Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 10 Oktober 2011

“Personal Capacity Building untuk Aktifis Mahasiswa”

Aku pernah berpikir suatu ketika tentang makna dari aktivis kampus, aktifis sosial, aktifis lingkungan, dan beberapa sebutan lainnya yang menggunakan embel-embel kata aktifis. Apa si sebenarnya makna aktifis itu? Suatu saat aku pernah membuat guyonan dengan salah seorang teman, bahwa sebenarnya semua mahasiswa layak disebut sebagai aktifis kampus. Kenapa?karena kalau dilihat dari asal katanya, aktifis berasal dari kata aktif yang berarti "melakukan sesuatu" atau "tidak diam". Lawan kata aktif adalah pasif. Bukankah semua mahasiswa itu ikut kuliah, praktikum, mengerjakan tugas, belajar, dan melakukan banyak aktifitas lainnya?Tidak ada mahasiswa yang kerjaannya hanya diam saja kan?. Itu guyonan yang aku lontarkan kepada temanku waktu itu. Pernah suatu ketika saat aku berbagi cerita kepada mahasiswa tingkat dua di salah satu jurusan di kampusku dan aku meminta pendapat mereka tentang definisi aktifis kampus, aku mendapatkan beberapa jawaban yang beragam. Ada satu pendapat yang disampaikan oleh salah satu dari mereka--yang juga sama seperti yang aku yakini--bahwa aktifis itu tidak hanya mengambil manfaat dari apa yang ia ikuti tapi juga peduli dan memberikan kontribusi kepada apa yang ia ikuti. Mengambil manfaat dan memberikan manfaat. Mengambil kemajuan dan memberikan kemajuan.Ada timbal balik perbaikan diantara aktifis dengan organisasi, institusi, atau lingkungan dimana ia berada. Itulah pendapat ku tentang makna dari aktifis.

Aktifis kampus biasanya merujuk pada mereka yang aktif di organisasi atau lembaga mahasiswa di kampus, seperti BEM, Senat, HMJ, dan UKK. Aku akan mempersempit bahasanku ini dengan pada mereka yang aktif di organisasi kampus, yang aku sebut sebagai aktifis kampus atau aktifis mahasiswa. Keberadaan organisasi mahasiswa dan aktifis yang ada didalamnya sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi untuk mendidik mahasiswa di kampus mempunyai soft skill (karakter atau nilai) yang mumpuni. Organisasi mahasiswa sering menjadi tempat para pejabat kampus menerjemahkan kebijakan mereka. Lalu, sebagai seorang aktifis kampus yang mempunyai tanggung jawab mengelola sistem pemerintahan mahasiswa di kampus dan mempunyai keinginan untuk memajukan almamater dan organisasinya, maka (menurutku) adalah sebuah kewajiban bagi para aktifis kampus untuk mempunyai keahlian atau kebisaan diatas rata-rata mahasiswa lainnya. Karena itulah, sebagai aktifis kampus sikap untuk terus mengembangkan dan meningkatkan personal capacity harus terus disuburkan. Mengapa demikian?Mengapa aktifis kampus harus mempunyai capability dan capacity  diatas rata-rata mahasiswa kebanyakan? Dan kemampuan apa yang seharusnya dipunyai oleh para aktifis kampus?

Ada beberapa alasan mengapa aktifis kampus harus mempunyai personal capacity yang tinggi, diantaranya adalah:

1.Aktifis kampus merupakan penanggung jawab sistem pemerintahan mahasiswa, baik itu di tingkat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Semua organisasi mahasiswa memerankan peran didalam 3 sektor tersebut. Sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap keberjalanan, keberlangsungan, keberlanjutan sistem pemerintahan mahasiswa yang sering diwarnai dengan berbagai macam dinamika, maka kapasitas dan kapabilitas aktifis kampus yang mengelola itu semua haruslah memang pantas atau layak. Karena itu, sistem pemerintahan mahasiswa sebagai wadah pengembangan potensi mahasiswa di segala bidang itu harus dikelola oleh orang-orang yang berkompeten dan mempunyai kualitas diatas rata-rata. 

2. Aktfis kampus adalah penyambung aspirasi penghuni kampus kepada  pejabat kampus. Pengurus BEM, Senat, HMJ, dan UKK adalah mereka yang mempunyai banyak sekali program kerja dan pada umumnya sering berkomunikasi dengan pejabat kampus untuk merealisasikan program-program mereka. Secara langsung maupun tidak, mereka pasti akan mengutarakan aspirasi mereka kepada pejabat kampus tentang kondisi atau fakta dilapangan kepada pejabat kampus agar terjadi perbaikan baik itu perbaikan fisik maupun non-fisik. Mereka juga sering dimintai pertimbangan atau hanya pun diajak berkoordinasi tentang kebijakan-kebijakan yang akan diturunkan oleh pihak kampus. Karena itu, sebagai aktifis kampus, kapasitas di atas rata-rata harus dipunyai karena aktifis kampus adalah penyambung aspirasi mahasiswa. 

2. The worth of a state, in the long run is the worth of individuals composing it (John Stuart Mill). Ini adalah kalimat yang aku ambil dari buku Marwah Daud Ibrahim, seorang mantan anggota DPR dan aktivis perempuan dari Sulawesi Selatan. Kalimat itu disadur dari seorang filsuf Inggris, John Stuart Mill, yang hidup pada tahun 1800-an. Jika kita ingin membangun sebuah negara yang besar dan berharga, maka negara itu harus berisikan oleh orang-orang besar dan berharga yang menyusun negara itu. Demikian pula dengan organisasi atau pun almamater dimana kita berada. Jika kita ingin membuat organisasi dan alamameter kita berkualitas, kita harus membuat setiap individu atau SDM yang ada didalamnya juga berkualitas. Dengan kata lain, setiap aktifis kampus (dan juga seluruh warga kampus) harus mempunyai kesadaran bahwa kualitas organisasi dan almamater tidak hanya bergantung dari siapa ketua organisasi, siapa dekan, atau rektornya, tapi sangat tergantung juga setiap orang yang ada didalamnya. Karena itu, agar organisasi dan almamater mempunyai kualitas nomer wahid, maka setiap aktifis kampus (apapun posisi dan fungsinya) harus berlomba-lomba mempunyai kualitas nomer wahid dibidang keahliannya masing-masing.

3. "Kualitas KADER adalah CERMINAN dari kualitas organisasi”. Aku ambil ide pemikiran ini dari seorang Presiden KM ITB 2009, Sdr. Ridwansyah Yusuf Achmad, bahwa kualitas organisasi dapat dilihat dari seberapa kualitas kader atau pengurus organisasi yang ada didalamnya. Sejatinya tidak hanya untuk organisasi saja kalimat itu berlaku,  seberapa berkualitaskah suatu perguruan tinggi  dapat dilihat dari seberapa berkualitaskah mahasiswa yang ada didalamnya maupun alumninya. Begitu juga dengan kualitas sebuah negara dapat dilihat dari kualitas rakyatnya. Karena itu, setiap kader atau pengurus organisasi atau aktifis kampus harus sadar bahwa pribadi, sikapnya, karakternya, dan ucapannya adalah cermin dari organisasi yang ia ikuti. Penilaian orang lain atau masyarakat kampus terhadap organisasi mahasiswa salah satunya pasti akan bersumber pada kondisi kader-kader organisasi tersebut. Contohnya, jika ada HMJ jurusan tertentu sering mengirimkan kader-kadernya mengikuti lomba robot dan sering menjadi juara, maka orang lain akan menilai kalau kader-kader HMJ tersebut pandai membuat robot, tapi apakah semua kader HMJ tersebut pandai membuat robot?. Belum tentu. Oleh karena itu, menjadi kewajiban setiap aktifis kampus untuk mempunyai kapasitas dan kapabilitas diatas rata-rata mahasiswa yang lainnya karena hal itu akan menjadi landasan penilaian orang terhadap organisasi dan almamaternya.

4. Dirasakan atau pun tidak, seorang kader organisasi mahasiswa atau aktifis kampus sering dianggap sebagai pelopor kebaikan, perubahan dan  menjadi contoh serta teladan bagi mahasiswa yang lainnya. Aktifis kampus, siapapun itu, yang aktif di BEM, Senat, HMJ, dan UKK pada umumnya adalah figur atau tokoh mahasiswa yang lain, lebih dikenal dan terkenal baik di kalangan mahasiswa, pejabat kampus, maupun pegawai kampus. Karena itu aktifis mahasiswa harus mempunyai “PRESTASI”. Setiap aktifis mahasiswa harus berprestasi dibidang dan kemampuannya masing-masing, misalnya di bidang seni, olahraga, budaya, kepemimpinan, riset dan tulis menulis. Sehingga, para aktifis mahasiswa layak dijadikan contoh dan teladan bagi mahasiswa yang lain agar mendukung terciptanya atmosfer kampus yang prestatif. 

Kemampuan apa sajakah yang harus dikuasai oleh aktifis mahasiswa sebagai bentuk peningkatan kapasitas personal mereka? Dalam makalahnya Bandi Sobandi, Dosen UPI Bandung, menyebutkan bahwa mahasiswa harus mempunyai kompetensi berat, ringan, dan kompetitif. Komptensi berat adalah mahasiswa menguasai betul bidang disiplin ilmunya masing-masing. Kompetensi ringan adalah mahasiswa mempunyai kemampuan kreativitas, inovasi, penguasaan berbagai bahasa, komunikasi dan analisis. Sedangkan kompetensi kompetitif adalah berkaitan dengan mendapatkan keputusan kerja, ketelitian dan bekerja sama dalam tim. Menurut data dari National of Association of Colleges an Employers (2002) (dalam makalah yang ditulis oleh Bandi Sobandi) yang berpusat di USA, ada beberapa kriteria seseorang lulusan perguruan tinggi yang diharapkan oleh dunia kerja, 7 kriteria teratas dari total 20 kriteria adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi
2. Kejujuran/integritas
3. Kemampuan bekerja sama
4. Kemampuan interpersonal
5. Beretika
6. Motivasi dan inisiatif,
7. Kemampuan beradaptasi, dst...

Sekedar diketahui bahwa IPK hanya berada pada posisi 17 dari 20 kriteria lulusan perguruan tinggi yang diharapkan oleh dunia kerja. Tapi IPK adalah kriteria penilaian yang juga penting, Anis Baswedan mengatakan bahwa “The high GPA only will get you a job interview, but it's your leadership that will get you to your future". Tanpa nilai IPK yang baik, kita akan sulit  mendapat kesempatan interview kerja. 

Sekilas hal - hal itu lah yang seharusnya dikuasai oleh setiap aktifis mahasiswa sehingga mereka tidak hanya sekedar menjadi aktifis mahasiswa yang pandai dalam berorganisasi dan berbicara saja, melainkan mereka dapat menjadi aktifis mahasiswa yang "seimbang" antara akademik dan non-akademiknya. Dan yang yang tidak kalah penting adalah menjadi aktifis mahasiswa yang mempunyai kapasitas, kapabilitas, dan prestasi diatas rata-rata mahasiswa yang lain. Aktifis mahasiswa seperti itu lah yang baik untuk dicontoh dan diteladani. 

Bagaimana caranya agar aktifis kampus mempunyai kesadaran untuk mencapai semua itu?Menurutku ada 3 cara agar nilai-nilai tersebut dimiliki oleh setiap aktifis mahasiswa, yaitu:
1. Belajar secara aktif,
2. Motivasi internal, dan 
3. Konsisten.

Kapasitas berbanding lurus dengan kontribusi. Ibarat sebuah gelas, semakin besar ukuran gelas akan semakin besar jumlah air yang bisa ia tampung dan berikan. Semakin besar dan banyak ilmu seseorang, semakin besar kontribusi dan kemanfaatannya bagi sesama.
Teruslah belajar dan berkontribusi untuk kejayaan almamater dan bangsa.......................

by: panca dias purnomo
Minggu, 09 Oktober 2011
source: http://pancagarden.blogspot.com

1 komentar:

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu