Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 30 September 2012

(Refleksi) Apa yang Sudah Saya Berikan?


Sudah tidak lagi dapat saya bayangkan berapa jam saya telah habiskan untuk sekedar hidup di dunia ini. Saya telah mengabiskan masa sebanyak 23 tahun lebih 9 bulan berada diatas muka bumi. Perjalanan waktu yang sudah cukup lama dan dengan usia sebanyak itu, sudah seyogyanya saya telah melakukan atau memberi sesuatu untuk kehidupan ini bukan?. Saya sering tidak sadar betapa hari-hari cepat sekali berganti. Hingga tidak saya sadari bahwa jatah saya hidup di dunia ini terus berkurang. Dan apa saja yang telah saya lakukan?. Malu rasanya untuk mengatakannya; saya merasa belum melakukan apapun bahkan untuk orang-orang dekat disekitar saya.

Pikiran seperti itu sering saja muncul dalam kepala saya terutama setelah bertemu dengan beberapa orang inspiratif dalam serangkain materi training Intensif Indonesia Mengajar. Salah satu materi training yang sangat saya senangi adalah saat forum leadership. Dalam seminggu, minimal satu orang inspiratif yang telah memberikan sesuatu perubahan real di masyarakat didatangkan oleh Indonesia Mengajar untuk berbagi cerita dengan kami. Orang pertama adalah Mas Leon, usianya sekitar 26 tahun, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ia memutuskan untuk mundur dari McKensey, perusahaan multinasional yang cukup terkenal dan akhirnya mendirikan Koperasi Kasih Indonesia (KKI). Koperasi ini sistem kerjanya seperti Grameer Bank di Bangladesh yang diinisiasi oleh seorang penerima penghargaan Nobel, Muhammad Yunus.


Bisnis seperti ini umumnya disebut sebagai sosio-entrepreneur alias wirausaha berbasis sosial. Bisnis ini tidak sekedar mengejar keuntungan semata seperti korporasi kebanyakan, melainkan ia juga ingin mengubah kondisi masyarakat sebagai basis keuntungan mereka. Sistem bisnis seperti ini nampaknya makin menjamur terutama di kalangan pengusaha muda di Indonesia yang ingin turut serta membantu menyejahterakan masyarakat alih-alih mengejar keuntungan perusahaan saja.

Idealisme untuk fokus pada pengentasan kemiskinan dan membantu orang-orang yang belum beruntung, menguatkan niat Mas Leon untuk mendirikan KKI. Dengan idealisme dan integritas-nya, ia telah memberikan sesuatu untuk manusia lainnya.

Orang kedua adalah Amellia Agustin, gadis remaja berumur 16 tahun yang akrab dipanggil Ratu Sampah oleh teman-temannya. Gadis yang masih duduk dikelas 11 SMA di Kota Bandung itu pernah menjadi nara sumber di program Kick Andy Metro TV.  Ia bersama teman-temannya menjalankan gerakan Zero Waste School yakni gerakan untuk mengedukasi dan mengajak siswa-siswa sekolah untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan. Berkat konsistensi dan sustainabilitas-nya, gerakan ini semakin besar dan berhasil mengajak banyak orang untuk peduli terhadap isu sampah. Hal itu pula yang akhirnya membawa Amel meraih berbagai penghargaan. Selain peduli tentang sampah, Amel juga memberikan perhatian di dunia pendidikan. Ia bersama teman-temannya sering mengajar anak-anak dengan metode kreatif baik di sekolah maupun di jalanan. Ia banyak bercerita tentang lingkungan hidup melalui gerakan yang ia inisiasi juga yaitu Bandung Bercerita.

Saya cukup tertampar waktu mendengar presentasinya, betapa di usianya yang masih sangat muda yang mana kebanyakan ramaja di usianya masih sibuk dengan cinta-cintaan, ia justru malah telah memberikan sesuatu untuk lingkungan sekitarnya. Ya, di usia 16 tahun ia telah melakukan perubahan dan manfaat nyata bagi orang-orang disekitarnya.  Ia telah mempunyai semangat untuk memperbaiki kondisi sekitarnya dengan perbuatan nyata di usia yang masih belia. Saya sangat salut dengan kepribadiannya, dan setingkat lebih salut kepada kedua orangtua serta guru-guru yang mendidiknya.

Di usia yang semuda (16 tahun) itu saja ia telah memberikan sesuatu yang nyata, lantas bagaimana dengan saya yang sudah berumur 23 tahun ini?. Ketika saya memikirkannya, rasa-rasanya saya pantas untuk malu. Nyaris semua aktifitas saya selama ini murni untuk kepentingan diri saya pribadi. Orientasi untuk melakukan sesuatu demi orang lain kok rasanya tidak ada dalam otak saya. Saya sangat malu rasanya. Apa arti hidup ini jika tidak bermanfaat bagi orang lain?. Apa artinya umur jika sepanjang itu kita tidak menggunakannya untuk hal yang berguna bagi orang lain?. Sejatinya kita tidak akan bisa hidup tanpa orang lain bukan?, lalu mengapa kita masih saja egois?.

Jika mereka saja bisa, tentu saja saya atau kita pun pasti bisa. Tentunya tidak dengan cara dan jalan seperti mereka yang telah memberikan kontribusi nyata itu, minimalnya kita bisa melakukannya dengan cara dan jalan kita sendiri. Banyak sisi kehidupan yang dapat kita isi dengan kontribusi nyata kita.

Seperti kata seorang teman saya, jika jatah usia kita adalah 63 tahun (seperti Rasulullah), kita bisa mendonasikan sedikit jatah usia itu untuk kepentingan orang lain. Misalnya 7 hari menjadi relawan di lokasi bencana, sebulan menjadi relawan guru, maupun dalam bentuk-bentuk lainnya.

Seharusnya, kita cukup malu jika tidak mulai bergerak, karena Tuhan telah memberi nikmat yang begitu besar sepanjang perjalanan usia kita ini, bahkan hingga detik ini. Kontribusi kita adalah bagian dari rasa syukur kita. Syukur karena telah bergelimang nikmat, sehingga seharusnyalah nikmat-nikmat itu kita bagikan kepada orang lain disekitar kita yang mungkin tidak seberuntung kita.

Semoga ada sesuatu nyata yang bisa saya berikan untuk orang-orang disekitar saya sepanjang usia saya ini. Amin


-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Ciri tim Solid - Bagaimana sebuah tim terbentuk? Bagaimana membuat tim menjadi solid? Bagaimana proses tahapan pembentukan tim hingga akhirnya tim dapat menjadi tim yang ku...
    1 minggu yang lalu