Welcome Monday!. Senin??!!, yeahhhh!!. I love Monday *selfperception*. Tidak terasa, Senin kembali menyapa. Setelah libur 3 hari yang menginspirasi, kini saya kembali harus menatap dunia nyata. Seperti biasa, saya bergegas menuju stasiun kereta, berjalan kaki dan melintasi jalanan penuh kendaraan beroda. Tiba di stasiun pukul 06.25. Tidak lama kereta pun tiba, saya berdesakan, sedikit memaksa untuk masuk dalam rangakian gerbong kereta. Kereta sudah penuh, tidak ada cara lebih sopan lainnya untuk masuk. Mendorong dan mendesak lebih sopan dibanding harus menerjang atau memaksa dengan teriakan. Tergencet ditengah kerumunan manusia dan terpepet daun pintu gerbong sudah biasa. Ketika kereta condong karena harus berbelok, tekanannya jadi luar biasa. Seperti tertindih berton-ton baja.
Obrolan dengan kedua kakak perempuan saya, Minggu (20 April 2014) kembali terngiang. Bagaimana perjuangan dan penderitaaan mereka semenjak kecil membuat saya berpikir: "Apa yang saya lakukan ini tidaklah ada apa-apanya". Apalagi jika terbayang kerasnya Bapak saya bekerja, mencangkul dan mengolah sawah di desa, ahhh....malu rasanya saya mengutuk atau sekedar mengeluh tentang hidup saya.
Dibawah tanah masih ada tanah. Ungkapan ini kembali mengingatkan saya betapa sejujurnya hidup saya ini jauh lebih beruntung dibandingkan beberapa orang diluar sana. Pemandangan sepanjang pinggiran rel kereta menuju tempat kerja membuktikan bahwa kalimat saya sebelumnya benar adanya: saya jauh lebih beruntung.
Saya melihat deretan rumah kumuh di pinggir rel kereta. Beratapkan terpal dan berdinding triplek. Onggokan sampah-sampah dan botol-botol bekas dimana-mana. Seorang ibu-ibu sedang memompa kran air dari sumur untuk mencuci dan seorang pria paruh baya sedang membersihkan gerobaknya. Baju-baju dijemur berjajar diatas "atap" rumah-rumah itu. Melihat pemandangan seperti ini, kembali saya diingatkan betapa saya seharusnya lebih bersyukur dengan hidup saya. Meskipun belum punya rumah sendiri, saya tinggal dirumah kakak saya yang sangat layak. Semuanya ada. Sejelek-jeleknya rumah keluarga saya, masih jauh lebih layak rumah keluarga saya. Tidak ada diantara kami yang mempunyai rumah beratap terpal dan berdinding triplek. Bayangkan, apa lagi yang kurang?.