Saya awali tulisan saya di bulan April ini dengan rasa syukur.
Saya bersyukur masih hidup hingga detik ini (serius!). Saya bersyukur masih mempunyai teman yang bisa membuat saya berfikir "Saya hanya ingin lebih baik". Saya bersyukur, perlahan-lahan, di bulan April ini, keinginan untuk lebih mendekatkan diri (lagi) pada Allah SWT mulai muncul dalam tindakan. Tidak lagi sebatas angan-angan. Kuncinya adalah pergaulan=teman. Saya menyadari sepenuhnya bahwa saya membutuhkan pergaulan yang baik agar keinginan saya memperbaiki diri dapat terealisasi perlahan-lahan. Rasullullah bersabda "Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman“. Jelas bahwa pengaruh teman atau pergaulan kita terhadap perilaku diri sangat besar. Saya bersyukur saya masih mempunyai teman, sahabat seperti itu di sini (Jakarta).
Kiri-kanan: Ansar, Hendri, Saya, dan Mas Haeril dalam sebuah acara US Embassy di @america |
Saya bertemu dengan teman lama saya, ex-program beasiswa ke USA 3 tahun lalu. Dia sudah bekerja di Jakarta sejak 2012. Saya tahu ia (InsyaALLAH) adalah orang sholeh dan tidak neko-neko. Dia adalah salah satu teman dekat saya sejak kami sama-sama di satu program beasiswa beberapa tahun lalu. Kami masih sering berkomunikasi meskipun saling berjauhan. Setelah saya tinggal di Jakarta, akhirnya kami bisa kembali bertemu dan berbagi cerita lagi seperti dulu.
Saya berkunjung ke kontrakannya beberapa waktu lalu, bahkan sempat menginap satu malam disana. Sebelum ke kontrakannya, kami menyempatkan diri sholat isya di Masjid Sunda Kelapa, dekat Taman Suropati Jakarta. Disanalah teman saya ini mengikuti acara kajian Islam rutin tiap minggunya. Saya memang bertanya kepadanya tentang adakah program kajian Islam yang bisa saya ikuti. Ternyata saya tidak salah bertanya kepadanya, karena ia sudah lama ikut program kajian rutin disitu bahkan menjadi salah satu pengurusnya. Pucuk dicinta, akhirnya saya katakan saya ingin ikut. Sehabis sholat isya, saya bertemu dengan beberapa teman pengajian teman saya. Saya berkenalan dengan mereka dan berbincang-bincang sebentar. Ada sekitar 3 orang waktu itu. Dua orang diantara mereka, teman saya panggil dengan sebutan Ustadz. Wajah dua orang itu memang nampak lebih matang (dewasa). Sedangkan satunya, masih seumuran dengan kami. Dalam sepanjang perbincangan kami, entahlah saya tidak tahu bagaimana mengutarakannya, hanya ada semacam rasa rindu dengan kosakata-kosakata perbincangan kami malam itu. Seperti "Akhi, Antum, Ane, Syukron, dll". Ahhh, rasanya sudah lama sekali saya tidak mendengar dan berkumul dengan suasana seperti itu. Ada perasaan tenang setiap kali berbincang dengan sekumpulan orang-orang ini.
Sehabis itu, gerak hati untuk menjadi manusia yang lebih baik rasanya berlipat-lipat karena mengetahui saya mempunyai kesempatan untuk menjadi bagian dari mereka. Saya ingin mendapatkan siraman rohani setidaknya satu minggu sekali dan bergaul dengan orang-orang seperti mereka agar dunia saya kembali damai.
Selain perasaan ingin menjadi lebih baik, ada satu ikatan yang sulit pula saya utarakan setiap kali bertemu teman saya ini. Pembicaraan kami seolah selalu saja nyambung dan nyaman, entah mau topik apapun. Mulai dari yang serius seperti negara, politik, pernikahan, karir, organisasi, sampai yang remeh seperti jual beli handphone. Karena itulah, saya senang bermain dan berkumpul dengan teman-teman seperti dia.
Kami terlibat dalam satu organisasi yang sama, yakni organisasi alumni program beasiswa ke USA. IELSP Alumni Association (IAA) namanya dan ia adalah sang president. Kebetulan kami sedang membahas inisiasi suatu project #semoga project ini terlaksana. Hingga jadilah project ini yang sering membuat kami sering bertemu, meskipun kami selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Kami terlibat dalam satu organisasi yang sama, yakni organisasi alumni program beasiswa ke USA. IELSP Alumni Association (IAA) namanya dan ia adalah sang president. Kebetulan kami sedang membahas inisiasi suatu project #semoga project ini terlaksana. Hingga jadilah project ini yang sering membuat kami sering bertemu, meskipun kami selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Teman saya ini bernama Ansarullah Halim. Pemuda 25 tahun yang luar biasa, dalam kacamata saya. Dia adalah lulusan ITS, Teknik Elektro. Berasal dari kampung bernama Sinjai di Sulawesi Selatan. Berotak encer dan juga bergelar Mahasiswa Berpretasi ITS tidak membuatnya melupakan asal usulnya. Dia selalu terlibat aktif dalam aktivitas sosial untuk mendukung kemajuan pendidikan anak-anak yang sedikit kurang beruntung.
Ada juga salah satu teman di satu organisasi saya sekarang yang juga mempunyai karakter seperti teman saya ini. Berjiwa sosial dan peduli atas kemajuan pendidikan anak-anak di daerah-daerah. Namanya adalah Hendriyadi. Ia cukup dikenal banyak orang. Berasal dari derah di SulSel juga, ia berhasil lulus dengan beasiswa penuh di Universitas Trisakti. Ia sudah menyabet banyak penghargaan dan menginisiasi gerakan sosial pendidikan dan menggalang dukungan mahasiswa serta anak muda. Juli tahun ini dia terpilih bersama 4 pemuda lain mewakili Indonesia untuk mengikuti training socio-ecopreneur di Washington, USA.
Ada juga salah satu teman di satu organisasi saya sekarang yang juga mempunyai karakter seperti teman saya ini. Berjiwa sosial dan peduli atas kemajuan pendidikan anak-anak di daerah-daerah. Namanya adalah Hendriyadi. Ia cukup dikenal banyak orang. Berasal dari derah di SulSel juga, ia berhasil lulus dengan beasiswa penuh di Universitas Trisakti. Ia sudah menyabet banyak penghargaan dan menginisiasi gerakan sosial pendidikan dan menggalang dukungan mahasiswa serta anak muda. Juli tahun ini dia terpilih bersama 4 pemuda lain mewakili Indonesia untuk mengikuti training socio-ecopreneur di Washington, USA.
Bersama mereka ini, saya merasa lebih bersemangat dan tidak habisnya mengeluarkan ide-ide. Setiap kali ada kesempatan kami bertemu, meski cuma sebentar, rasanya dapat mengisi ulang kembali gairah saya tentang hidup ini. Saya senang ngobrol dan diskusi memang, nah bersama mereka ini, obrolan dan diskusi kami terasa hangat dan mengakrabkan. Saya makin optimis dan berpikir positif, setidaknya dalam memandang diri saya sendiri. Alhamdulillah, pertemanan mempunyai banyak sisi positif dengan mereka. Saya masih mempunyai teman-teman yang mampu membuat saya bangkit dan berlari kembali.
Sangat layak bersyukur mempunyai teman-teman hebat seperti mereka. Selain kepeduliannya terhadap masyarakat yang sangat mengagumkan, saya dapat meneladani keistikomahan mereka dalam perilaku ibadahnya.
Dan akhirnya, saya ingat sebuah riwayat bahwa siapa yang mendekati Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendekatinya dengan berlari. Saya percaya. Saya yakin. Allah tidak pernah abai terhadap hamba-Nya yang ingin mencari jalan kembali.
InsyaALLAH
InsyaALLAH
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar