Bolehlah aku bercuap sedikit tentang hal sedikit berbau politik. Baru-baru ini aku tidak bisa memberikan hak suaraku dalam pemilu gubernur
Jawa Tengah. Tapi aku cukup sering memperhatikan update berita terbaru saat
pemilihan hingga penetapan pemenang. Aku patut bersyukur karena beberapa minggu
belakangan ini lampu PLN sudah menyala cukup rutin. Aku pun bisa menonton
berita di televisi. Bolehlah sedikit, aku berkomentar tentang berita pilkada
Jawa Tengah yang akhirnya menentukan Ganjar Pranowo sebagai gubernur Jateng
periode 2013-2018.
Dalam sistem pemerintahan yang demokratis seperti di Indonesia, kita perlu
memahami sebenarnya siapa si penguasa sebenarnya?. Semua orang pasti sepakat bahwa, iya, penguasa
sebenarnya adalah rakyat. Seperti yang diistilahkan oleh presiden AS Abraham
Lincoln; dari, oleh, dan untuk rakyat. Rakyat lah yang menentukan siapa yang
akan menjadi pemimpin mereka. Pada dasarnya, orang yang terpilih
sebagai pemimpin adalah ia yang diberi amanah oleh rakyat untuk memimpin
mereka. Jadi yang memberi kedudukan sebagai gubernur itu siapa?Ketua Umum
partai?ya bukan lah!. Rakyat dong pastinya.
Pemimpin dalam sistem pemerintahan seperti dewasa ini, mereka itu, baik secara harfiah atau lahiriah adalah pelayan rakyat. Mereka yang memberi pelayanan kepada masyarakat demi menggapai tujuan bersama. Harus diingat, mereka itu adalah abdi-nya rakyat.
Lalu mengapa setelah KPU resmi menentukan seseorang menjadi gubernur, yang
pertama kali di-sowan-i kok ketua umum partai bukannya rakyat?. Menurutku,
pihak pertama yang harus didatangi dan diberi ucapan terimakasih adalah
masyarakat umum yang telah memberikan hak suaranya, yang telah menjadikan
seseorang jadi gubernur. Partai, dalam sebuah lomba banyak-banyakan suara,
tentunya sudah punya cara untuk menggerakan mesin partainya mulai dari bawah
sampai atas agar seseorang bisa jadi pimpinan dalam lembaga negara. Tapi partai
bukanlah apa-apa jika tidak ada rakyat. Jika boleh dihitung pun, masyarakat yang menggunakan hak pilihnya atau sumber suara, bukanlah pengurus partai. Mayoritas
masyarakat tidak bersinggungan langsung dengan partai. Banyak masyarakat yang tidak berinfiltrasi langsung atau tidak langsung dengan paham atau ideologi partai tertentu. Mereka kebanyakan memilih pemimpin bukan karena partainya, tapi tokohnya dan karakternya. Di Indonesia sekarang ini, belum banyak orang yang setia dan
percaya pada partai.
Menjadi gubernur, bupati, ataupun anggota dewan hakikatnya adalah sebagai
wakil rakyat di lembaga pemerintah untuk menyalurkan kepentingan rakyat dan memimpinnya. Mereka
ini adalah wakilnya rakyat. Rakyat telah mimilih mereka dan memberi hak
istimewa berupa kedudukan. Penguasa sebenarnya siapa?ya rakyat. Bagaimanapun
juga, rakyat si penguasanya, rakyat rajanya. Seseorang bisa jadi pejabat berkat rakyat, bukan pemimpin partai. Pengisi jabatan publik seperti
gubernur, bupati, wakil rakyat sejatinya adalah pelayan rakyat. Mereka menanyakan kehendak rakyat, melaksanakannya, dan memberi laporan hasilnya.
Itulah yang menurutku perlu diingat oleh setiap pemimpin negara ini.
Setelah menang, rakyat lah yang pertama berhak menerima ucapan terimakasih.
Rakyat lah pihak pertama yang berhak di-sowan-i. Karenanya menurutku, setelah
resmi dinyatakan sebagai pemenang oleh KPU, datangi rakyat dan katakan
terimakasih pada mereka serta tanyakan apa maunya. Dan tentu, LAKSANKAN kehendak mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar