Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Selasa, 22 April 2014

Recovery (2): Lebih Baik

Jumat (18 April 2014) bisa saya katakan adalah salah satu hari spesial di bulan April ini. Selain di hari itu adalah libur kerja, di hari itu pula saya bertemu kembali dengan teman-teman seorganisasi pas kuliah dulu; BEM KM UNDIP 2011. Acara meet up ini bermula dari obrolan ringan di group whatsup PSDM. Akhirnya kami menyepakati untuk bertemu. Kami bertemu di Kebun Binatang Ragunan. Tidak semua anggota PSDM bisa datang memang, namun acara meet up Jumat kemarin berasa sangat manfaatnya. 

Frienship is more than just a word
Itulah untuk kali pertama saya bertemu mereka setelah saya lulus. Hampir dua tahun kami tidak bertemu. Hanya sesekali paling beradu sapa di media social.  Kita tidak pernah tahu apa yang dialami seseorang selain orang itu sendiri dan Tuhan tentunya. Semua peristiwa hidup seseorang dapat membuatnya berubah. Ya, semua orang berubah, everybody change. Termasuk teman-teman saya ini. Ada yang berubah penampilannya, ada pula yang berubah pemikirannya. Untuk yang terakhir ini, mungkin saya salah satunya. Namun ada juga yang kelihatannya masih sama seperti dulu.

Senin, 21 April 2014

Recovery (1) : Bersyukur

Welcome Monday!. Senin??!!, yeahhhh!!.  I love Monday *selfperception*. Tidak terasa, Senin kembali menyapa. Setelah libur 3 hari yang menginspirasi, kini saya kembali harus menatap dunia nyata. Seperti biasa, saya bergegas menuju stasiun kereta, berjalan kaki dan melintasi jalanan penuh kendaraan beroda. Tiba di stasiun pukul 06.25. Tidak lama kereta pun tiba, saya berdesakan, sedikit memaksa untuk masuk dalam rangakian gerbong kereta. Kereta sudah penuh, tidak ada cara lebih sopan lainnya untuk masuk. Mendorong dan mendesak lebih sopan dibanding harus menerjang atau memaksa dengan teriakan. Tergencet ditengah kerumunan manusia dan terpepet daun pintu gerbong sudah biasa. Ketika kereta condong karena harus berbelok, tekanannya jadi luar biasa. Seperti tertindih berton-ton baja. 

Obrolan dengan kedua kakak perempuan saya, Minggu (20 April 2014) kembali terngiang. Bagaimana perjuangan dan penderitaaan mereka semenjak kecil membuat saya berpikir: "Apa yang saya lakukan ini tidaklah ada apa-apanya". Apalagi jika terbayang kerasnya Bapak saya bekerja, mencangkul dan mengolah sawah di desa, ahhh....malu rasanya saya mengutuk atau sekedar mengeluh tentang hidup saya. 

Dibawah tanah masih ada tanah. Ungkapan ini kembali mengingatkan saya betapa sejujurnya hidup saya ini jauh lebih beruntung dibandingkan beberapa orang diluar sana. Pemandangan sepanjang pinggiran rel kereta menuju tempat kerja membuktikan bahwa kalimat saya sebelumnya benar adanya: saya jauh lebih beruntung

Saya melihat deretan rumah kumuh di pinggir rel kereta. Beratapkan terpal dan berdinding triplek. Onggokan sampah-sampah dan botol-botol bekas dimana-mana. Seorang ibu-ibu sedang memompa kran air dari sumur untuk mencuci dan seorang pria paruh baya sedang membersihkan gerobaknya. Baju-baju dijemur berjajar diatas "atap" rumah-rumah itu. Melihat pemandangan seperti ini, kembali saya diingatkan betapa saya seharusnya lebih bersyukur dengan hidup saya. Meskipun belum punya rumah sendiri, saya tinggal dirumah kakak saya yang sangat layak. Semuanya ada. Sejelek-jeleknya rumah keluarga saya, masih jauh lebih layak rumah keluarga saya. Tidak ada diantara kami yang mempunyai rumah beratap terpal dan berdinding triplek. Bayangkan, apa lagi yang kurang?.

Selasa, 08 April 2014

Bahaya Wanita dan Dosa

Allah sudah mewanti-wanti manusia, begini bunyinya "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik" (Ali ‘Imran: 14). Semua manusia, tanpa terkecuali, mempunyai pandangan seperti ini dan ini adalah bagian nafsu atau syahwat manusia. Menurut sebuah artikel yang saya baca, nafsu atau syahwat diciptakan oleh Allah untuk dimiliki setiap manusia dengan tujuan agar ibadah mempunyai arti dan tujuan. Niscaya jika manusia tanpa punya nafsu maka ibadah tidak lagi mempunyai faedahnya karena manusia akan melaksanakan ibadah atau perintah Allah tanpa halangan dan rintangan apapun. Manusia yang berhasil mengendalikan nafsunya inilah yang akan diangkat derajatnya lebih tinggi dibandingkan manusia lain. Disinilah spesialnya manusia di mata Tuhan. 

Bagian terbesar dari nafsu manusia adalah wanita. Bagi para lelaki, wanita bisa menjadi sebuah alasan atau sumber dari segala tindakan. Baik tindakan buruk maupun baik. Terutama wanita cantik, karena siapa yang tidak ingin mempunyai wanita cantik?. Semua lelaki pasti ingin memiliki. Bagi kaum lelaki yang memang dari sononya punya nafsu pada wanita, apalagi yang cantik, perlu berhati-hati dalam mengelola nafsu dan keinginan ini. Memang sudah fitrah laki-laki, tapi fitrah ini tidak boleh dibiarkan tanpa kendali karena justru fitrah ini dapat membawa manusia pada mala petaka. 

Apalagi di jaman seperti sekarang, banyak wanita dengan penampilan menawan bertebaran dimana-mana. Mulai dari yang cantik dengan hijabnya, sampai yang cantik dengan kemolekan tubuhnya. Yang menawan dengan menunjukan wajah cantik dan tubuh moleknya ini yang sering membahayakan, apalagi bagi lelaki yang belum kuat mengendalikan nafsu nya sendiri. 

Senin, 07 April 2014

Teman

Saya awali tulisan saya di bulan April ini dengan rasa syukur. 

Saya bersyukur masih hidup hingga detik ini (serius!).  Saya bersyukur masih mempunyai teman yang bisa membuat saya berfikir "Saya hanya ingin lebih baik".  Saya bersyukur, perlahan-lahan, di bulan April ini, keinginan untuk lebih mendekatkan diri (lagi) pada Allah SWT mulai muncul dalam tindakan. Tidak lagi sebatas angan-angan. Kuncinya adalah pergaulan=teman. Saya menyadari sepenuhnya bahwa saya membutuhkan pergaulan yang baik agar keinginan saya memperbaiki diri dapat terealisasi perlahan-lahan. Rasullullah bersabda "Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman. Jelas bahwa pengaruh teman atau pergaulan kita terhadap perilaku diri sangat besar. Saya bersyukur saya masih mempunyai teman, sahabat seperti itu di sini (Jakarta).
Kiri-kanan: Ansar, Hendri, Saya, dan Mas Haeril dalam sebuah acara US Embassy di @america
Saya bertemu dengan teman lama saya, ex-program beasiswa ke USA 3 tahun lalu. Dia sudah bekerja di Jakarta sejak 2012. Saya tahu ia (InsyaALLAH) adalah orang sholeh dan tidak neko-neko. Dia adalah salah satu teman dekat saya sejak kami sama-sama di satu program beasiswa beberapa tahun lalu. Kami masih sering berkomunikasi meskipun saling berjauhan. Setelah saya tinggal di Jakarta, akhirnya kami bisa kembali bertemu dan berbagi cerita lagi seperti dulu.

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu