Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Sabtu, 14 Januari 2012

Makna OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) Jurusan bagi Saya

Saya secara tiba-tiba, entah mengapa, mempunyai keinginan untuk menulis mengenai kenangan dan makna OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) yang saya ikuti dan juga yang pernah saya kelola bersama teman-teman angkatan. Mungkin kata-kata OSPEK sudah tidak lagi relevan dimasa sekarang ini, karena sering kata OSPEK diasosiasikan dengan perponcloan dan penindasan senior terhadap juniornya. Maka dari itu, kata OSPEK dalam tulisan ini akan saya ganti dengan MABIM atau Masa Bimbingan, biar tidak terkesan 'ngeri' meskipun judul tulisan saya memakai kata OSPEK.^^.

MABIM, dikampus saya, khususnya jurusan dan fakultas saya, adalah acara wajib bagi mahasiswa baru dibawah program kerja dan tanggung jawab Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan dilaksanakan oleh senior 2 tahun di atas mahasiswa baru yang bersangkutan.

Ditengah-tengah berbagai macam ide menulis yang muncul didalam kepala hari ini, keinginan menulis tentang hal-hal yang berbau 'kampus' sepertinya lebih kuat dibandingkan dengan pikiran yang lain. Kenapa saya jadi teringat MABIM? Kemarin salah satu teman satu angkatan mengajak saya untuk ikut datang di acara MABIM-nya mahasiswa baru 2011 di kampus Jepara. Tapi, sayang, beribu sayang, saya tidak bisa turut serta karena aktivitas saya yang tidak bisa saya tinggalkan. Teringat ajakan teman saya itu, akhirnya saya pun ingin membuka kenangan MABIM saya, baik saat saya menjadi peserta (mahasiswa baru) maupun saat saya menjadi panitia MABIM.

Sudah menjadi semacam budaya di jurusan saya jika MABIM, setiap tahunnya, mempunyai nama yang berbeda-beda. Waktu itu, nama MABIM angkatan saya adalah SOS (Save Our Sea). Panitia pelaksana adalah angkatan 2005, dua tahun diatas saya. Panitia membagi kami kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan, jika tidak salah, sekitar 10 orang. Kebetulan saya, oleh panitia, terpilih menjadi salah satu ketua kelompok.

Kakak-kakak kelas pun mulai masuk kedalam kelas-kelas untuk menjelaskan berbagai hal terkait acara itu. Akhir pekan pun terkadang menjadi waktu bagi kami untuk menerima penjelasan dari kakak kelas. Acara SOS terdiri dari event di dalam ruangan dan luar ruangan. Acara di dalam ruangan dilakukan di kampus Tembalang dan selebihnya acara dilakukan di kampus jurusan kami di Jepara. Acara didalam ruangan adalah salah satu sesi yang saya suka dan ingat betul, karena di sesi itu, saya mendapatkan banyak inspirasi dan motivasi juga penjelasan tentang masa depan di jurusan saya.

Sesi itu membuat mata saya terbuka lebar, bahwa dunia itu begitu luas, bahwa mimpi sebesar apapun bisa kita wujudkan. Sesi itu menampilkan sosok mahasiswa dan alumni inspiratif. Saya pun menjadi semakin bersemangat, sehingga barangkali saya menjadi tampak seperti peserta yang hiperaktif karena terlalu banyak berkomentar.hehe. Saya semakin tahu setelah itu, jika fase emas mahasiswa ini jangan hanya dilewatkan dengan biasa-biasa saja. Harus ada makna berharga didalamnya.

Mungkin hal yang mayoritas paling ditakuti oleh kami, mahasiswa baru, waktu itu adalah galaknya para senior. Memang, banyak para senior kami waktu itu yang memasang wajah galak, sangar dan keras. Bahkan, sebelum kami pulang, senior-senior kami sempat memarahi dan membentak-bentak kami habis-habisan. Apalagi ditambah dengan banyaknya tugas yang aneh-aneh dari para senior yang semakin membuat perasaan kami kepada senior bercampur aduk. Ada perasaan takut, segan, dan tentu saja, jengkel.

Acara kemudian bergeser ke kampus kami di Jepara. Acara 2 hari 3 malam yang tidak akan pernah saya lupakan. Disana, saya dan teman-teman satu angkatan melaksanakan autbond bersama. Autbond dibagi menjadi beberapa pos berdasarkan program studi di jurusan kami dan beberapa pos tambahan. Ada banyak hal lucu, konyol, juga menyebalkan yang terjadi selama acara outbond itu.

Sebagai seorang ketua kelompok, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk mengawasi kondisi teman-teman saya. Ketika kelompok saya tiba di salah satu pos, saya diminta menyebutkan satu per satu nama anggota kelompok. Ada satu orang anggota yang baru masuk di kelompok saya, jadi saya belum begitu hafal namanya, apalagi kami berbeda program studi. Dengan penuh percaya diri dan suara lantang, saya sebut nama demi nama anggota saya. Ternyata ada satu nama yang salah saya panggil. Terang saja, hal itu membuat senior saya marah besar. Dia pun membentak-bentak dan memarahi saya habis-habisan. Saya ingat betul mimik muka marah diwajah senior perempuan saya itu. Hingga setelah selesai acara, baru saya tahu nama beliau..hehe.

Kami harus berguling-guling di lapangan penuh lumpur, merayap di kubangan lumpur tambak, menyelam di kotornya air muara, mengambil substrat kotor didasar pantai, bahkan diminta mencium pasir. Kadang-kadang saya merasa senior-senior saya hanya mempermainkan kami dengan perintah-perintah yang konyol dan menyiksa. Terkadang pula, saya jengkel dan marah kepada mereka, tapi hanya bisa saya simpan didalam hati.^^

Sepanjang perjalanan itu, kami sering bercanda dengan teman satu kelompok, sehingga membuat kami tertawa bersama. Apalagi misalnya saya dan kelompok saya sedang bertemu atau melihat kelompok lain sedang 'dikerjai' oleh senior dan melihat wajah serta pakaian mereka yang kotor, tawa dan canda kami tidak hentinya berhenti. Meskipun wajah dan badan kami pun sama seperti mereka. Hal seperti itu setidaknya bisa menghilangkan sedikit rasa capek dan jengkel yang kami rasakan. Kami pun semakin akrab satu sama lain.

Setelah outbond selesai, malam harinya, acara dilanjutkan kembali. Tekanan dan stress kami waktu itu tidak terbayang lagi. Belum banyak istirahat, bentakan dan marah dari senior kami terima lagi. Capek, jengkel, dan senang beraduk jadi satu. Tapi, mau tidak mau kami harus bertahan sampai acara selesai. Ada konflik besar malam itu antara panitia, dan memaksa kami, peserta, untuk turut campur. Bentakan demi bentakan saya dengar silih berganti. Benar-benar malam yang penuh dengan emosi. Banyak diantara peserta yang hanya diam. Diam tidak tahu harus berbuat apa. Beberapa dosen muda di jurusan saya pun turut serta dalam momen itu. Akhirnya..........................

Pagi hari pun tiba. Segala capek, jengkel, dan amarah berubaha menjadi canda tawa. Senior kami mengajak kami untuk tertawa dan bercanda bersama. Sungguh, lega rasanya. Waktu itu, adalah salah satu momen terindah yang pernah saya rasakan. Tidak ada lagi bentakan yang saya dengar, saya hanya melihat wajah senang penuh senyum dan tawa diantara semua orang yang ada ditempat itu. Semuanya berbaur bersama, seperti tidak ada batas antara senior dengan junior.

Kami pun, para mahasiswa baru, setelah acara itu resmi dilantik sebagai bagian dari keluarga besar Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro. Meskipun momen pelantikan itu tidak terlalu dikemas dalam suasana yang khitmad dan elegan serta berkesan, bagi saya itu adalah bagian yang tidak terlupakan. Yakni saat, nama kami disebut satu demi satu, dan secara resmi berhak mengenakan jas almamater kebanggaan.
Ada banyak sekali manfaat luar biasa besar dari acara tersebut yang saya rasakan saat ini, yakni ketika saya sudah berada diambang batas masa mahasiswa, diantaranya adalah:

1). Saya semakin kenal dan tahu seluruh teman satu angkatan saya, meskipun kami berbeda program studi. Jurusan saya terdiri dari 4 program studi, masing-masing program studi terdiri lebih dari 100 mahasiswa. Bayangkan, jika tidak ada acara yang mempertemukan seluruh mahasiswa satu jurusan dalam waktu lama sehingga memungkinkan mereka saling berinteraksi dan berkomunikasi, mungkinkah mahasiswa satu jurusan, satu angkatan akan mengenal satu sama lain?paling pol mereka hanya akan mengenal teman satu program studinya saja. Apalagi setelah menjadi panitia acara serupa untuk adik tingkat, dijamin pasti akan semakin mengenal teman-teman satu angkatan dan satu jurusan serta tentu saja para kakak kelas. Kenal dan tahu kepada kakak kelas sangat penting artinya, karena mereka lah yang bisa membantu kesulitan kita saat mengerjakan laporan, tugas, dan praktikum. Dan tentu saja saat di dunia kerja nantinya.

2). Persaudaraan (brotherhood) diantara teman satu angkatan dan dengan kakak-kakak kelas semakin erat. Eratnya persaudaraan ini membuat persatuan diantara kami pun semakin kuat. Persatuan ini yang dibutuhkan untuk memajukan jurusan dan almamater. Persaudaraan dan persatuan yang terus berlangsung walaupun saat kami tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa. Pembangunan almamater memang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari peran alumninya. Maka, persaudaraan dan persatuan yang tumbuh saat MABIM dan masa setelah itulah yang akan membantu pembangunan almamater dan jurusan. Terbukti setelah acara MABIM, saya semakin dekat dengan senior-senior. Menjadi sering bercanda, berkumpul dan meminjam laporan serta tugas-tugas dari mereka.

3). Tumbuh dan kuatnya rasa kebanggan dan kecintaan terhadap almamater dan jurusan. Rasa bangga dan cinta akan mengawali seseorang memberikan yang terbaik kepada sesuatu yang dicintainya. Tidak ada rasa ragu lagi bahwa nama jurusan dan almamater harus dijunjung tinggi sampai kapanpun.Tapi, rasa bangga dan cinta terhadap jurusan dan almamater tidak boleh menjadi kecintaan dan kebanggan sempit yang mengagung-agungkan jurusan dan almamaternya lebih dari apapun, sehingga membuat perpecahan dan perselisihan di sebuah team yang terdiri dari banyak background jurusan dan almamater. Fanatisme sempit tidak sama sekali saya rekomendasikan.

Betapa sungguh, momen MABIM adalah awal persitiwa dari perjalanan panjang penuh makna dari seorang mahasiswa baru di jurusan saya dalam mengarungi kehidupannya di kampus. Namun demikian, mungkin, bagi beberapa orang, MABIM atau OSPEK tidak menghasilkan apa-apa, selain rasa capek dan jengkel. Karena itu, kembali lagi kepada kita sendiri, apakah kita bisa mencari dan mendapatkan makna dari acara itu atau justru sebaliknya. Anda pilih yang mana?

Saya semakin menyadari bahwa seorang kakak pasti akan mendidik adiknya dengan sebaik-baiknya, apapun yang terjadi. Hal itu semakin menguat setelah saya menjadi panitia MABIM untuk adik tingkat saya. Kini saya mempunyai tanggung jawab untuk mendidik adik tingkat saya, begitupun suatu saat nanti adik kelas saya untuk adik kelasnya dan seterusnya. Siklus regenerasi itu akan terus berputar. Seorang kakak selalu menginginkan hal terbaik untuk adiknya. Pasti seperti itu juga ketika semua orang menjadi kakak bagi adiknya.


- by: panca dias purnomo
  source: http://pancagarden.blogspot.com/


3 komentar:

  1. wooowww bagus ka pengalamannya :) salam kenal dari saya Mahasiswa Diploma IPB :D
    pengalaman kaka membantu saya untuk mencari inovasi atau ide ide yang semakin membuat tujuan Ospek itu benar-benar tercapai :)
    sepertinya sya bisa sharing dengan kaka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Fitriah, salam kenal juga..Semoga membantu kamu menemukan inspirasi dan esensi Ospek ya..amin..silakan jika ingin berbagai cerita bisa via blog or facebook saya..
      ;-D

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu