Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 26 Februari 2012

Mengenang Perjalanan Hidup dengan Menuliskannya

Beberapa hari yang lalu saya membuka-buka kembali tulisan-tulisan saya semasa dulu, baik yang saya simpan di folder maupun yang saya publish di blog ini. Bersyukur rasanya saya dapat membaca tulisan-tulisan itu kembali. Saya serasa sedang mengingat masa lalu dan hari-hari yang saya lalui saat membaca goresan kata-kata itu. Saya memang tidak menulis tulisan itu dalam buku diary, saya hanya menuliskannya dalam bentuk microsoft word, kemudian menyimpannya di satu folder khusus. Menulis mampu membuat kita bernostalgia dengan kehidupan kita sendiri. 

Menyusun kata-kata menjadi tulisan untuk mengekspresikan apa yang sedang saya rasakan dan pikirkan rasanya dapat membuat perjalanan hidup saya ini menjadi lebih bermakna. Setidaknya bermakna bagi diri saya sendiri. Meskipun tulisan saya tulis kebanyakan cuma berisikan tentang curhatan saya pribadi namun menurut saya justru hal itu yang mampu membuat saya mampu berpikir, merasa, dan memaknai lebih dalam apapun yang saat ini sedang saya alami. Itu ibarat seperti merekam setiap momen hidup menjadi uraian kata yang suatu saat dapat kita baca dan rasai kembali persis sama sewaktu kita menuliskannya. Sama layaknya memotret gambar, mencetaknya, kemudian menyimpannya dalam album foto. Suatu saat nanti kamu bisa membuka album foto itu dan bernostalgia dengan kenangan hidupmu.


Itulah makna keindahan bagi sebuah kenangan. Kenangan memang berharga dan sungguh bermakna. Terlebih lagi jika kenangan itu dapat kita abadikan dalam uraian kata yang dapat kita baca lagi suatu saat. Tentu hal itu akan membuat kenangan hidup kita akan jauh lebih bermakna dan berharga. Karena itu, bagi saya, menulis cerita perjalanan hidup memerankan bagian penting dalam pemaknaan hidup saya sendiri. Mungkin ini adalah salah satu kekuatan dari kata "menulis". 


Ada sensasi aneh luar biasa saat saya kembali membaca tulisan-tulisan saya yang pernah saya tulis dahulu kala. Meskipun mungkin kebanyakan tulisan saya cuma seputar kehidupan saya pribadi beserta permasalahan disekitarnya, namun justru disitu letak dari sensasinya. Saya seperti sedang merasakan apa yang saya rasakan saat saya menulis tulisan itu. Ya, seperti merasakan (kembali) apa yang pernah saya rasakan. Seperti kembali ke masa lalu, persis saat hari dimana saya mencurahkan pikiran dan hati saya kedalam tulisan. Saya bisa merasakan perasaan yang sama, kenangan yang sama, dan pengalaman yang sama. 


Saya sungguh beruntung dan bersyukur dapat merekam pikiran dan perasaan saya dalam tulisan yang sewaktu waktu dapat saya baca kembali. Saya beruntung masih ada sisa-sisa potongan kenangan perjalanan hidup saya yang mampu saya ingat dan rasai kembali melalui tulisan. Saya juga tidak habis pikir bagaimana saya menuliskannya waktu itu, karena itu pula saya sungguh bersyukur. Memang tidak semuanya mampu saya tulis, namun demikian setidaknya ada beberapa perasaan dan pikiran yang mampu saya gugah kembali.


Saya seperti sedang membuka kembali lembaran foto-foto memori masa lalu yang tersimpan rapi dalam buku album foto. Membaca tulisan-tulisan saya lagi, mampu membuat saya kadang-kadang tersenyum, menangis, berkaca-kaca, dan juga bersemengat. Sungguh, saya beruntung masih menyimpan kenangan hidup dalam bentuk tulisan. Harus saya sadari pula, meski kata yang saya susun masih banyak yang kacau, tapi setidaknya itu semua mampu membawa saya pada kehidupan saya masa lalu. Tulisan yang berisikan pemikiran dan perasaan kita memang mampu menggugah kembali pemaknaan kita tentang hidup kita ketika kita membaca sususan kalimat itu. 


Itulah kekuatan dari menulis. Menulis tidak cuma hanya tentang buah karya dan pemikiran, tidak cuma tentang menyebar inspirasi dan motivasi, tidak cuma tentang prestise dan intelektualitas, tapi juga tentang penggalian kenangan perjalanan hidup. Menulis memang penuh berisikan dengan kekuatan dan kebermanfaatan.

Saya suka menulis sesuatu yang sedang saya pikirakan dan rasakan, apa saja: tentang keluarga, cinta, pendidikan, budaya, sosial masyarakat, dan berbagai pengalaman hidup yang saya lalui. Saya merasa bebas dan ringan setelah saya menuliskan isi didalam otak dan hati saya. Tulisan-tulisan yang berisi curhatan hati bisa menjadi sarana yang paling menyenangkan untuk mengurangi beban. Pengurangan beban terkadang menyakitkan, namun dengan menulis semuanya lebih 'plong'. Kalimat yang ditulis memang tidak akan pernah mampu membalas, menjawab, apalagi memberikan nasehat, namun setidaknya tulisan akan mampu jadi sarana penggalian mendalam makna hidup kita. Menulis perjalanan hidup adalah kesenangan. 


Ada lagi kekuatan besar yang terkandung dalam satu kata "menulis", yakni bahwa impian dan keinginan yang kita tulis akan mampu terwujud suatu saat. Saya teringat perkataan seorang motivator yang mengatakan cita-cita dan impian kita dapat terwujud jika kita melakukan 3 hal, yaitu memikirkannya, mengucapkannya, dan menuliskannya. Dengan memikirkan impian dan cita-cita yang ingin kita capai, otak dan alam bawah sadar akan menstimulus diri kita untuk senantiasa berusaha mewujudkan impian kita itu. Itulah kekuatan pikiran. Selain memasukan impian dalam pikiran kita, kita juga harus berani untuk mengatakannya kepada diri dan orang lain agar kita tersugesti untuk berusaha keras mewujudkannya. Hal ini yang sering saya temui dalam seminar ataupun training-training motivasi dimana biasanya peserta training diminta mengatakan impian dan cita-citanya dihadapan peserta lain dengan lantang. Mengatakan apa impian dan keinginan kita dapat membuatnya melekat semakin kuat didalam otak kita. Selain itu, dengan mengatakan impian kita kepada orang lain, tidak jarang kita justru akan mendapatkan kata "Amin" sebagai doa agar perkataan kita terkabul. 


Ada satu hal lagi agar impian dan cita-cita kita benar-benar akan terwujud adalah, ya tepat sekali, MENULISKANNYA. Sudah banyak kisah nyata yang terjadi tentang hal ini. Beberapa diantaranya adalah kisah sukses seorang mahasiswa yang sejak pertama kali masuk kampus, dia menuliskan 100 impiannya dalam secarik kertas dan kemudian menempelkannya di dinding kamar kos. Apa yang terjadi?keseratus impiannya itu lambat laun tercapai. Setiap kali ia berhasil mewujudkan salah satu daftar impiannya itu, ia mencoret nomor mimpinya. Hari terus berganti, dan faktanya daftar impian dan cita-cita mahasiswa tersebut makin lama berisi penuh dengan coretan. Mimpinya lama-lama terlaksana seluruhnya. Menuliskan impian dan keinginan kita akan membuat semangat dan motivasi untuk mewujudkan itu menjadi berlipat ganda besarnya, selain tentunya semakin melekatkan impian kita didalam sel-sel terkecil otak kita. Itulah salah satu kekuatan menulis.


Saya pun sepertinya membuktikan salah satu kekuatan menulis, yakni impian dan keinginan yang kita tulis akan terwujud kelak kemudian hari.

Ada satu tulisan saya yang saya baca kembali, judulnya adalah "Where The Way You Choose (jalan mana yang kau pilih)", tulisan yang pernah saya tulis pada pertengahan tahun 2010 ini membuat mata saya terbelakak dan sedikit merinding. Bahwa ternyata beberapa mimpi yang saya tulis dalam tulisan ini mewujud adanya. Ini adalah beberapa cuplikan dari tulisan itu:
Bukankah aku harus menentukan pilihan dan jalanku sendiri?Dari sekian banyak pendapat itu, aku ingin menarik kesimpulan yang akan aku putuskan menjadi jalan yang aku pilih sendiri. Keputusakanku itu aku jadikan landasan dalam berkarya kedepannya. 
Yaa, jadi aku pikir, aku akan lulus setandar saja (max 5 tahun) namun dalam kurun waktu itu aku jauh memiliki banyak ilmu dan pengalaman dalam berbagai hal. Namun aku ingin fokus pada pengalaman tertentu agar aku mempunyai keahlian spesifik. Itulah keputusanku, lulus tidak terlalu lama (sedang) namun dengan pengalaman yang melimpah. Oleh karena itu diperlukan perjuangan, disiplin, dan perencanaan yang matang agar semuanya dapat tercapai. Sebelum lulus, aku merencanakan target apa saja yang ingin aku raih: aku harus lancar dan ahli berbahasa inggris, pengalaman organisasi diperbanyak, aktif di lembaga non kampus, mengembangkan olahraga dan seni, perbanyak ikut kegiatan, dan yang terakhir aku ingin pergi keluar negeri.
Saya ternyata pernah menulis impian saya untuk pergi keluar negeri dan itu pun terwujud. Sekarang, saat saya merasa gelisah dengan ketidakmampuan saya menyelesaikan study secepat yang saya inginkan, setelah saya membaca kembali tulisan saya ini saya jadi sadar, bahwa ternyata kegelisahan saya itu tidak cukup beralasan. Karena toh, saya pernah menulis dan memutuskan bahwa saya akan lulus standar saja yakni maksimal 5 tahun. Semoga saya masih punya cukup waktu untuk menyelesaikan masa studi saya kurang dari itu. 


Akhirnya saya merasa, bahwa sekarang ini, perjalanan hidup saya penuh dengan hal luar biasa. Allah Maha Tahu segalanya. 


Karena itu, tulislah impian dan cita-cita kamu (kembali).

2 komentar:

  1. siip...keep ur spirit with writing...
    :)
    Aku juga semangat menulis karena sebagai terapi hati, menguraikan imajinasi dan mimpi, dan menjadikan tulisan sebagai batu semangat yang tak bertepi...
    #semangat menulis!!

    BalasHapus

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu