Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 01 Januari 2012

Kampusku Suatu Saat Nanti (part.7-habis)

*****
Aku berjalan mendekati pintu utama. Aku berdiri didepan sebuah kotak besar yang berisi berbagai macam informasi. Disana ada berbagai macam ikon bergambar, yang bisa memberikan informasi kepada siapa saja yang menekan ikon tersebut. Ada ikon bergambar dan bertuliskan “map”, “room”, “schedule”, “activities”, dan lain sebagainya. Ternyata layar besar ini, semacam pusat informasi semua kegiatan kemahasiswaaan di fakultasku. Semua bisa mengaksesnya informasi didalamnya hanya dekan cukup menekan tombol ikon yang diinginkan atau disana juga tertulis “click us at www.scfpik.undip.ac.id”. Tinggal klik saja sesuai dengan alamat website yang tersedia. Benar-benar sudah sangat maju sekarang, berbeda ketika jamanku aktif di organisasi mahasiswa.  Gambar-gambar di layar sentuh ini pun berganti-ganti dengan sendirinya, seperti yang aku temui di lantai satu dekanat tadi.

Aku coba tekan ikon “map” di layar tersebut. Gambar sebuah peta muncul di layar tersebut. Banyak sekali ruangan dan nomor ruangan dilayar monitor. Dibawah gambar peta, aku lihat terdapat informasi yang menunjukan nama setiap nomor ruangan itu. Ruang A.101: Sekretariat BEM FPIK. Ruang A. 102: HMJ Ilmu Kelautan; Ruang A. 103: HMJ KMP Perikanan; dan seterusnya. Ternyata semua organisasi mahasiswa berada didalam gedung ini. Semuanya mempunyai kantor digedung ini, berbeda sekali ketika aku masih mahasiswa di fakultas ini. Banyak nama-nama organisasi mahasiswa yang tidak aku kenal disana. Organisasi mahasiswa di fakultasku telah banyak berubah.


Aku dorong pintu transparan yang berukir sebuah kalimat, nama gedung itu “fisheries and marine science student centre” dan juga logo UNDIP diatas kalimat itu. Disebelah kanan koridor terdapat etalase yang terbuat dari kaca. Etalase itu berisi banyak sekali piala, piagam, dan plakat penghargaan atas prestasi-prestasi mahasiswa FPIK. Etalase itu sungguh besar, dan hampir seluruhnya terisi penuh dengan piala. Aku sungguh merasa bangga dan terharu melihat pemandangan seperti itu didepanku. Disebelah kiri koridor, juga terdapat sebuah etalase yang berisi bendera dan logo organisasi mahasiswa FPIK. Disebalah setiap bendera dan logo, terdapat foto-foto pengurus organisasi dan kegiatan-kegiatan mereka. Bahkan disalah satu logo organisasi mahasiswa ada baju ‘dinas’ organisasi beserta almamater UNDIP yang lengkap dengan bendera organisasi di lengan kanannya. Ada juga kalimat-kalimat jargon setiap organisasi mahasiswa FPIK didalam etalase itu. Melihat itu semua, aku menjadi semakin bangga terhadap fakultasku.

Aku tidak ingin kehilangan momen ini, karena itu, aku keluarkan kembali kameraku dan mulai mencari obyek yang unik dan menarik. Langkahku terhenti kemudian, setelah lensa kameraku membentur sebuah obyek yang menarik. Sebuah etalase kaca yang tergantung didinding koridor sebelah kiri, berisi foto-foto pemimpin organisasi mahasiswa setiap tahunnya yang dimulai tahun 2013. Aku jadi teringat, foto seperti ini juga ada di student centre di kampusku, Virginia Tech. Aku bergumam didalam hati, sambil menatap foto wajah-wajah penuh senyum itu, mereka pasti sangat bangga mendapat kehormatan diabadikan seperti itu.

Memang sekarang sudah berbeda, jamanku dulu, mana ada foto ketua lembaga mahasiswa yang diabadikan dan mendapatkan apresiasi seperti itu. Tapi, aku senang jika sekarang semuanya menjadi jauh lebih baik dibandingkan jamanku dulu.

Aku jamin, setiap orang yang masuk gedung ini pasti akan kagum dan semakin bangga terhadap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Melihat prestasi dan semua hal yang terpampang di etalase kaca itu, alumni dan mahasiswa pasti akan semakin cinta dan bangga terhadap almamater dan fakultasnya.

Aku terus berjalan terus mengikuti jalan sepanjang koridor ini, teringat dengan kata-kata gadis yang aku tanyai diluar sana tadi. Semakin banyak mahasiswa yang aku temui disepanjang jalan. Bangunan ini memang adalah pusat aktifitas kemahasiswaan. 

Hingga akhrinya, tepat diujung jalan koridor ini, aku menemui sebuah pintu besar dengan tulisan yang tidak kalah besar diatasnya bertuliskan “Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan” lengkap dengan logo yang masih sama seperti jamanku dulu. Aku foto momen itu dengan kameraku. Pintu tampak telah terbuka, dan suara manusia gaduh terdengar dari dalam. Lega rasanya karena ada orang didalam ruangan itu. Aku mungkin akan sedikit kecewa jika ternyata pintu ruangan itu ditutup dan tidak ada seorang pun didalamnya, seperti ketika jamanku dulu, jarang anggota BEM yang mau berlama-lama di sekretariat, apalagi sampai malam.

Aku ketuk pintu itu, dan “Hai semua, benar ini ruang sekretariat BEM FPIK?”. Tanyaku dengan sedikit basa-basi, agar tidak terkesan kaku. Mahasiswa yang sedang asik berdiskusi didepan white board dan beberapa yang sedang asik melihat notebook-nya terhenti dan melihat serempak kearahku. Aku lihat mata mereka, tatapan aneh penuh tanda tanya. Aku tidak mengenal sama sekali mereka, tidak ada wajah yang familiar di mataku. Maklum jarak angkatanku dengan mereka terpaut sangat jauh. Semua serempak menjawab “iya”. Kemudian, seorang mahasiswa berpakaian rapi, dan aku tebak adalah mahasiswa awal tingkat III, berdiri dan menghampiriku. Dia mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri. “Nama saya Lucky, saya salah satu anggota BEM FPIK” kata dia membuak percakapan. Aku membalas jabat tangannya, ketika akan membalas perkenalannya, dia justru memintaku untuk masuk “Silakan mas, masuk dulu. Silakan” Dia menunjukkan sebuah kursi kosong yang berada tepat disebuah meja. Sambil berjalan menuju ke arah kursi yang ditunjukan oleh Lucky, aku mengatami kondisi didalam ruangan itu. Benar-benar seperti kantor perusahaan, pikirku. Ada almari kaca, etalase, cabinet, computer, printer, meja, kursi, sofa, dan white board. Banyak terdapat tempelan-tempelan didinding, tapi tetap terlihat bersih dan rapi. Ruangan tersebut disekat-sekat dan terlihat cukup luas. Ada sebuah karpet ditengah-tengah ruangan, tempat anggota berkumpul dan rapat. Logo yang cukup besar terpampang persis didepan mataku, didinding sebelah atas meja penerima tamu. Subhanallah, bagus sekali ruangan ini. Sangat berbeda ketika aku masih aktif di organisasi ini dengan sekretariatnya yang berada di ruangan kecil, dilantai 3, di gedung sebelah sana. Aku bersyukur semuanya membaik.

“Emm, maaf mas, ada yang bisa saya bantu?”, tanya seorang mahasiswa yang sudah duduk dibelakang meja. Aku terlalu lama memeperhatikan isi ruangan ini, sampai-sampai aku tidak menyadari jika ada seorang manusia dihadapanku. “Ehh, maaf, saya sedang mengamati isi ruangan ini. Oh ya, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Panca,…” ketika aku akan melanjutkan nama lengkapku, Lucky yang duduk didepanku itu berucap “Mas Panca Dias Purnomo?”. Aku kaget, kenapa dia bisa tahu nama lengkapku?. “Iya, kok adek bisa tahu?”. Jawabku dengan wajah sedikit penasaran. “Wah, ini tho mas Panca. Makanya dari tadi kok sepertinya saya ngrasa pernah lihat. Ayo mas…! Saya tunjukan sesuatu”, ajak dia sambil berdiri menarik tanganku. Dia mengajakku ke salah satu ruangan yang berada disebelah kiri meja tadi.“Kami memajang semua foto ketua BEM FPIK mas, sejak berdiri sampai sekarang. Karena itu, kenapa saya bisa tahu nama lengkap mas Panca”. Kami sudah berada disebuah ruangan yang berisi deretan foto-foto. Disana tampak fotoku didalam bingkai yang terpasang berderet dengan ketua organisasi yang lain, dari tahun ke tahun. Aku sempat tercengang melihatnya, karena ketika jamanku dulu, ide ini hanya menjadi sebuah wacana. “Itu mas, silakan dilihat. Itu foto mas Panca”. Kata Lucky sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah foto yang diatasnya terdapat tulisan “ Pengurus BEM FPIK 2010”.

Subhanallah, ternyata hal ini tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Penerus-penerus organisasi ini benar-benar merealisasikan sebuah ide yang telah ada bahkan sebelum aku masuk organisasi ini. Bahkan, yang membuat aku semakin terharu, mereka memajang semua foto-foto seluruh pengurus organisasi, sejak pertama BEM FPIK berdiri.

Seketika itu, aku berkata kepada diriku sendiri “ Ya ALLAH, ini lah saatnya aku pulang dan mengabdi untuk tanah air dan almamaterku”.  Kemudian sesaat setelah itu, terdengar suara adzan ashar dari luar bangunan. “Amin”.

~The End~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu