tinggal foto, up-load deh,gampang tanpa mikir....
    tapi kalo tulisan : belum tentu semuanya mau...hehe...iya

    BalasHapus

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu